1 Prolog

Merasa sedih atau bahagia?

"Kau terlihat sangat cantik." Ucap seorang perias kerajaan, seraya meletakkan sebuah mahkota kecil diatas kepalanya.

"Ahh... Apakah aku cantik? Tapi kudengar... Hampir semua permaisuri Raja Louis sangatlah cantik." Helena memandang dirinya dalam cermin. Ia hampir tidak mengenali dirinya, kecuali rambut pirangnya yang belum berubah sama sekali.

"Semua pilihan Ratu Revania tidak perlu diragukan, termasuk dengan kau. Hanya saja kauadalah permaisuri termuda yang ada dikerajaan Aarez." Ucap perias tersebut, dan memegangi dagu Helena.

"Tenanglah, aku yakin anda bisa melewati semua ini."

***

Helena bisa mendengar jelas semua suara yang berbisik dibelakangnya, dia tahu persis apa yang sedang mereka semua gunjingkan. Karena Helena tahu, mungkin dia tidak pantas untuk menjadi seorang permaisuri Raja Louis Aarez.

Bahkan Helena sendiri merasa tidak yakin, apakah keputusannya yang dia ambil adalah benar? Apakah dia mampu melewati semua ini, disaat usianya yang baru saja menginjak sembilan belas tahun.

"Kau terlihat cantik sekali, Helena." Puji sang Ratu Revania, yang sudah berada dekat dengannya. "Aku sendiri yang akan mengantarmu sampai di altar nanti." Ucapnya dengan lembut, dan memegangi tangan Helena yang terasa sangat dingin sekali.

"Tidak perlu takut Helena, suamiku tidak akan mengigitmu. Bahkan ... " Mata biru Revania melirik kearah dua orang wanita yang sedang duduk berjajar dengan rapi. "... dua permaisuri cantik lainnya yang ada disana, suamiku sama sekali tidak pernah menyentuhnya." Lanjut Revania.

"Apa? Dia tidak pernah menyentuh..."

"Ssstt... Kau tidak perlu memikirkannya, aku berharap kau bisa menikmati malam pertamamu dengan sang Raja... Oh Helena, lihat tanganmu sangat dingin sekali." Sang Ratu menepuk punggung tangan Helena.

"Tenangkan dirimu Helena, kau harus bisa meluluhkan hati sang Raja." Ucap Revania dan masih menuntun tangan Helena.

Kilauan cahaya terus menyorot kearah Revania dan Helena, berbagai pers media sudah berdatangan. Meliput berita pernikahan sang Raja, sebuah pernikahan untuk keempat kalinya. Tentu saja menggemparkan semua warga Aarez.

Sang Raja bahkan sebelumnya sudah memiliki seorang Ratu Revania yang sangat cantik, dan dua orang permaisuri. Sangat mengherankan, ketika sebuah kabar datang. Dan memberitahukan, bahwa Sang Ratu sendiri yang memilihkan calon permaisuri untuk sang Raja.

Seorang pria menatap kearah Revania dan Helena, pria yang memiliki warna mata cokelat dan rambut cokelatnya yang dibentuk dengan rapi. Mengenakan setelan jas hitam yang terlihat elegan, ditambah dasi kupu-kupu yang tersemat diantara lehernya.

Helena yakin pria itu adalah sang Raja Loius, ini adalah pertama kalinya melihat sang Raja secara langsung. Biasanya dia hanya melihat dari beberapa tayangan televisi, atau poster yang berada di sisi jalan besar Negara Aarez.

Sungguh pria yang tampan, paras yang sempurna dengan semua pahatan wajah yang akan membuat kaum hawa terpesona dan takjub. Bahkan mungkin banyak para wanita, yang akan merelakan dirinya begitu saja demi mendapatkan posisi Helena.

Jantung Helena langsung saja berdegup kencang, ketika Revania sudah menyerahkan tangannya pada sang Raja. Rasanya tangan itu begitu hangat, jauh berbeda dengan tangannya. Dan Raja Louis sepertinya menyadari dengan ketegangan yang dirasakan oleh Helena.

Louis menatap Helena dengan pandangan yang kejam, sedikit mengeryitkan alisnya dan setelahnya kembali ia menatap kearah Revania.

Revania membungkuk dengan hormat, dan sebuah senyum tipis muncul pada wajah cantiknya. Tidak ada kata-kata yang keluar dari ucapan sang ratu, tapi sang Raja Louis kembali menghadap kearah pria tua yang akan memulai acara sakral dari pernikahan sore itu.

Acarapun dimulai, Helena hanya bisa diam dan mendengarkan sang pria tua berbicara dengan panjang. Sedangkan sang Raja juga tidak lagi melirik kearahnya, barulah sekitar sepuluh menit berlalu. Pria tua itu sudah mengumumkan bahwa Helena sudah resmi menjadi permaisuri dari Raja Louis.

Helena dan Raja Louis membalikkan badan, mempersilahkan para media untuk mengambil foto mereka. Banyaknya kilauan cahaya membuat Helena harus sedikit memejamkan matanya, sedangkan salah satu tangannya sudah ia kaitkan pada lengan sang Raja yang belum mengatakan apapun padanya.

avataravatar
Next chapter