8 part 8

kini kami memasuki rumah juna, rumahnya kecil namun cocok untuk ditinggali keluarga kecil Juna,hanya terdapat 2 kamar dirumah, satu kamar juna dan yang satu kamarnya diberikan kepada keluarga Ririn. dan aku Anna Raka dan Al tidur di ruang tengah, yang sudah disiapkan kasur yang oleh istri Juna untuk kami, tapi hanya untuk diriku dan Anna, sedangkan Raka dan Al tidur di sofa..

semuanya telah bersiap untuk tidur, seperti biasa aku tidak bisa tidur, apa lagi di tempat asing seperti ini membuatku tidak nyaman, aku merindukan kamarku.

dan akhirnya aku bangkit aku meraih ponselku, ada 2 notifikasi pesan wa..

aku membukanya dengan berjalan menuju keluar rumah dan duduk di teras rumah Juna..

✓(Vicky)

hati-hati dan bersenang-senanglah di sana, aku akan menunggumu pulang. miss u

"dari mana dia tau, apa dia mulai mengawasi ku lagi" tanyaku dalam hati, tapi lihatlah, sekarang aku tersenyum saat melihat pesannya, ada perasaan senang di hatiku.

Vicky... cinta pertamaku, bohong jika aku mengatakan bahwa aku sudah melupakannya, hatiku masih berdetak kencang jika ada di dekatnya, sampai sekarang akupun tidak pernah melupakannya dia yang pertama kali aku cintai, kekasih pertamaku, dan pertamakali aku dicium laki-laki .dibandingkan dengan Al Vicky lah yang kisahnya masih aku simpan dalam hatiku... Vicky entah akan seperti apa kisah ku dan dirinya esok dengan statusku sekarang.

aku melihat pesan wa satunya lagi, ternyata pesannya dari Syaif.

✓(Syaif)

mah, lusa aku akan ke rumah sakit, melakukan imunisasi pada bayiku sekaligus aku akan melakukan tes DNA, sungguh aku masih belum percaya kalau ini anakku mengingat pekerjaan Dewi sebelum kunikahi, doakan untuk hasil yang baik ya mah

Tes DNA.... apa yang harus aku doakan dan aku harapkan, Dewi memang bekerja sebagai wanita penghibur sebelum menikahi Syaif, tapi Dewi bersikukuh kehamilannya adalah perbuatan dari Syaif meskipun mereka hanya melakukannya satu malam yang itupu tidak disengaja, dan dari alasan itulahaku dan Syaif bercerai dan mereka menikah.

Tapi... bagaimana jika hasil tes DNA menunjukan bahwa Syaif bukanlah ayah kandung bayi itu, apa yang akan mereka lakukan, apakah mereka akan bercerai? ahhh sakit sekali kepalaku memikirkannya, aku hanya menginginkan hal yang terbaik bagi tuhan karena akupun tidak tau apa hal yang terbaik buat mereka.

Aku termenung menatap langit malam, memikirkan beratnya kisah hari ini..

malam itu aku terjaga sampai mentari datang menyilaukan pandanganku, akupun bergegas masuk kedalam rumah dan mendapati sahabatku kini tengah bersiap untuk keberangkatan kami menuju Dieng.

"Kamu tidur diluar nda? apa gak dingin diluar? " Raka bertanya

"aku..? aku malah gak tidur ka, oh iya aku mandi dulu ya" jawabku sambil mengambil peralatan mandiku dan menuju kamar mandi rumah Juna.

"dia insomnia Raka, dia gak pernah tidur sejak anaknya meninggal, ditambah perceraian yang membuat Dinda harus menemui Psikiater, dia didiagnosis depresi tau " ucap Anna menjelaskan

Semuanya kaget atas penjelasan dari Anna termasuk Al, dia mengganggukan kepalanya dan meletakan tanggannya pada dagunya berekspresi seperti memikirkan sesuatu dengan keras yang terlihat dari keningnya yang mengkerut. sekarang dia ingat kenapa saat di mobil menuju perjalanan kesini Dinda mengatakan harus meminum obat dulu kalau mau tidur.

"Kasian Dinda, begitu amat kisah hidupnya, ditinggal mati anaknya trus ditinggal suaminya selingkuh juga.. tragis gila, gimana dia gak depresi coba" ucap Juna lantang sambil menyilangkan kedua tanggannya di dadanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya

"mangkanya kita disini cobalah untuk menghiburnya, barangkali dia bisa sembuh bisa lupa sama masalah hidupnya" ajak Raka, semuapun mengangguk

"iya bener, dia juga tadinya hampir batal ikut kita loh pas tau Al ikut, tapi dokternya nyuruh ikut, katanya bergabung dengan lingkungan baru akan memudahkan penyembuhannya" jawab Anna sambil menepuk punggung Juna mengagetkannya

"baguslah, berarti kita punya peran penting sekarang buat Dinda, jangan sampe ada yang bikin Dinda sedih ataupun inget masa lalunya, jangan ada yang pernah tanya tentang bagaimana dirinya dulu" ajakan Ririn membuat kami mengangguk

Al hanya diam mencerna percakapan sahabat-sahabatnya tentang Dinda saat Dinda sedang berada di dalam kamar mandi.

"oh iya, coba kalau Al sama Dinda gak putus ya, terus kalian sekarang nikah pasti gak akan sesedih ini kehidupan kalian, yang satu janda cerai yang satu duda di tinggal mati istrinya hahaha..." perkataan Juna membuat kami kompak mengarahkan pandangan kami dan melototinya dan juna yang masih tertawa memelankan suara tertawanya yang terdengar memaksa sambil melihat tatapan dari sahabat-sahabatnya itu

plakkk...

punggung Juna di pukul oleh Rina

"kebiasaan mulut tuh, gak bisa banget gitu mikir dulu kalo ngomong" gemas Ririn yang masih terus memukuli punggung Juna

"tau ihhh nyebelinn" seru Anna mencubit perut Juna

Akupun keluar dari kamar mandi, aku melihat pertengkaran kecil antara Ririn Anna dan Juna, tapi aku hanya tersenyum melihatnya sambil menggosok kepalaku dengan handuk untuk mengeringkan rambutku karena aku sudah terbiasa dengan pemandangan itu, mereka memang selalu bertengkar kecil dengan kebercandaan mereka yang kadang kelewatan,apalagi Anna dan Juna.

"oke oke sorry.. soryy sorry yahhh, gak akan diulang lagi janji" ucap Juna sambil mengacungkan kedua jarinya

"makanannya sudah siap, ayuk sarapan dulu" ucap mayang istri Juna

"wahhh keliatannya enak, makasih ya mayang" Anna tersenyum lebar

Akupun yang baru keluar kamar mandi di ajak oleh istri Juna untuk sarapan masakan yang dibuagkannya, dan benar sekali kata Anna, masakannya enak. istri Juna jago sekali masaknya

"dinda mau aku bantu?" tawaran Al padaku yang terlihat sedang kesulitan menresletingkan tasku.

"gak Al makasih, aku bisa kok" aku pun masih berusaha untuk menutupnya tapi tetap saja susah

"sini ..." perintahnya padaku

Akupun menyerah, kuberikan tasku pada Al, dia pun menutupnya dengan mudah, memanglah tenaga lelaki sungguh berbeda denganku sebagai seorang wanita

"makasih ya Al"

"sama-sama" ia pun berlalu pergi

"Dinda...." ucap Ririn

"ya rin"

"tuh liat, si Al mulai deketin kamu kan?"

"dia bantu aku rin, bukan deketin.. ah kamu ada-ada aja, kamu juga bantu aku gih ambilin sabun mukaku, tertinggal di kamar mandi tadi" jawabku padanya

"ihhh... dasar" Ririn pergi ke kamar mandi dan membawakan sabun cuci mukaku

"makasih Ririn cantik, nah ini begini nih.. sama tadi Al juga bantu aku"

"ya..ya..ya..." Ririn pun pergi meninggalkanku

"yaudah siap-siap aku tunggu di depan ya gaes" ajak Juna

"Al bantu bawa ini" rengek Anna pada Al

"yaudah sini, bawel" jawab Al.

"biarin bawel yang penting cantik" jawab Anna

"cantik-cantik tapi belom kawin hahaha"ledek Juna

avataravatar
Next chapter