webnovel

Kisah Kasih Di Kehidupan Kedua : Kenapa Kau Begitu Dekat, Paman?

Apa kamu pernah membayangkan, apakah ada kehidupan setelah kematian? Gisella bisa menjawab pertanyaan itu. Setelah terbunuh saat menjalankan misi rahasia, arwahnya tidak naik ke surga atau jatuh ke neraka - tapi justru kembali ke dunia fana! Gisella hidup kembali dalam tubuh seorang gadis SMA yang terbully! Gadis SMA bernama Luna itu seharusnya sudah tewas tenggelam di danau sekolahnya. Tapi sekarang Gisella yang bangkit dari kematian. Gisella berpikir secara sederhana, dia memang harus menjalankan hidupnya sebagai seorang Luna dengan baik tanpa membuat orang disekitarnya curiga... Tapi nyatanya ketika semua orang disekitarnya menyadari perubahan besar pada Luna, Ia dihadapkan dengan sebuah pilihan besar.... Apakah dia akan melanjutkan kisah cintanya dengan cowok populer dari sekolahnya? Atau, apakah dia justru akan menerima rayuan dari... PAMANNYA SENDIRI!? Gisella sudah mati konyol sekali, jadi kenapa kehidupan keduanya juga jadi sekonyol ini sih?!

vivianviendy · Teen
Not enough ratings
420 Chs

Cindy

Saat ini mereka, Luna dan Galang tengah makan malam bersama ibu Galang, Fransisca, dan Cindy, keponakannya.

Cindy sedari tadi tengah menyudutkan Luna dan berkata padanya jika bukan karena pamannya, Luna tidak akan bisa bersekolah di SMA Mahardika.

Keponakannya juga bertanya pada Luna soal analisis SWOT, dan terlihat mengujinya.

Ekspresi Galang menegang, dan memang dialah yang memasukkan Luna ke SMA Swasta Mahardika.

Pada saat itu Luna memberontak dan tidak pernah mau belajar. Bahkan di tingkat SMP pun Luna tidak bisa lulus, apalagi masuk SMA. Tapi Galang tidak bisa membiarkan gadis itu, dan menggunakan kekuatan serta kekuasaannya agar Luna dapat bersekolah di SMA Mahardika.

Dia tidak ingin berdebat dengan Cindy sekarang, tapi dia bukannya tanpa cara untuk melawan omongan gadis itu.

Selama dia memiliki argumen yang kuat, siapa yang berani menentangnya?

Namun, ada kekhawatiran di diri Galang saat gadis itu sudah resmi bergabung dengan perusahaannya.

Perasaannya menjadi agak lega saat merasakan genggaman tangan Luna. Tangan itu begitu kecil dan hangat dan seperti memberikannya kekuatan.

Luna sambil menggenggam tangan pria itu di bawah meja, dia berkata pada sosok angkuh di depannya, "Perusahaan adalah perusahaan, sekolah adalah sekolah. Jika Nona saja bingung, aku tidak yakin kau sudah lulus sekolah dasar?"

Di sisi lain, itu adalah sebuah penghinaan bagi Cindy. Sedangkan, Luna di depannya tampak tenang.

Gadis itu melanjutkan, "Jika kau ingin bersekolah lagi, silahkan. Pamanku mungkin tidak keberatan untuk membiayaimu."

Mendengar ini, tidak hanya Cindy, mungkin semua orang yang juga berada di sana akan menganggap Luna gila!

Setelah melanjutkan kuliahnya di Prancis, bagaimana bisa Cindy kembali bersekolah?

Tapi Galang memahami maksud Luna dalam hitungan detik, dan dia mengangkat kedua alisnya, menatap Luna dan memandangnya dengan penuh kasih sayang.

Galang tidak tahu jika Luna juga memiliki sisi lain seperti ini dan berpikir jika dirinya menyayangi gadis itu, namun kasih sayang Luna malah diberikan kepada pria lain.

Luna bahkan tidak menatapnya, hanya menatap Cindy dan berkata, "Maaf, apa yang Nona Cindy pelajari di luar negeri?"

"Bisnis ... manajemen bisnis" Cindy yang ingin mengabaikannya, entah kenapa menjawab pertanyaan Luna.

Luna tersenyum kemudian bertanya lagi padanya, "Lalu Nona Cindy, apa itu analisis SWOT?"

Cindy menjadi pusing saat mendengar pertanyaan itu.

Bagaimana bisa aku tahu?! batinnya.

Dirinya sudah dekat dengan Galang sedari kecil, dan saat berkuliah di Prancis, membuatnya sedih keran tidak bisa melihat pria itu lagi.

Karena janji kedua orangtuanya, jika Cindy mau berkuliah di Prancis, mereka berkata Cindy pasti akan bekerja di perusahaan Galang dan dapat melihatnya setiap hari lagi. Itu sebabnya dia setuju untuk pergi, padahal dia tidak suka berbisnis sama sekali, hingga membuat nilainya menurun.

Pada akhirnya, ayahnya yang membayar banyak uang agar Cindy bisa lulus kuliah.

Sekarang, saat Luna bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu ekonomi, dirinya menjadi panik. Bahkan, ayahnya pun sudah menyerah pada kemampuan berbisnisnya.

"Y-ya ... Ya ..." Dia seperti siswa yang ditanyai pertanyaan sulit oleh guru, bergumam dan seakan mencari-cari jawaban.

Sedangkan, Fransisca yang melihat Cindy gelagapan menjadi kesal sendiri. Bagaimana bisa gadis itu tidak tahu mengenai analisis SWOT, padahal sudah bertahun-tahun kuliah di Prancis?!

Dia juga kesal karena ini juga hari pertama Cindy bekerja di Perusahaan Galang.

Luna mencibir, "Analisis SWOT adalah teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis keunggulan sebuah perusahaan dengan perusahaan lain."

Gadis itu menjelaskan kepada Cindy, dan kemudian melanjutkan, "Bagaimanapun juga, aku tidak malu karena bisa bersekolah berkat bantuan Paman. SMA Mahardika buka sekolah negeri, dan didirikan oleh Pamanku. Dia mendirikan sekolah itu juga untuk mencari orang yang berbakat untuk bekerja di perusahaannya."

Dan berkuliah di luar negeri selama beberapa tahun, tapi ilmu dasar seperti analisis SWOT saja tidak tahu, Hah! Dia sangat lucu! batin Luna.

"Kau di Prancis bukan untuk sekedar jalan-jalan, kan? Kau disana belajar manajemen bisnis selama bertahun-tahun. Bahkan seseorang sepertiku saja masih mau belajar dan kau ingin bergabung dengan perusahaan Pamanku? Apa kau menganggap Perusahaan Mahardika adalah Taman Kanak-Kanak?"

Setelah Luna selesai berbicara, Galang tersenyum kecil.

Dia melihat tatapan orang-orang di sana pada Luna juga yang menatapnya dengan pandangan kagum.

Terdengar suara seorang pria yang sedang terkekeh. Luna yang mendengarnya menoleh dan melihat seorang pria tampan yang terlihat seumuran dengan Galang.

Dia adalah Brian.

Wajahnya memang tampan dengan sepasang mata coklat gelapnya yang membuatnya mempesona. Ya, Luna memang terpesona dengan ketampanan pria itu.

Sedangkan di sebelahnya Galang menyipitkan mata saat melihat Luna yang terlihat terpesona, kemudian dia dan menutup kedua mata gadis itu dengan satu tangannya.

Jangan menatap pria lain! batin Galang.

Namun, Luna malah melepaskan tangannya dari wajahnya.

Galang menjadi kesal dibuatnya. "Luna, kau ..."

"Nah. Hm, Bolehkah aku duduk di sini?" ujar pria yang dilihat Luna tadi.

Awalnya, Galang seperti tidak setuju, namun Fransisca sudah terlanjur menggeser kursi disebelahnya dan mempersilahkan pria itu duduk.

Tanpa menunggu jawaban, pria itu langsung duduk. Kemudian, pria itu tiba-tiba berubah dari biasanya dan dengan ramah bertanya tentang sekolah Luna.

Itu membuat Galang semakin membenci pria itu.

Setelah memakan makanannya, Luna bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar mandi.

Cindy yang melihatnya hanya terdiam dan tengah memikirkan sesuatu. Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di ponsel itu.

Setelah Luna keluar dari kamar mandi, dia pergi ke arah meja jamuan makanan.

Tiba-tiba ada seorang pelayan yang berhenti di sebelahnya dan berkata, "Nona, saya boleh minat tolong untuk memberikan sup ini ke wanita tua yang duduk di sana? Wanita itu selalu minum-minum sehabis makan malam."

Pelayan itu terlihat mengernyitkan keningnya dan dia melanjutkan, "Tiba-tiba saya sakit perut. Tolong, ya, Nona?"

Luna tidak berpikir terlalu banyak, dan mengulurkan tangan untuk meminum minuman yang dibawa pelayan tadi dan mengambil mangkuk sup dari tangannya juga.

Dirinya lalu pergi ke arah meja mereka tadi, yang ternyata pelayan tadi menunjuk ke arah Fransisca.

Saat Luna berjalan melewati Cindy di sebelah, tanpa diduga gadis itu menjulurkan satu kaki ke arahnya hingga membuat Luna tersandung.

Mangkuk sup tadi yang dibawanya terlempar ke arah wanita tua itu!

Bahkan, Fransisca dibuat panik olehnya dan diam sambil melotot ke arah Mangkuk yang melayang itu. Mangkuk itu dalam beberapa detik akan mengenai kepalanya dan membuat supnya tumpah.

Galang yang melihatnya segera bangkit berdiri, namun sudah terlambat.

Namun … Luna dengan cepat berguling ke depan.

Setelahnya, dia bangkit berdiri dan dengan gerakan cepat menangkap sup mangkuk itu. Telat sedetik saja, bisa-bisa mangkuk yang berisi sup jatuh menimpa wanita itu.

Fransisca yang melihatnya hanya bisa melongo.

Luna kemudian segera meletakkan mangkuk itu ke meja wanita tua tadi. Lalu, dia berbalik dan menatap Cindy. "Kenapa kau menjegalku? Kau hampir mencelakakan, tahu!" katanya dengan marah kepada gadis itu.

Semua orang dalam ruangan itu hanya bisa memandang Luna dengan pandangan heran sekaligus takjub saat melihat ketangkasan Luna tadi.

Galang bergegas ke arah Luna, dan setelah sampai di hadapannya, pria itu langsung menyeret tangannya dan membawanya ke kamar mandi.

Saat mereka telah sampai, Galang langsung menyalakan kerannya yang membuat air dingin langsung mengalir ke bawah. Pria itu kemudian meletakkan tangan Luna di bawah pancuran air dingin itu.

"Paman..." ujar Luna.

"Diam!" Galang tidak memandangnya hanya berkata dengan nada marah.

Bagaimana gadis ini bisa begitu ceroboh?! Apa dia tidak tahu jika dirinya sangat khawatir tadi? batin Galang.

Setelah itu, Galang memijit tangan Luna selama lima belas menit. Namun, jarinya masih terlihat memerah.

Luna tertegun saat melihat Galang yang menghisap satu persatu jarinya dengan lembut.