webnovel

NOVEL REMAJA

Namanya Kirana ( Kisah ketegaran seorang janda )

....

Pagi masih terasa sepi,meski jarum jam sudah menunjuk ke angka delapan dua puluh menit. Hari Minggu membuat jalanan yang biasanya ramai menjadi lengang. Pun demikian dengan Kafe Delifrance yang biasanya sudah rame sejak pagi, hari ini masih banyak bangku yang kosong. Aku memilih meja di pojok ruangan yang menghadap ke jalan raya. Ditemani secangkir caramel machiatto, memandang keluar lewat kaca pembatas ruangan. Menatap kendaraan yang lalu lalang, ada sekelebat kenangan. Perempuan cantik, muda dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya bercerita tentang perjalanan hidupnya. "Bunuh diri? ekstasi? ga pernah terpikir tuh!" masih dengan senyum khas nya dia menceritakan kehidupan nestapa dalam liku perjalanannya. ********** Kirana namanya! Lahir di sebuah desa. Hidup pas-pasan dan tercipta sebagai anak pemberani.Menjadi janda di usia muda adalah keputusannya, meski bukan jalan yang di inginkannya. "Tak ada yang tak mungkin di dunia ini" ucapnya menambahkan. Terlahir dalam keluarga yang serba pas-pasan membuat Kirana kecil tak pernah mengenyam kemewahan harta. Baginya,kasih sayang orang tuanya adalah harta paling berharga. Kemandirian,kedisiplinan dan nilai-nilai hidup yang ditanamkan kedua orangtuanya membawa dia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan bijaksana. Pergi merantau ke negeri orang ketika masih di bawah umur adalah keputusan yang sangat berani. Menjalani pendidikan menengah sambil kerja di negeri orang bukan hal yang mudah. Apalagi untuk seorang anak usia belasan. Beradaptasi dengan lingkungan kerja, budaya yang berbeda saja sudah membuatnya kewalahan. Belum lagi menyiasati waktu belajar dan mengerjakan tugas sekolah maupun kerja. Tapi dia mampu menjalani semua dengan baik sampai lulus sekolah. Sempat ada keinginan untuk kuliah, tapi karena sebelum berangkat ke Hongkong dia sudah menjalin hubungan dengan pemuda di desanya, dia memutuskan untuk kembali ke tanah air dan menikah. Empat tahun merantau, selain bisa menyelesaikan sekolahnya dia juga mempunyai cukup tabungan untuk merajut masa depan nya di tanah air. Tapi sayang,suaminya saat itu masih pengangguran. Dengan tabungan yang ada dia memberi suaminya modal untuk membuka sebuah usaha, sementara dirinya kembali merantau dengan niat mencari tambahan uang untuk kebutuhan yang lebih besar agar kelak saat dia memiliki anak, segalanya sudah siap. Tapi apa dikata, manusia hanya bisa berencana, Tuhan lah yang menentukan hasilnya. Dua tahun bekerja dia mampu mendirikan sebuah rumah yang cukup besar bahkan kalau dibanding sekitarnya bisa dibilang cukup mewah. Usaha suaminya berhasil. Dia merasa orang paling bahagia sedunia. Dengan uang sisa membuat rumah dia pulang, berharap bisa menikmati kebahagiaan dengan suaminya. Namun yang terjadi diluar dugaan. Seorang wanita telah menggantikan posisinya mengurus rumah dan suaminya. Iya, suaminya telah berkhianat! Setelah mengalami pergulatan batin yang panjang akhirnya dia memilih sebuah perceraian. Menjadi janda mungkin sudah biasa, tapi yang membuatku berdecak kagum, dia tidak menuntut sedikitpun semua harta hasil jerih payahnya yang sudah dikuasai suaminya. Kembali merantau dengan membawa sisa-sisa kehancuran tidak membuat dia jatuh dalam keterpurukan. Walau jauh di dasar hatinya remuk redam, dia masih mampu tersenyum pada dunia. Dia yakin suatu saat pasti mampu untuk bangkit. Dalam perjalanannya, dia mengenal seorang laki-laki. Kehadiran laki-laki tersebut mampu membuatnya bangkit lebih cepat. Dia kembali bekerja dan mulai mewujudkan keinginannya untuk kuliah. Tapi sayang, lagi-lagi karena dihadapkan pada pilihan dia harus pulang menuruti ajakan kekasihnya untuk menata hidup di negeri sendiri. Kuliah ditinggalkan, tapi bukan kebahagiaan yang dirasakan. Sesampai di tanah air barulah dia tahu bahwa kekasihnya adalah seorang pria beristri. Tapi bukan Kirana kalau harus frustasi. Sakit hatinya mungkin sudah tak bisa digambarkan. Kebenciannya pada laki-laki membuat dia bilang tak sudi lagi mengenal cinta lelaki.

-

Kulirik jam tanganku. jarumnya menunjuk ke angka sembilan lewat lima belas menit. Dari balik pintu kaca aku melihat seorang perempuan yang wajahnya sangat ku hafal sambil menyunggingkan senyum khas nya berjalan ke arahku. Ini pertemuanku dengannya setelah hampir satu tahun tak saling bersua. Padatnya aktivitas masing-masing, menyebabkan komunikasi hanya berjalan lewat saluran selular. Ada kerinduan mendengarkan langsung kisah perjalanan hidupnya. Melihatnya tersenyum sambil menggeser kursi didepanku, terngiang kembali ucapan terakhirnya di seberang horn telpon, tadi malam. "Selain pada Tuhan, rasanya aku harus berterima kasih pada para mantan. Tuhan yang telah memberiku ujian. Mantan yang telah mengajariku dewasa lewat luka, yang memberikan tamparan lembut bahwa hidup bukan untuk ditangisi tanpa sebab. Bunuh diri adalah bodoh. Aku menemukan mutiara termahal dalam hidupku yaitu pendewasaan. Kirana...padanya terdapat banyak pelajaran. Menjadi seseorang yang dekat denganya adalah kegembiraan. Mengingatnya, menyadarkan diri bahwa hidup adalah proses pembelajaran yang tiada henti, hidup adalah rangkaian satu masalah ke masalah lain. "Takut menghadapi masalah ga usah hidup" katanya sambil menggigit sandwich kesukaannya. Kini...dia telah mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pengusaha. Dia masih bertahan di negeri orang menjadi pekerja. Tapi siapa sangka di Indonesia dia telah menciptakan lapangan kerja. Dia telah menyelamatkan banyak orang dari pengangguran. Ya...dia berhasil menjadi pengusaha di Indonesia meskipun dirinya masih bertahan di negeri antah berantah ini. Kirana...Terima kasih untuk cerita pengalaman hidup yang dapat menjadi pelajaran buatku. Mudah-mudahan dia segera bisa membuka hati untuk lelaki dan menemukan laki-laki yang tulus mencintainya.

..

..

#Andrean Heryana Yusuf