13 Keyla

"kau merasa tertekan?" Tanya Rendra heran, Keyla pun mengangguk.

"Sebenarnya aku juga ingin bebas seperti anak-anak seusia ku. Bermain dan nongkrong bersama teman teman, pergi bersekolah dan pulang bersama. Tapi sejak aku melakukan debut pertama ku dan.. aku bersyukur bisa langsung menjulang tinggi. Tapi karena itu juga kedua orang tuaku seperti di buta kan oleh ketenaran yang terjadi padaku serta semua uang yang aku hasilkan" katanya suaranya semakin pelan. Ady dan Rendra hanya terdiam mendengarnya.

"Jadi.. maksud mu, umur mu itu belum tua?" Tanya Rendra.

"Kasar.. aku juga seumuran kalian tau" kata Keyla kesal dengan mata berkaca-kaca melihat Rendra.

"Yah, aku tidak bisa menebak wajah perempuan yang di tutup make up sih" kata Rendra kembali memainkan HP-nya.

"Hahaha.. sudah sudah, karena hari ini sudah mulai gelap, dan aku yakin kau juga belum makan kan? Kau boleh disini dulu" kata Ady sambil tersenyum.

"Benarkah?" Tanya Keyla dengan mata berkaca-kaca dan Ady pun mengangguk.

"Kalau kau mau, kau boleh memakai kamar mandi ku yang ada di atas. Kau pasti kurang nyaman karena sudah pergi seharian penuh kan?" kata Ady lagi.

Dengan malu-malu Keyla beberapa kali melihat ke Rendra Gama secara bergantian beberapa kali. Tapi mereka berdua terlihat tidak keberatan, lebih tepatnya tidak peduli.

"Umm.. baik lah, terima kasih" kata Keyla malu, Ady pun menuntun Keyla ke atas menuju kamarnya.

Gama pun langsung meletakkan alat-alat makan karena makanan sudah hampir selesai.

"Kau tau gam-gam? Ketika orang sedang jatuh cinta, terkadang orang ter cuek sekali pun akan terlihat aneh, sama seperti Ady sekarang" kata Rendra masih memainkan HP-nya.

Yang di bayangkan Gama setelah mendengar Rendra itu seperti cinta pada saudaranya atau temannya. Dia sama sekali tidak mengerti hal yang menjurus ke sana.

"Hei, baunya harum. Kau masak sup apa?" Tanya Ady kembali turun dan berjalan ke dapur.

Gama tidak menjawabnya dan terus mengaduk sup yang ada di atas kompor. Ady pun mendekat dan melihatnya.

"Ooh sup sayuran yang di campur daging ayam. Pasti enak" kata Ady tidak sabar dan duduk di tempatnya.

"Ngomong-ngomong Ady, bagaimana dengan tawaran Anna seminggu yang lalu?" Tanya Rendra melihat Ady.

"Oh, benar juga. Perempuan itu agak aneh menurut ku, dia menyewa dan membelikan tiket untuk kita bertiga berlibur ke sebuah pulau. Itu memang seperti impian sih, tapi bukan kah itu sangat mahal?" Kata Ady aneh.

"Aku juga begitu, tapi pasti menyenangkan di hari Sabtu nanti hahaha.. waktunya foto-foto" kata Rendra senang.

"Aku tau kalau Anna orang kaya karena dia punya mobil, tapi kalau sampai dia menyewa villa dan membelikan tiket kapal layar menuju pulau.. bukan kah itu terlalu berlebihan?" Kata Ady lagi.

"Yasudah lah, toh katanya juga dia sudah terlanjur memesannya dan tidak bisa di kembalikan" kata Rendra menyeringai.

"Itu mah kau sendiri yang senang" kata Ady lagi menyipitkan matanya.

Keyla yang baru saja selesai mandi, turun ke bawah dan kembali menuju dapur. Dia memakai celana pendek Ady dan kaus hijau polos yang terlihat agak kebesaran.

"Oh, ternyata memang agak kebesaran" kata Ady melihat Keyla.

"Kau meminjamkannya baju?" Tanya Rendra.

"Iyah, kenapa memangnya?" Tanya Ady balik heran.

Keyla yang mendengar Rendra berbicara seperti itu pun langsung berfikir kalau Rendra benar-benar tidak menyukainya. Tapi justru kenyataan berkata lain.

"Bukan.. kalau kau mau meminjamkannya baju, kenapa tidak pakai baju Gama saja, sepertinya pas dengan ukuran tubuh dia. Kau tidak keberatan kan gam-gam?" Tanya Rendra.

"Tidak masalah" kata Gama datar sambil berjalan ke Ady dan memintanya untuk meletakkan panci sup ke atas meja.

Keyla yang mendengarnya agak terkejut, selama ini dia berfikir mereka semua pasti tidak akan memaafkannya karena sudah berkelakuan buruk pada kakak mereka.

"Kau tau? Keluarga ini tidak pernah memikirkan hal rumit seperti membenci orang dengan alasan sepele seperti yang kau lakukan dulu. Jadi tenanglah.." kata Ady tiba-tiba sambil tersenyum. Keyla pun menunduk dan tubuhnya gemetar, mereka bertiga langsung melihat ada air mata yang turun dari wajahnya dan menetes ke bawah.

Mereka bertiga pun langsung panik karena Keyla yang tiba-tiba begitu.

"EEHHHH... Ady, kau apakan dia?" Kata Rendra panik.

"Hah? Aku tidak tau. Itu terjadi secara tiba-tiba" katanya juga ikut panik. Gama pun bingung ingin melakukan apapun dan mencari sesuatu yang mungkin bisa dia berikan ke Keyla.

Keyla pun menyeka air matanya dan mengangkat wajahnya.

"Hahaha.. kalian itu lucu sekali. Tidak apa-apa, aku hanya senang saja. Selama ini belum pernah ada yang berbuat hal seperti ini padaku. Sekali pun ada, mereka pasti hanya ingin bersama ku karena reputasi dan uang ku saja. Tapi kalian benar-benar berbeda" kata Keyla tersenyum.

Mereka pun berhenti dan mencoba untuk mengerti yang di ucapkan Keyla barusan.

"Emm.. kalau begitu, sekarang makan lah dulu. Masakan Gama enak sekali loh" kata Ady memberikan semangkuk sup ke Keyla.

"Iya, terimakasih" katanya tersenyum.

.

.

Setelah selesai makan, Gama langsung membereskan peralatan makan dan meletakkannya ke wastafel lalu mencucinya.

"Sudah cukup larut. Kau.. kalau mau tidur saja di kamar ku, aku akan tidur di sofa nanti" kata Ady.

"Tidak, Keyla tidur di kamar Gama saja. Ada yang mau Gama buat semalaman nanti" katanya memotong pembicaraan sambil mencuci piring.

"Kau yakin? Kau bisa tidur dengan ku, tubuh mu kan kecil, jadi pasti muat" Tanya Rendra.

"Tidak, Gama akan tidur di sofa saja" katanya datar.

Ady dan Rendra pun saling menatap satu sama lain.

"Apa terjadi sesuatu adik kecil?" Tanya Ady, namun Gama tidak menjawabnya dan hanya fokus mencuci piring.

"Adik kecil?" panggil Ady sekali lagi. Gama pun meletakkan piring yang dia pegang lalu berbalik melihat ketiga orang yang sedang duduk di meja makan terus menatapnya.

"Ada sesuatu yang mau Gama buat" katanya datar. Kedua kakaknya yang duduk melihatnya pun mengangkat kedua alis mereka lalu kembali saling menatap.

"O-oke.. tapi tidak boleh bergadang yah, paling lambat jam 11" Gama pun mengangguk mendengar ucapan Ady.

.

.

Malam semakin larut, dan semua penghuni rumah sudah tertidur lelap. Tapi Gama masih terjaga duduk di sofa ruang depan sambil membaca buku dengan kacamatanya.

Perlahan membolak-balikkan tiap halaman buku itu sambil melihat beberapa benda yang berserakan di sebelah bukunya.

Saat dia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah 11, Dia pun menutup bukunya dan meletakkan kacamatanya di atas meja sebelah buku yang dia tutup lalu pergi ke dapur untuk mengambil seutas tali tambang, dan dia pun pergi keluar.

.

.

*Krincing.. *krincing..

Suara lonceng yang di bunyikan Gama dari arah dapur untuk memanggil mereka yang masih di dalam kamar. Keyla pun keluar dari kamar dan berpapasan dengan Ady yang kamarnya berada tepat di depannya dan tertawa kecil. Rendra yang terlihat masih mengantuk berjalan melewati mereka berdua begitu saja.

"Masih pagi, jangan drama" katanya mengantuk dan menuruni tangga. Ady dan Keyla pun saling memandang tapi di antara mereka berdua, hanya Keyla yang mengerti maksud Rendra.

Saat mereka sampai di dapur, mereka bertiga terkejut karena melihat ada seseorang yang pingsan duduk di ikat di bangku.

"Waaah.. siapa itu?" Tanya Rendra kaget.

"Adik kecil, apa yang sudah kau lakukan padanya?" Tanya Ady panik.

"Tidak ada, Gama hanya keluar dan menyentuhnya dari belakang, dia terkejut sampai pingsan" kata Gama datar meletakkan sarapan untuk mereka di meja makan.

(Lemah sekali) pikir Ady dan Rendra.

"Itu.. itu Ivan, dia manager ku" kata Keyla terkejut.

"Hah?" Kata mereka serempak.

Perlahan dan pandangan yang kabur, orang itu berusaha melihat dengan jelas untuk mengetahui apa yang terjadi. Dan dia pun terkejut karena dia di ikat dengan posisi berada di lantai pojok suatu ruang. Dan dia lebih terkejut lagi karena di depannya ada 4 orang yang sedang asyik memakan sarapan mereka tanpa memperdulikan dia padahal mereka semua tau kalau dia sudah sadar.

Setelah selesai sarapan, Ady dan Rendra yang sudah mengenakan seragam sekolah pun langsung pamit dan pergi ke sekolah pada Gama dan meninggalkannya dengan Keyla.

Keyla pun melepaskan ikatan orang itu dan menyuruhnya untuk duduk di bangku, sedangkan Gama mencuci piring yang mereka gunakan tadi.

"Kenapa kau bisa ada disini?" Tanya Keyla, Gama pun menyuguhkan teh hangat untuk mereka berdua dan melanjutkan membersihkan ruang depan.

"Saya... Saya sebenarnya mengikuti anda dari awal Anda keluar dari rumah. Saat itu saya melihat anda berbicara dengan seseorang saat duduk di sebuah kafe, jadi saya memutuskan untuk mengikuti anda dan sampai lah disini" katanya menunduk.

Keyla pun menengok ke ruang depan dan melihat Gama sedang membaca bukunya di sofa ruang depan.

"Dengar, jangan beritahu ayah dan ibuku kalau aku ada disini. Sekarang kau pulang lah, kau pasti sudah kelelahan karena seharian mengikuti ku kan? aku tidak mau menambah beban orang-orang yang tinggal di rumah ini" Kata Keyla.

Orang itu pun dengan kecewa akhirnya mengikuti perkataan Keyla dan pamit pulang.

.

.

"Ady Ady" panggil Resti membangunkan Ady yang tertidur di mejanya.

Saat Ady membuka matanya dia melihat sudah terkepung oleh teman-temannya.

"Huh? Ada apa? Kenapa kalian semua kesini?" Tanya Ady masih mengantuk.

"Boleh kah aku bertanya sesuatu pada mu?" Tanya Resti. Ady yang melihat semua tatapan teman-temannya padanya yang sama pun menjadi yakin kalau ini pertanyaan mereka semua, jadi Ady pun mengangguk dan mencoba menjernihkan pikirannya.

"Adik mu saat 7 tahun yang lalu kan cukup terkenal karena menyelesaikan kasus-kasus yang sulit, meskipun wajahnya tidak terekspos, tapi namanya sangat terkenal" kata Resti.

"Benar, terus kenapa?" Tanya Ady heran.

"Kenapa dia tiba-tiba menghilang saat 5 tahun lalu?" Tanya Riski.

"Ah emm.. karena ayah kami melarang Gama melakukannya" kata Ady singkat.

"Hah? Tapi bukan kah membantu kepolisian itu sama seperti memberikan yang terbaik untuk negara?" Tanya Putri.

"Entah? Kalau itu aku tidak tau. Tapi yang pasti ayah ku hanya melarangnya saja. Dia benar-benar menentang Gama melakukan itu, mungkin karena kasus terakhir yang dia tangani" jelas Ady.

"Oh saat penyebaran di radio itu yah?" Tanya Resti penasaran.

"Benar, kalau kami gagal saat itu, pasti sampai sekarang kita akan berperang dengan beberapa negara di luar sana" kata Ady melihat ke bawah.

Karena merasa tidak enak, mereka pun berhenti bertanya dan kembali ke tempat masing-masing setelah meminta maaf ke Ady. Saat Ady ingin kembali tidur, HP-nya berdering dan melihat ada pesan masuk.

'jangan lupa dua hari lagi hari Sabtu, kita akan liburan ke pulau. Aku sedang tidak ada di sekolah jadi hanya bisa mengingatkan kalian lewat pesan saja. Aku akan jemput kalian jam 6 pagi agar kita lebih cepat berangkat' isi pesan itu dari Anna.

(Hahaha.. anak ini berlebihan sekali, tapi seru juga berlibur ke pulau) pikir Ady sambil membalas pesan itu. Tapi senyumannya pun hilang saat ada satu pesan lain yang masuk ke dalam HP-nya.

.

.

Keyla yang masih duduk di meja makan terus memperhatikan Gama yang masih membaca bukunya di sofa padahal sekarang sudah jam setengah 12 siang.

"Gama.. apa kau tidak bosan? Apa kau tidak ingin bertanya sesuatu padaku? Atau apa gitu" kata Keyla. Namun Gama tetap tidak menghiraukannya.

Setelah di pikir-pikir, akhirnya Keyla pun memutuskan untuk pulang dan dia berjalan mendekati Gama sampai Gama melihatnya.

"Kalau begitu.. sepertinya aku harus pamit pulang saja. Aku merasa tidak enak tinggal disini, titip salam ke kedua kakak ku yah" kata Keyla sambil tersenyum.

Gama pun mengangguk dan pergi ke dapur lalu memberikan Keyla sebotol teh kesukaannya.

"Untukku?" tanya Keyla dan Gama pun mengangguk.

"Hehehe terimakasih, maaf yah, aku tidak bisa menunggu kakak kakakmu. Jadi aku hanya bisa titip salam. Aku akan mampir lagi lain kali, tidak apa-apa kan?" Tanya Keyla dan Gama pun kembali mengangguk.

(Aku punya nomornya saat kami bertemu di kafe kemarin, jadi aku kirim pesan saja padanya) pikirnya tersenyum.

.

.

*Klek

Seorang gadis dengan gaun panjang masuk ke dalam sebuah kafe.

"Selamat dat- waaah.. nona gadis yang cantik yah.. silahkan duduk" sapa seorang pria dengan seragam khas kafe tersebut.

Gadis itu pun mengikuti pelatan itu dan duduk dengan perlahan di bangku yang dia tunjukkan.

"Mau pesan apa nona cantik?" Tanya pelayan itu sambil tersenyum ramah.

"Langsung saja pak Yudi. Perkenalkan, nama saya Anna. Saya kemari memang ingin bertemu dengan anda" kata Anna tersenyum sambil melihat orang yang di depannya.

Pelayan itu pun menurunkan tangannya yang tadi bersiap menuliskan pesanan untuk Anna dan tersenyum.

"Waaah.. pasti merepotkan sekali sampai anda jauh-jauh datang kemari cuman untuk ketemu dengan saya" balas Candra masih tersenyum tapi kali ini tatapannya lebih tajam.

"Sepertinya anda tidak terkejut dengan kehadiran saya" kata Anna masih tersenyum. Pria yang mengenakan seragam putih dan celemek hitam itu pun mengangkat sedikit tangan kanannya untuk memberi kode pada para karyawannya yang lain dan menyuruh para tamu lain untuk pergi.

"Terkejut? hehehe tentu saja tidak, kenapa harus terkejut. Hampir tiap hari ada orang yang datang dan mengatakan kalau orang itu datang mencari saya. Yaah.. ini mungkin karna ulah anak saya juga, tapi tidak masalah" katanya masih tersenyum tapi sorot matanya tidak bergerak sama sekali.

(Hmm.. jadi lebih sering dari dugaan ku) pikir Anna tersenyum.

avataravatar
Next chapter