webnovel

Mengapa Tidak Tersambung? (2)

Editor: Wave Literature

Pukul setengah delapan.

Sarapan sudah siap, tapi Leng Sicheng belum turun.

Kamar Leng Sicheng juga berada di lantai dua. Satu kamar di timur dan satu kamar lagi di barat, kemudian beberapa kamar memisahkannya tepat di tengah. Seolah-olah, penempatan ini ingin menggambar perbatasan dan jarak yang sedikit jauh.

Gu Qingqing tidak pernah pergi ke kamar Leng Sicheng. Ketika mereka baru saja menikah, Gu Qingqing ingin menyenangkan hari Leng Sicheng. Ia pernah mencoba datang untuk membawa kopi dan makan malam. Mengetuk pintu kamar Leng Sicheng, Gu Qingqing tidak memintanya untuk kembali ke kamar dan beristirahat bersamanya. Setidaknya, ia hanya ingin Leng Sicheng tidak terus bekerja. Menyempatkan minum kopi dan makan malam saja sudah lebih baik.

Namun, siapa sangka? Sebaliknya, wajah Leng Sicheng tampak yang acuh tak acuh dan ia menghardik galak. "Mengapa? Saya tadi belum memuaskan Anda? Apakah Anda masih ingin datang dan meminta saya untuk melanjutkannya? Oh, Anda juga cukup baik dalam menghadapi saya. Saya bisa menikmati beberapa ronde lagi tanpa khawatir akan membunuh orang."

Leng Sicheng memiliki kemampuan ini! Cukup dengan sepatah kata, ia bisa membunuh tanpa menumpahkan darah. Jantung Gu Qingqing serasa dihujam duri-duri hingga berlubang.

Selain itu, Leng Sicheng tidak suka jika Gu Qingqing menelepon nomor pribadinya. Beberapa waktu lalu, kakak Gu Qingqing berhutang judi. Gu Qingqing pun menelepon Leng Sicheng. Setelah menjelaskan alasan ia menelepon, Leng Sicheng bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun dan langsung menutup telepon.

Du… Du… Du...

Gu Qingqing tidak akan pernah lupa bagaimana perasaannya saat mendengar suara telepon ditutup begitu saja oleh Leng Sicheng. Darahnya yang sebelumnya terasa mendidih tiba-tiba digerus arus dingin Siberia. Pembuluh darahnya seketika serasa dingin membeku.

Sejak saat itu, Gu Qingqing tidak pernah berani menelepon nomor pribadi Leng Sicheng. Ia juga tidak berani lagi untuk mempedulikan masalah Leng Sicheng, sesepele apapun itu.

Sama, begitu juga dengan saat ini.

Ketika Gu Qingqing sampai di pintu kamar Leng Sicheng, ia agak ragu-ragu. Bibir merahnya sedikit terbuka. Namun, sebelum mengeluarkan sepatah kata pun, ia kembali menutup mulutnya dengan lembut. Setelah memikirkannya, Gu Qingqing memutuskan untuk mengangkat tangan dan mengetuk pintu. Ia sudah memutuskan untuk menyuruh Leng Sicheng turun untuk sarapan.

Tangan Gu Qingqing masih terangkat setengah ketika pintu tiba-tiba terbuka. Wajah tenang dan dingin Leng Sicheng muncul di hadapannya.

Tangan Gu Qingqing masih terangkat di udara saat tatapan ringan Leng Sicheng menyapunya dengan tenang. Gu Qingqing tampak seperti tersengat listrik. Matanya menyipit sebelum ia segera menurunkan tangannya kembali dan meletakkannya di belakang seperti seorang murid. Ia berkata pelan, "Sarapan sudah siap, Anda…"

Leng Sicheng mengabaikan Gu Qingqing. Dengan pandangan acuh tak acuh, ia melangkah dengan kaki panjangnya dan berjalan melewati sisi Gu Qingqing kemudian langsung turun ke bawah.

Gu Qingqing membeku sejenak, menyaksikan sosok Leng Sicheng berjalan dari pintu tangga lalu masuk ke ruang makan. Ia berhenti menunggu dan bergegas mengikuti Leng Sicheng.

Di ruang makan, Leng Sicheng sudah duduk dan pembantu sedang membagi sumpit untuk keduanya. Saat Leng Sicheng mengambil sendok sup dan hendak meminumnya, pembantu itu menambahkan, "Ini dibuat oleh Nyonya sendiri."

Gu Qingqing sedikit gugup. Ini adalah pertama kalinya ia memasak untuk Leng Sicheng. Tepat sebelum disajikan, ia sudah mencoba rasa semua makanan itu. Seharusnya, rasanya tidak buruk.

Melihat meja makan sekilas, Leng Sicheng bahkan tidak menggerakkan alisnya. Ia terus memegang sendok supnya dan menyendok sup ke mulutnya. Kemudian, setelah seteguk, ia kembali meneguk sup itu.

Setelah mengambil beberapa gigitan, Leng Sicheng meletakkan sendok supnya, Gu Qingqing tiba-tiba menjadi gugup dan berpikir Leng Sicheng akan pergi. Namun, tanpa disangka, Leng Sicheng justru mengambil sumpitnya dan menjepit sepotong lauk.

Setelah mencoba satu laik, Leng Sicheng kemudian mencoba yang lain.

Gu Qingqing menyaksikan dengan gugup ketika Leng Sicheng mencoba semua lauk di atas meja dengan elegan. Ia sejenak merasa lega. Namun, ia melihat Leng Sicheng yang tiba-tiba meletakkan sumpitnya dan menatapnya. Gu Qingqing terkejut. Apakah Leng Sicheng akan marah?

Benar saja. Mata Leng Sicheng menggelap dan ia membuka mulutnya, berkata, "Apakah kamu beri racun?"