1 Prologue

Halo semuanya! Perkenalkan namaku Wawan Prasetyo Ramadani. Tapi teman-temanku memanggilku dengan sebutan Wawan atau Prasetyo atau Ramadani. Yah, aku tidak peduli apapun panggilannya. Umurku saat ini sekitar 20-an, lebih tepatnya 25 tahun. Di sini, aku bakalan bercerita tentang kisah kehidupan yang dulu kualami. Aku akan bercerita mulai dari awal mula masuk SMP hingga akhir bangku SMA saja.

BTW, untuk waktu SD aku skip ya. Karena waktu dulu, tepatnya umur satu sampai 12 tahun aku homeschooling. Jadinya, aku gak mengalami seperti pertikaian antar teman, percintaan waktu SD, dan lainnya. Paling aku hanya menemukan mayat seseorang, yang mengambang di permukaan sungai dan terbukanya mata batin. Memang sih, ada cerita tentang terbukanya mata batinku. Akan tetapi, sepertinya itu tidak perlu diceritakan. Soalnya waktu aku kecil, aku tidak takut sama sekali dengan hantu. Melainkan aku mendapatkan teman goib sesosok pocong berwarna pink, di usia tujuh tahun. Jadinya, aku bakalan cerita dari mulai awal mula masuk SMP hingga akhir bangku SMA.

Saat masuk SMP, apakah kalian pernah mengalami masa-masa kegiatan MOS di SMP kalian? Tentunya!

Jadi dulu itu, aku belum mengerti apa itu MOS. Soalnya, aku dulu sama sekali belum mengenal MOS itu kayak gimana. Seperti membawa perlengkapan MOS, kemudian membeli makanan berdasarkan kode makanan dari kakak pembina MOS, dan lain sebagainya.

Kalau ada salah satu dari kita para murid baru yang gak bawa perlengkapan MOS. Kita bakalan dihukum sama kakak pembina. Dan hukumannya itu, harus menyanyi apapun di depan murid-murid lainnya. Pokoknya malu-maluin deh disuruh nyanyi gitu. Yang paling susah dari kegiatan MOS, adalah mecahin kode makanan yang disuruh oleh kakak pembinanya. Jadinya, kakak pembinanya itu menyuruh kita untuk cari makanan yang sesuai dengan kode makanan itu. Kemudian, membawanya ke sekolah.

Memang sih ada yang mudah banget untuk dipecahkan kodenya. Akan tetapi, ada juga yang mudah ditebak kodenya namun susah banget untuk didapat. Misalnya nih, kita sudah tahu kalau kodenya itu disuruh bawa 'Foodbar'. Akan tetapi, saking banyaknya murid baru yang ingin mencari Foodbar untuk dibawa ke kegiatan MOS. Maka dalam satu hari itu, Foodbar yang dimaksud bisa hangus atau ludes dari kehidupan dalam sekejap. Nah bagian itu yang paling susah dicari oleh beberapa murid yang telat beli Foodbar tersebut. Akan tetapi, untung saja aku banyak akal. Mau tahu gak caranya?

Jadi, aku beli tuh makanan yang serupa kayak Foodbar. Kemudian aku buka bungkus makanannya lalu aku ambil isinya. Setelah itu aku masukin isi makanannya ke dalam bungkus Foodbar bekas, yang diambil dari tong sampah. Sebelum dimasukin isi makanannya, ke dalam bungkus Foodbar bekas. Aku cuci terlebih dahulu bungkus Foodbarnya. Supaya kalau dimakan nanti, gak sampai keracunan.

Kalau ditanya, gimana cara untuk menyambungkan klip pembuka bungkusnya? Itu mah kerjaan teman goib aku. Jadinya, aku punya dua teman goib. Namanya Ponci dan Kunti. Ponci ini singkatan dari pocong banci. Soalnya, dia berpakaian kain kafan berwarna pink dan juga kelakuannya persis kayak banci. Entah itu bercandaan atau seriusan gitu, aku kurang paham. Memang sih katanya dia, dulu dia bekerja sebagai waria untuk memenuhi kehidupan keluarganya sekaligus membayar hutangnya dia. Sehingga dengan terpaksa dia harus menjalani profesi sebagai waria. Karena menjalani profesi sebagai waria, jadinya keterusan deh sifat profesi warianya. BTW, nama aslinya Ryan Wiguna.

Kalau Kunti? Kalian udah tau dong singkatannya apa? Jadinya, aku gak perlu sebutin lagi kepanjangannya. BTW, si Kunti ini unik banget. Dia gak seperti kuntilanak pada umumnya. Memang sih pakaiannya layaknya kuntilanak pada umumnya, akan tetapi penampilan serta mukanya itu loh yang berbeda dengan kuntilanak pada umumnya. Kalau kuntilanak pada umumnya, mukanya serem kan? Nah kalau si Kunti ini cantik banget. Saking cantiknya dia, sampai-sampai hantu berjenis cowok serta para pria (manusia) sampai kagum melihat kecantikan si Kunti. Sebelum menjadi hantu, Kunti ini dulunya manusia yang dibunuh sama lima orang penjahat. Katanya dia sih, sebelum dia dibunuh sama para penjahat itu, dia diperkosa terlebih dahulu, kemudian dibunuh lalu dibuang ke dalam sungai. Oh iya, untuk nama aslinya Kunti itu, Astrid Wulandari.

Aku memanggil mereka dengan sebutan Ponci dan Kunti, ini biar aku ingat dengan nama asli mereka. Soalnya aku suka lupa dengan nama asli seseorang. Oh iya BTW, mereka juga terkadang suka lupa cara terbang di udara layaknya hantu pada umumnya.

Singkat cerita, Ponci dan Kunti sudah menyambungkan klip bungkus Foodbar bekas. Jadi deh, Foodbar yang seutuhnya.

"Udah yak chin, perlu bantuan lagi gak nich?" tanya Ponci dengan bicara ala bancinya.

Mendengar pertanyaan dari Ponci, aku berhenti sejenak dari kegiatan memasukan Foodbar ke dalam tas kecil seraya memikirkan apa yang mesti dibutuhkan. Sudah memastikan semuanya, aku melanjutkan kembali kegiatan memasukan Foodbar ke dalam tas kecil. Setelah selesai semuanya, aku langsung menoleh ke arah Ponci. "Sepertinya udah kok, Pon, cukup segini aja."

"Ya udah deh, berarti tugas kita udah selesai ya, Wan?" tanya Kunti memastikan urusanku selesai semua.

"Iya sudah, BTW makasih ya atas bantuan kalian. Tanpa kalian, aku gak bisa apa-apa hehehe," ucapku berterima kasih kepada Ponci dan Kunti atas permintaan tolongku.

"Terus? Besyok kegiatannya apa sichhh selain MOS?" tanya Ponci sembari berdiri secara tiba-tiba.

"Aku gak tau, Ponci. Kayaknya cuman kegiatan MOS aja sih," ucapku kepada Ponci, seraya mikir kegiatan besok hari.

Setelah mendengar jawaban dariku, yang sepertinya sudah selesai dan tidak membutuhkan bantuan lagi. Akhirnya, Kunti pun berdiri dari duduk lesehannya. Kemudian ia langsung menoleh ke arah Ponci, untuk mengajaknya pulang bareng seraya berpamitan. "Hem… Ya udah deh kalau gitu. Kita pergi duluan ya, Wan. Kuy, Ponpon?"

"Kuy chin. Eike gak sabar nich pengen istirahat di rumah eikee," ucap Ponci yang menerima ajakan Kunti.

Setelah Kunti mengajak Ponci untuk pulang bareng, mereka berdua pun pamit.

"Duluan ya, Wan!" seru Kunti dan Ponci sembari melambaikan tangannya.

"Oke, Kunti, Ponci. Kalian berdua jangan lupa terbang ya," sahutku sambil melambaikan tangan ke arah Kunti dan Ponci.

Saat Ponci dan Kunti akan meninggalkanku dengan cara terbang, tiba-tiba mereka terhenti cukup lama dengan posisi setengah jongkok. Lalu mereka menoleh ke arahku dengan mimik muka melasnya, seakan meminta sesuatu dariku. Dan benar saja, mereka memintaku untuk mengajari lagi cara untuk terbang kepada mereka berdua.

"Wan… kita lupa cara terbang lagi," rengek Kunti kepadaku.

"Iya Wan. Eike juga Wan... tolong kami," pinta Ponci kepadaku, seraya merengek untuk minta diajarin kembali cara terbangnya.

Dengan perasaan jengkel yang minta ampun, akibat tingkah laku dua hantu bodoh ini. Tiba-tiba ada pemikiran iseng dari otakku untuk mengerjai dua hantu geblek ini. Dengan cara membiarkan mereka berdua untuk berjalan kaki menuju ke rumah mereka masing-masing (kuburan). "Apa aku tinggalin mereka berdua aja ya?? Mumpung tugasku selesai sama mereka."

Ketika sedang memikirkan suatu hal jahil, mereka masih berteriak minta tolong kepadaku.

"Wan! Tolonggg!!" Pinta Kunti dan Ponci lagi.

Tanpa memperdulikan permintaan tolong Ponci dan Kunti. Aku pun langsung meninggalkan mereka berdua, seraya melambaikan tanganku tanpa melihat kearah mereka. "Terima kasih atas segalanya."

"WAWANNNNNNNN!!!!" Teriak Ponci dan Kunti kepadaku.

avataravatar
Next chapter