15 Home Sweet Home

Di pagi yang masih sangat gelap hari itu, Anna sudah terbangun dan kebingungan akan memakai baju apa nanti. Dia terus mengeluarkan pakaian dari lemari bajunya hingga banyak sekali pakaian yang menggunung di atas kasur.

"Non, sudah satu jam lebih anda mencari pakaian, ini masih jam 4 pagi" kata pelayannya yang ada di belakangnya masih mengenakan baju tidur karena terbangun oleh suara yang agak berisik dari kamar majikannya.

"Aduh mba, ini aku pakai apa yah. Aku ga punya baju" keluh Anna sambil terus mencari pakaian yang cocok.

(Padahal sudah lebih dari 20 setel pakaian yang dia keluarkan dan dia masih bilang tidak punya baju?) Pikir pelayan itu tersenyum melihat majikannya yang kebingungan.

"Stooop..!!! Kalau begini caranya tidak akan selesai. Nona Anna tidur lagi saja, nanti jam 5 akan saya bangunkan dan semua sudah siap" kata pelayan itu menghentikan Anna.

"Aduuh.. maaf mba, jadi tambah ngerepotin padahal tadi lagi tidur, aku jadi bangunin" kata Anna tidak enak.

"Non Anna ini bagaimana sih, itu kan memang sudah pekerjaan saya" kata pelayan itu sambil kembali merapihkan baju baju tadi dan Anna pun mengangguk mengerti.

"Lalu.. bagaimana dengan cowok non Anna yang non suka?" Tanya pelayan itu sambil memasukkan kembali beberapa baju yang masih bagus.

"J-jangan tanya hal memalukan begitu" kata Anna malu sambil menutup sebagian tubuhnya dengan selimut biru bergambar Stitch.

"Tidak apa-apa donk, kan cuman hanya ada kita berdua saja disini" katanya lagi sambil duduk di tepi ranjang.

"Y-yaa.. kalau aku rasa sih sebenarnya dia sama sekali tidak mengerti hal begitu" kata Anna pelan.

"Maksudnya bagaimana?" Tanya pelayan itu heran.

"Sikapnya memang terlihat dewasa, meskipun umurnya berbeda 4 tahun dengan ku. Tapi dia memang terlihat dewasa meskipun pikirannya masih polos seperti anak-anak" jelas Anna.

(4 tahun lebih tua? berarti umur nya sekitar 23 tahun) pikir pelayan itu.

"Kalau begitu.. itu artinya belum ada orang yang dia suka kan? Itu justru kesempatan bagus" kata pelayan itu.

"Kenapa memangnya?" Tanya Anna heran.

"Non tau? Cinta pada pandangan pertama itu terasa sangat sangaat.. berbeda. Kalau non Anna bisa bikin dia suka sama non, bukankah itu jadi lebih menarik? Lagi pula sepertinya kalau pun ada saingannya, itu bukan hal yang sulit" kata pelayan itu.

"Kenapa bisa begitu?" Tanya Anna heran.

"Memang sih.. meskipun di katakan jodoh itu di tangan Tuhan. Tapi seperti halnya rezeki, kalau hanya bisa meminta tanpa melakukan sesuatu, bagaimana cara Tuhan memberikan apa yang kita mau? Benarkan?" Kata pelayan itu tersenyum, Anna pun sempat termenung dan perlahan berbaring di kasurnya.

"Dan juga.. dari cerita yang non bilang, tipe pria seperti itu di jamin, sekali dia sudah menyukai orang itu, dia tidak membiarkan pasangannya kecewa" kata pelayan itu sambil menaikan selimut Anna sampai ke atas dadanya lalu dia berdiri.

"Yasudah, non Anna tidur lagi saja. Biar saya yang bereskan sisanya. Nanti jam 5 akan saya bangunkan agar non Anna bisa bersiap-siap" kata pelayan itu berdiri di samping kasur.

"Iya mba, makasih yah. Sekali lagi maaf ngerepotin" kata Anna tersenyum.

"Iya non, tenang saja"

.

.

"Aaargghh.. aku tidak sabar ingin cepat-cepat kesana" kata Rendra duduk di meja makan menunggu sarapan yang Gama buat selesai.

"Iya benar, aku juga sudah tidak sabar" kata Ady menyahut.

"Kira-kira.. akan seperti apa yah rumahnya" tanya Rendra sambil membayangkannya.

"Mungkin.. sebelum sampai di depan rumahnya akan ada pagar besar.. lalu di depan pintu rumah ada sebuah air mancur" kata Ady membayangkan.

"Itu bagus.. oh oh, selain ada air mancur, di sana juga ada taman dengan tanaman rumput besar yang di potong di buat beberapa bentuk" kata Rendra semangat dan mereka berdua pun tertawa.

Gama yang baru menyelesaikan sarapannya pun langsung memberikan nya ke kedua kakaknya. Dan dia juga langsung menyantap sarapannya tanpa menghiraukan kedua kakaknya.

"Adik kecil, bagaimana menurutmu?" Tanya Ady.

"Biasa saja" katanya datar sambil membayangkan banyak makanan di dalam kulkas di rumah Anna.

"Yasudah ayo cepat habiskan. Setengah jam lagi Anna akan datang menjemput kita" kata Ady melihat jam di dinding.

Mereka pun menghabiskan sarapan mereka dengan cepat dan mereka mencuci piringnya bersama-sama agar lebih cepat.

*Tok *tok *tok

Suara ketukan pintu pun terdengar. Mereka bertiga langsung kesana dan membukakan pintu. Tapi disana hanya ada seorang pria paruh baya dengan pakaian rapih jas hitam sambil tersenyum ramah.

"Loh, pak Supri? Anna mana?" Tanya Ady heran.

"Beliau sedang menunggu di rumah. Atau tuan sekalian sudah siap? Kalau sudah kita bisa berangkat sekarang" Tanya pak Supri ramah.

"Owh.. sudah pak. Apa.. bapak mau masuk dulu untuk minum? Pasti bapak lelah kan di perjalanan masih pagi-pagi gelap seperti ini?" Tawar Ady.

"Hohoho.. tidak tuan, terimakasih. Saya biasa sarapan nanti agak siang" kata supir itu menolak dengan sopan.

Ady dan Rendra pun saling menatap karena mereka merasa tidak enak. Gama pun menerobos keluar dan memberikannya segelas kopi cappucino yang di masukkan ke dalam tempat minum milik Gama.

"Loh tuan.. tidak apa-apa, ini.. sangat membuat saya tidak enak nanti" kata pak Supri merasa tidak enak.

"Sudah pak, terima saja. Itu masih panas, bapak bisa meminumnya saat di mobil nanti" kata Ady tersenyum. Pak Supri pun menerimanya dari Gama dengan perlahan.

"Kalau begitu terimakasih yah. Saya benar-benar merasa tidak enak" kata pak Supri sekali lagi.

"Hahaha.. iya pak tenang saja. Kita berangkat sekarang saja yu pak, Anna pasti sudah menunggu disana" kata Ady. Pak Supri pun tersenyum sambil mengangguk dan mengantar mereka ke mobil setelah Ady mengunci pintu.

Di perjalanan, Ady dan Rendra duduk di belakang sedangkan Gama tertidur di pangkuan Ady karena dia mabuk kendaraan. Mobil itu pun melaju dengan kecepatan normal dan jendela mobil yang di buka atas permintaan Ady karena Gama tidak bisa bernafas dengan normal kalau sedang berada di dalam mobil.

Mobil itu pun berhenti di depan sebuah pagar besar berjeruji besi. Setelah pak Supri mengatakan sesuatu, pagar itu pun terbuka dengan sendirinya dan mobil pun kembali maju.

Ady dan Rendra yang takjub melihat ke arah luar mobil pun terasa heran. Hamparan rumput yang begitu luas dengan beberapa pohon jauh di ujung pandang.

Rumah rumah tampak terlihat dan orang-orang yang berada di dekat sana tertawa, berbicara saling mengobrol dan beberapa juga ada yang tampak seperti sedang mengurus sebuah kebun di bukit tinggi tidak jauh dari perumahan itu.

"Aku tidak tau di kota ini ada tempat seperti desa" kata Ady heran.

"Benar, aku juga tidak tau. Lagi pun, desa macam apa yang di tutup menggunakan pagar besar seperti itu" kata Rendra aneh.

Mereka melihat Padang rumput yang luas serta beberapa petak persawahan dari berbagai macam sayuran dan buah. Bahkan ada yang berbukit-bukit seperti kebun teh yang sedang di petik oleh beberapa petani.

"Indahnya.. jarang sekali di dalam kota ada desa seperti ini. Loh, aku baru sadar, mana ada desa di dalam kota" kata Ady heran melihat Rendra yang juga heran.

"Benar, rumah rumahnya juga berjarak sangat jauh" kata Rendra.

"Hohoho.. tidak tuan, ini bukan desa" kata pak Supri tertawa di depan sambil mengendarai mobil. Ady dan Rendra pun mengerutkan kening mereka menatap pak Supri yang duduk di depan.

"Loh, lalu ini apa?" Tanya Ady heran.

"Sejak kita memasuki pagar tadi, kita sudah memasuki wilayah tempat tinggal non Anna" kata supir itu.

"HAAHHHH??????" Mereka berdua pun terkejut sampai hampir membangunkan Gama, dengan cepat Ady mengelus-elus kepalanya agar kembali tidur.

"Iya, ini semua milik non Anna. Dia sendiri yang mendirikannya dari sejak masih berumur 6 tahun sampai sebesar ini" kata pak Supri.

"Ya- Tunggu dulu. Ini jelas lebih terlihat seperti desa dengan sawah, kebun dan bukit" kata Ady tampak tidak percaya.

"Meskipun sulit di percaya, tapi begitu lah kenyataannya" kata pak Supri menyeringai.

"Huhuhuu bagaimana bisa kita berteman dengan orang seperti Anna" kata Rendra terharu.

"Y-yaa.. aku juga sangat terkejut" ucap Ady masih memandangi kebun-kebun yang ada di luar.

"Nah tuan, kita sudah sampai" kata pak Supri menghentikan mobilnya.

Ady pun membangunkan Gama dan keluar dari mobil. Mata Ady dan Rendra langsung terbuka lebar saat melihat betapa besar rumah yang ada di hadapan mereka saat ini.

"Benar-benar gila. Mau ke pintunya saja ada tangga dulu, di depannya ada air mancur besar serta hiasan rumput yang di pahat" kata Ady kagum.

"Dy, lihat deh. Itu taman bunga sudah seperti taman wisata saja" kata Rendra menunjuk ke arah taman yang ada di hadapan mereka.

*Klek

Pintu besar itu pun terbuka dan banyak pelayan yang berjejer di kanan dan kiri menuju pintu itu.

Ady, Rendra dan Gama yang sudah tidak mengantuk pun menengok ke arah pintu dan mereka melihat Anna yang mengenakan gaun putih serta rambut yang memakai bando dengan berbagai pernak-pernik di kepalanya.

Ady dan Rendra yang melihat pun sempat kagum dengan kecantikan Anna tapi Gama malah terus memandangi air mancur yang ada di belakang mereka.

"Selamat datang teman-teman" sambut Anna sambil tersenyum.

Dengan anggunnya, Anna menyambut mereka di depan pintu rumahnya dengan mengenakan gaun putih serta bando dan tengah rambutnya di ikat di belakang.

Ady dan Rendra sempat terdiam melihat kecantikan Anna yang muncul. Anna memang senang melihat reaksi kedua temannya seperti itu, tapi justru satu-satunya orang yang dia harapkan berekspresi seperti mereka malah terlihat biasa saja menatapnya. Meskipun di dalam hatinya agak kecewa karena dia sudah merias diri dengan sebaik mungkin hanya agar orang itu senang melihatnya, tapi dia tetap senang karena sekarang orang itu akan masuk ke dalam rumahnya.

"Tunggu apa lagi? Ayo masuk" ajak Anna dan berjalan masuk ke dalam.

Ady, Rendra dan Gama pun berlari menaiki tangga itu dan mengejar Anna.

"Oh, kalian tidak perlu melepas sendal kalian" kata Anna berbalik saat melihat Rendra melepas sendalnya untuk masuk ke rumahnya. Dengan malu dia pun memakainya lagi.

"Bahkan masuk ke rumahnya saja bisa memakai sendal hihihi" bisik Rendra dan Ady pun ikut tertawa.

"Hei adik kecil, apa menurut mu di rumah kita bisa seperti itu?" Tanya Ady melihat adiknya yang tetap terlihat cuek.

"Kalau Ady mau mengepel setiap hari, tidak masalah" katanya sambil melihat ke depan dengan ekspresi datar

(Menyeramkan) pikirnya.

Mereka pun sampai ke sebuah ruangan yang sangat luas, dengan karpet merah bermotif bunga lebar di tengah ruangan itu sudah di pasang meja berbentuk bundar dengan 4 bangku yang di hias vas bunga kecil di tengahnya.

Sebuah lukisan berisi tiga orang berukuran besar di atas tempat perapian menghiasi ruangan itu.

Dari arah berlawanan, ada sepasang orang dewasa yang berjalan mendekati mereka.

"Oh perkenalkan, ini ayah dan ibuku. Ayah, ibu, ini teman-teman ku yang aku bicarakan saat itu" kata Anna memperkenalkan.

"Ya ampun, kalian masih terlihat muda sekali yah. Dulu om juga seperti kalian" kata seorang pria dengan kumis tebal di wajahnya.

"Ini siapa? Lucunya.. berapa umurmu?" Tanya seorang wanita yang masih terlihat muda berjongkok di depan Gama dan mencubit pipinya.

"Kalau Tante punya anak seperti mu, Tante jadi merasa seperti masih muda" katanya lagi.

Ady dan Rendra pun menunduk memberi salam dan Gama terus mengusap pipinya yang di cubit wanita itu.

"Yasudah, om dan Tante keluar dulu yah. Anggap saja rumah sendiri" kata mereka pergi menuju pintu keluar.

"Iya om, Tante, terimakasih" jawab Ady.

"Silahkan duduk" kata Anna sambil duduk dengan tenangnya di bangkunya sambil menepuk tangannya perlahan.

Saat mereka bertiga akan duduk, tiba-tiba beberapa pelayan datang dengan membawa beberapa makanan dan minuman lalu di letakkan di meja.

(Semua makanan yang di buat ini berdasarkan di dalam buku yang aku baca di rumah Gama kemarin) pikir Anna dengan senyumannya.

"Ini.. apa ini tidak berlebihan? Sepertinya ini porsi untuk satu keluarga besar" kata Ady melihat semua hidangan itu.

"Benarkah? Aku rasa tidak begitu" kata Anna melihat Rendra yang langsung menyantap beberapa makanan disana dengan rakusnya.

"Bikin malu saja" kata Ady malu.

Anna pun melihat Gama yang terus memperhatikan makanan itu dengan seriusnya. Gama sendiri berfikir seperti pernah melihat semua makanan ini, tapi dia sendiri tidak ingat dimana.

"E Anya appua de Uma mu afa koan beenang" *eh Anna, apa di rumah mu ada kolam berenang?* Tanya Rendra dengan mulut penuh.

"Tentu saja, ada di belakang rumah. Apa kalian mau berenang?" Tanya Anna.

"APA BOLEH?" tanya Rendra spontan langsung berdiri dengan semangat.

"Tentu saja" kata Anna tersenyum.

"Tunggu-tunggu, kita tidak bisa. Kita tidak membawa pakaian ganti" kata Ady.

"Ooh tenang saja" kata Anna sambil menepuk tangannya. Dan satu pelayan datang membawa satu rak pakaian renang pria lengkap menggantung disana.

"Wohohoo.. menakjubkan, ayo Ady, aku tau kau sangat menginginkannya khaaaan.." goda Rendra.

Dengan rasa bingung, malu dan memang benar dia sangat ingin akhirnya Ady pun mengatakan iya.

"Oke, mba tolong antar mereka ke ruang ganti pakaian yah. Sekalian tunjukkan kolamnya" pinta Anna sopan, dan pelayan itu pun dengan senang hati mengajak Ady dan Rendra pergi.

"Adik kecil, kau tidak ikut?" Tanya Ady.

"Tidak, Gama disini saja" katanya karena tertarik begitu banyak jenis makanan yang tersedia di hadapannya.

"Oke.. kami akan kembali nanti" kata Ady pergi dengan Rendra.

(Hebat, semua terjadi sesuai perkiraan nona Anna. Padahal tidak ada dorongan atau tawaran dari nona Anna dan mereka sendiri yang membuat scenario nya. Orang berbakat benar-benar menakutkan. Bahkan dia bisa menemukan tuan Gama, salah satu aset rahasia negara dalam jangka waktu 3 bulan di sela-sela kesibukannya) pikir pelayan itu yang mengantarkan Ady dan Rendra.

"Maaf, tapi bisakah kalian meninggalkan kami berdua saja?" Pinta Anna pada para pelayannya yang berada di ruangan itu. Mereka semua pun langsung keluar sesuai perintah Anna.

Untuk beberapa saat, disana sangat hening. Tidak ada obrolan maupun suara. Gama terus saja memperhatikan setiap gelas teh yang ada di hadapannya.

"Ehm.. Gama. Aku punya sesuatu untuk mu" kata Anna, Gama pun menoleh dan menerima sebuah gantungan HP dengan bandulan berbentuk rumah kayu.

Gama pun melihat gantungan itu dengan heran lalu melihat Anna.

"Itu dari ayah mu, aku bertemu dengannya dan dia menitipkan itu padaku" lanjut Anna. Gama pun mengerti dan terus melihat gantungan itu.

Anna menggeser bangkunya secara perlahan mendekati Gama agar duduk mereka lebih dekat.

"Kenapa Anna berbohong?" Tanya Gama saat melihat Anna mendekat.

"Ehm? aah yang di toko HP soal aku bilang pada Ady kalau kau menyelamatkan aku dari mobil?" Tanya Anna dan duduk di sebelahnya, Gama pun mengangguk.

"Memangnya kenapa kalau aku berbohong?" Tanya Anna sambil tersenyum.

"Kata Ady dan ayah berbohong itu salah" kata Gama polos.

"Memang benar yang di katakan Ady dan ayahmu. Tapi ada yang namanya berbohong untuk kebaikan. Salah satu contohnya itu" jelas Anna.

"Jadi kalau Gama berbohong untuk dapat teman itu boleh?" Tanya Gama lagi.

"Eeeeemm.. sebenarnya sih tidak boleh juga. Tapi kan setelah melihat hasilnya bukan hal buruk, tidak apa-apa kan?" Kata Anna lagi, sebenarnya Gama masih tidak mengerti maksudnya. Tapi karena menurutnya tidak ada yang di rugikan dari kedua belah pihak dia pun tidak peduli.

Dengan perlahan Anna pun menyentuh tangan Gama sampai Gama sendiri tersentak lalu melihat Anna.

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanyanya dengan mata yang penuh harapan, melihat raut wajahnya yang serius Gama pun juga menanggapinya dengan serius lalu mengangguk.

"Apa ada seseorang yang kau suka sekarang ini?" Tanya Anna.

.

.

*BYURR!!

"Menyenangkan sekali yah.." kata Rendra setelah melompat masuk ke dalam kolam.

"Hahaha iya, benar-benar di luar dugaan. Kolam renang sendiri dengan seluncuran yang keren. Bahkan pemandangannya pun juga bagus" kata Ady mengambang di tengah kolam.

"Tapi kenapa yah, ucapan pak Supri seakan-akan tidak ada yang mau berteman dengan Anna" kata Ady heran.

"Apa maksudmu?" Tanya Rendra heran.

"Sewaktu pertama kali kita berangkat ke sekolah bersama Anna. Pak Supri berterimakasih padaku karena mau berteman dengan Anna" kata Ady.

"Sepertinya dia bukan tipe orang seperti orang kaya pada umumnya" jelas Rendra sambil mengambang dan melihat ke langit.

"Maksudnya?"

"Kau tau? Sifatnya, perlakuannya pada pak Supri pun dia tidak merasa seperti kalau dia majikannya. Mungkin dia bukan tipe orang yang suka mengumbar kekayaannya" jelas Rendra.

"Bahkan teman-teman di kelas kita juga sudah bilang masalah nya di sekolah kemarin" lanjut Rendra.

"Aku setuju sih. Ku rasa waktu dia berbohong saat di toko HP itu lebih baik kalau tujuannya mau berteman dengan kita. Kalau dia memang bersifat sedikit arogan dengan kekayaannya pasti dia lebih memilih bilang kalau dia bisa membelikan kita HP karena dia orang kaya, bukan berbohong dengan mengatakan kalau dia habis di tolong oleh Gama karena ingin tertabrak mobil" jelas Ady.

"Hahaha.. benar, dengan gaun super besarnya itu dan kotoran yang hanya ada di depannya, bisa di simpulkan kemungkinan dia hanya tersandung dan di tahan oleh Gama" kata Rendra lagi sambil naik ke atas kolam.

"Sudah selesai?" Tanya Ady, dan Rendra pun mengangguk.

Mereka pun kembali mengganti pakaian mereka semula dan kembali ke ruangan itu. Mereka berdua heran melihat Anna yang duduk menunduk ke bawah dengan jarak yang agak jauh dengan Gama yang sedang meminum tehnya.

"Kenapa kalian duduk berjauhan begitu?" Tanya Ady sambil duduk di bangkunya, Anna pun langsung mengangkat wajahnya karena terkejut dengan kehadiran Ady dan Rendra.

"O-oh, tidak apa-apa hihihi.. bagaimana? Apa kalian senang?" Tanya Anna sambil tersenyum.

"Yaa, itu sangat hebat" kata Rendra semangat.

"Tapi.. hari sudah mulai sore, sepertinya kami harus pamit" kata Ady.

"Ooh sudah mau pulang? Ayo aku antar ke depan. Kamar pak Supri kebetulan ada di sebelah rumah ini, jadi dia pasti sudah ada di depan sekarang" kata Anna berdiri.

Mereka pun keluar menuju pintu depan dan masuk ke dalam mobil untuk pulang. Dengan Matahari yang mulai terbenam, Anna pun melambaikan tangannya ke arah mobil yang dengan perlahan menjauh dari pandangannya.

"Bagaimana non perjamuannya?" Tanya pelayannya yang muncul di sebelahnya.

"Ehm?"

*** 15 menit yang lalu ***

"Jadi Gama, apa ada seorang perempuan yang kau suka sekarang?" Tanya Anna serius dan Gama pun mengangguk.

"Siapa?" Tanya Anna tidak sabar.

"Nia" katanya datar.

(Nia? Siapa dia?) Pikir Anna.

"Nia, Anna, dan Keyla" katanya lagi.

"Eh?? Ko bisa ada tiga orang?" Tanya Anna heran.

"Karena semuanya teman Gama dan mereka baik" katanya polos.

Mendengar jawaban itu Anna pun terkejut lalu tersenyum.

(Dasar bodoh, apa sih yang aku pikirkan. Sudah pasti dia akan mengatakan itu) pikir Anna sambil kembali menjauh.

"Apa ada sesuatu?" Tanya Gama heran.

"Tidak tidak, hahaha tidak ada. Aku hanya ingin tau itu saja. Ayo silahkan minum tehnya, kau suka teh kan?" Kata Anna dan Gama pun mencoba teh teh yang ada di hadapannya.

*** Kembali ***

"Menyenangkan" kata Anna tersenyum.

"Oh dan juga.. terimakasih yah bantuannya kepada semuanya. Maaf itu tadi pasti sangat merepotkan" kata Anna menunduk.

"No-non, jangan begitu, rasanya sangat aneh. Itu kan emang sudah tugas kami" kata pelayannya.

.

.

Seorang pria bertubuh besar dan tinggi sampai 2 meter lebih dengan seringai besar di wajahnya. Dengan kulit agak gelap, jaket kulit hitam, kalung rantai dan gelang berduri dia pun berjalan menyusuri kota dan orang-orang yang ada di sekitarnya menghindari nya karena ketakutan.

"Hohoho.. jadi mereka tinggal di kota seperti ini? Menarik, aku akan berkeliling sebentar sebelum menyapa mereka" kata pria besar itu.

avataravatar
Next chapter