1 Part 1

Aku Dinda 26 tahun seorang bidan di salah satu kantor pemerintah di daerah kabupaten Cirebon, aku adalah seorang janda kurang lebih 1 tahun lamanya..

aku menikah 3 tahun yang lalu bersama lelaki yang aku sangat cintai dan ia pun sangat mencintaiku, Syaif namanya.

kita memiliki 1 org anak laki-laki, begitu tampan percis seperti papahnya. kehidupanku sangat bahagia, anaku memberikan keharmonisan keluarga yang sangat tak ternilai, kami saling mencintai menyayangi dan melengkapi, tapi moment itu terhenti karena saat umurnya 2 tahun anaku meninggal karena didiagnosis kelainan jantung.

Aku sangat depresi kehilangan anakku, begitupun Syaif suamiku. tidak ada keceriaan lagi dalam rumah tangga kami. Aku mulai menyendiri jarang melakukan aktifitas selain pekerjaanku di kantor, suamiku yg bekerja diluar kota jarang menghubungiku dan akupun tidak berusaha untuk mencarinya.

2 bulan berlalu, aku mulai menerima keadaan begitupun suamiku, sampai akhirnya suatu hari ia pulang menangis memohon maaf padaku, "sayang maafkan aku" katanya lirih memohon padaku.

"kamu kenapa yang" tanyaku yang penasaran

"aku ... aku... hikk hikk " syaif menangis sejadi-jadinya yang duduk tergeletak dilantai dengan memeluk kakiku.

"ihh kenapa sih, ada apa ngomong, kamu kenapa ?" tanyaku sedikit bernada tinggi padanya sambil melepaskan pelukannya pada kakiku

"papah sayang mamah, papah gak mau kamu ninggalin papah, papah minta maaf mah papah punya salah besar sama mamah, mau ngomong tapi jangan marah apalagi berfikir untuk ninggalin papah, papah gak mau" tegasnya sambil memelas dan tidak melepaskan pelukan kakiku.

"kamu selingkuh??" tanyaku datar

Syaif tidak menjawab dia hanya menangis dan berkata maaf

"jawab !!! kamu selingkuh kan??" tanyaku dengan berteriak

"iyah..." jawabnya lemah

kedua mataku terbuka lebar, kudorong tubuh suamiku dengan sekuat tenaga.

"kuburan anaku masih basah, tega teganya kamu kaya gini!!" aku yang selalu berteriak dan tidak perduli jika tetangga mendengarnya.

"papah khilaf mah, papah mabuk waktu itu jadi papah gak tau, papah minta maaf, papah mohon mah, papah mohon mamah jangan marah, maafin papah" Syaif memeluk kakiku kembali

"khilaf?? mabuk?? maksud kamu apa, kamu udah ngapain sama dia? kamu tidur sama dia??"

"iya mah tapi cuma semalam aja, karena papah mabuk papah gak tau, papah gak sadar maafin papah mah papah mohon"

"gila kamu ya, kamu gak ingat aku Syaif?? kaya gini perbuatan kamu sama saya!!" tegas

"papah mohon mah, maafin papah"

aku terus mengusap wajahku dengan kasar, tanpa sadar air mataku mengalir deras, aku tidak bisa berkata-kata, hatiku remuk sejadi-jadinya, suami yang aku cintai telah mengkhianati ku, entah mengapa aku menganggap bahwa tuhan tidak adil padaku.

"aku salah apa sama kamu pah, kamu jahat banget sama aku" tanyaku lirih dengan kedua tanganku yang menutup mukaku menyembunyikan tangisan kekecewaan ku.

"aku kurang apa, kenapa setega itu"

"papah minta maaf mah, mamah gak salah papah yang salah, mamah gak ada kurangnya mamah sempurna, papah yang salah, papah depresi kehilangan anak kita sampai papah mabuk dan ketika sadar papah lagi ada di tempat ********, papah juga gak ngerti kenapa papah di sana mah, papah minta maaf" penjelasannya dengan tangannya yang berusaha untuk memegang tanganku.

"kapan kejadiannya?" tanyaku tegas

"1 setengah bulan yang lalu, papah sayang mamah, papah minta maaf mah papah khilaf" sekarang ia bangkit dari duduknya, berdiri di hadapanku dan memegang bahuku.

aku menyingkirkan tangannya keras "jangan sentuh aku, pergi aku mau sendiri.!!"

"mah"

"pergi" aku mendorongnya keluar dari kamar, dan kututup pintu kamar dengan kencang menguncinya lalu aku menangis lemas dibalik pintu kamar,

diluar pintu kamar suamiku pun menangis termenung duduk ..

sesaat kemudian aku membuka pintu, suamiku kaget dan langsung berdiri memandangku.

"kamu risign dari perusahaan cari kerja di kota ini, tinggalkan dia atau kamu tinggalkan aku"! tegas

iya memundurkan langkahnya, bersandar ke tembok lalu menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. "aku gak bisa ninggalin dia mah" jawabnya lemas

"oh ya?? kenapa, kamu cinta dia" aku berteriak mendekatinya dan menunjuk mukanya

"dia hamil"!!

plaaaakkkk....

tamparan keras kutujukan kepadanya, keras dan sangat keras hingga tanganku pun sakit karena menamparnya..

aku terdiam kemudian memukul dadanya dan entah apa yang aku pukul, dia menahan ku dengan tetap tidak melawan pukulan ku sambil memohon meminta maafku.

tenagaku habis, memukulinya dan menangis membuat energiku hilang, akupun terjatuh dan pingsan.

1jam kemudian

aku terbangun, aku sudah berada di tempat tidur, aku menyapu melihat isi ruangan kamarku dan mendapati suamiku sedang terduduk lesu menangis dilantai kemudian bangkit saat melihat aku tersadar..

aku bangun dan duduk diranjang, suamiku membantuku bangun. dengan lemah aku berkata "aku mau kita cerai" aku mengatakannya dengan tegas, suamiku menangis dengan sangat kencang, dia terus memohon ampun padaku memintaku agar memikirkannya kembali.

aku mengusirnya saat itu juga tanpa berkata-kata aku masukan barang-barangnya dalam koper lalu aku buang keluar rumah dan tak lupa akupun menarik suamiku agar keluar dari rumah kontrakan kami.

2 hari kemudian aku mendaftarkan perceraian ku, dan 3 minggu kemudian kami resmi bercerai.. dia selalu menangis dipersidangan dan juga selalu mengucapkan maaf sesaat sidang usai. "aku sayang kamu mah, gak akan berubah meski kita bercerai, maafin papah, papah emang bajingan, maafin papah, papah mohon" katanya sambil memegang tanganku dan duduk di bawah. aku hanya diam tidak menatapnya dan berlalu pergi meninggalkannya.

1bulan kemudian aku mendapatkan kabar bahwa ia menikah dengan wanita itu, Syaif harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, meski ia ragu bahwa itu anaknya karena mereka hanya tidur bersama satu malam saja dan juga wanita itu adalah seorang psk jadi pasti tidak hanya Syaif yang menidurinya, tetapi wanita itu bersikukuh bahwa itu anak Syaif.

Aku mengalami depresi, aku dibawa kedua orang tuaku ke psikiater, aku rasa aku gila saat itu, aku meminum obat setiap hari hingga 3 bulan lamanya, atasanku memberikan cuti sakit padaku selama 3 bulan itu, karena mereka mengetahui kondisiku.

kini aku mulai menerima keadaan, saran psikiaterku selalu terniang dikepalaku disaat aku terpuruk mengingat kejadian yang begitu membuat hatiku hancur, syukurlah aku selalu disuport oleh keluarga dan teman-temanku..

kini 6 bulan berlalu dan aku mulai bangkit, aku mulai menerima takdirku bahwa aku kini adalah seorang janda.

_----------------_

avataravatar
Next chapter