webnovel

Kekacauan Kuliah Hari Pertama

Hari ini pertama kalinya Vega menginjakkan kaki di kampus Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, sekolah barunya. Mahasiswa baru lainnya telah tampak akrab satu sama lainnya karena mereka telah bersama-sama dari jaman ospek.

Vega sakit demam berdarah selama masa ospek itu dan karenanya sekarang terpaksa berusaha sendiri mencari jadwal, ruang kuliah, dan buku-buku.

Puuh...

Jadwal yang berhasil susah payah ia dapatkan dari SBA menyatakan bahwa jam 08.00 ini kuliah Grammar di B3.2. dengan dosen Indra Wirabuana SS, MM. Bergegas ia menaiki tangga gedung B mencari ruangan yang dimaksud.

Duh... lantai 3 lagi.

Saat Vega tiba di muka pintu, ternyata sang dosen sudah tiba. Ia melotot melihat Vega membungkuk malu-malu masuk ke dalam kelas. Pria itu masih terlihat muda, walau gurat-gurat wajahnya sangat kentara menunjukkan pemikir sejati. Bajunya khas dosen-dosen, yaitu kemeja yang sepertinya tidak dengan senang hati ia kenakan, dan dasi yang sembrono.

Vega kemudian mengerti bahwa kebanyakan dosen di jurusan Sastra Inggris orangnya santai, bahkan nyeleneh.

"Nah, kita lanjutkan lagi yang tadi terinterupsi oleh kedatangan tuan putri. Saya tidak mentolerir keterlambatan lebih dari 10 menit, namun karena ini hari pertama maka saya masih maafkan. Next time, kalo kalian terlambat diatas 10 menit, you may not enter the classroom, and your attendance is empty."

"Tapi gimana kalo Bapak sendiri yang terlambat?" protes seorang mahasiswa di belakang.

"I won't. But since you ask...it will be fair if I come later than 10 minutes, you may all leave the classroom, in full attendance."

"Asyik..!!" Seru para mahasiswa senang. Tapi Pak Indra memandang mereka dengan kasihan. Matanya seperti bersumpah-tidak-akan-memberi-kalian-kesenangan-itu.

"Oke, pelajaran Grammar I dimulai, saya ingin kalian memiliki buku panduan dari Betty Schraempher Azar. Walaupun kalian D3, saya ingin kalian mendapatkan grammar yang sama dengan S1. Karenanya saya akan mengajar kalian dengan sama keras."

Terdengar seruan tertahan dari belakang.

Vega buru-buru bangkit dari kursinya dan berjalan terbungkuk-bungkuk keluar kelas. "Maaf, Pak... salah kelas. Saya kira ini kelas Grammar S1..."

Pak Indra melotot memandang Vega sampai gadis itu benar-benar keluar kelas.

"Dasar mahasiswa malas, tidak mau berusaha mencari jadwal." Keluhnya kesal.

"Maaf, Pak..." Vega tiba-tiba muncul kembali di depan pintu. "Kalau kelas Grammar S1 di mana, ya?"

Melihat pandangan Pak Indra yang sewot, Vega segera maklum dan kabur secepatnya. Duh, hari pertama, kuliah pertama.. Vega bolos. Ia tahu tak akan berhasil menemukan kelas Grammar di begitu banyak ruangan di 3 gedung Fakultas Sastra ini, dan kalau pun berhasil ia pasti tak akan diizinkan masuk karena sudah sangat terlambat.

Ia memutuskan untuk nangkring di kantin. Sambil minum softdrink dingin ia mengirim SMS pada Andi, sahabatnya yang kuliah di Seni Rupa ITB. Tak ada balasan. Rupanya Andi juga sedang kuliah.

Sepertinya semua orang sedang kuliah, kecuali dirinya. Ugh...

Seorang pemuda masuk kantin dan memesan kopi panas. Hm, mungkin ia tidak sendirian yang bolos kuliah.

"Hai..." Vega memberanikan diri mengajak pemuda itu bicara. "Kamu bolos kuliah juga? Ngobrol yuk... aku bosan nih sendirian."

Pemuda itu mengangkat wajah heran, ia memandang Vega cukup lama sebelum akhirnya menggeleng, "Ng... kelasku nanti jam 10. Kamu bolos kuliah apa?"

"Nggak tahu, tuh... Tadi aku dapat jadwal jam 8 tadi kuliah Grammar 1 di B3.2. Sudah susah payah mendaki tangga tiga lantai, ternyata itu jadwal D3 ... Aku bingung. "

"Memangnya kamu tidak ikut Ospek? Di situ kan diterangkan semuanya."

"Aku tidak ikut Ospeknya, karena aku sakit DBD dua minggu. Ya hasilnya jadi nggak tahu apa-apa... Ini juga belum sembuh total, tapi aku takut kalo tidak kuliah nanti aku dikeluarkan..."

Pemuda itu tersenyum. "Kampus kita masih punya hati, kok. Kamu kan bisa izin pake surat dokter. Sudah, biar kamu jelas tentang perkuliahan kamu datang saja ke Himpunan. Ruangannya di atas situ. Oke, selamat berjuang ..!"

"Wah...terima-kasih, kau baik sekali. Namaku Vega... Kamu siapa?"

"Rune."

"Wah, lucu, ya... nama kamu diambil dari huruf Viking. Itu huruf yang udah punah lho ... Orang tuamu pasti penggemar sejarah."

"Jarang ada orang yang tahu itu, kamu pintar juga ya, Vega."

"Itu karena namaku juga unik, diambil dari nama bintang Vega yang berpasangan dengan Altair... Haha... soalnya dulu cinta mama gak kesampaian...." Vega terdiam sebentar. "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jatuh cinta kepada seseorang dan nanti tidak bisa bersatu. Pastinya sedih sekali. Seingatku, mama bersedih seumur hidupnya..."

"Umur kamu berapa?" Tanya Rune.

"Hmm.. hampir 18. Memangnya kenapa?"

"Pantas saja," jawab Rune sambil tersenyum tipis, "Sebaiknya jangan pernah jatuh cinta. Cuma buang-buang waktu dan energi."

Vega mengerutkan keningnya heran, "Kamu ngomongnya sadis begini tentang cinta, jangan-jangan punya pengalaman buruk, ya? Kamu pernah disakiti orang ya?"

Rune beranjak membawa kopinya pergi, "Ke Himpunan, Non.. jangan lupa. Sebentar lagi kuliah jam kedua, lho... kamu tidak mau bolos lagi, kan?"

Seperti disadarkan, Vega cepat beranjak dari duduknya dan bersiap pergi ke himpunan. Ia terlalu buru-buru hingga tidak menyadari tiba-tiba kakinya goyah dan ia terhuyung jatuh. Sebelum tubuhnya membentur lantai Rune cepat menangkapnya dan mendudukkan Vega kembali di kursi.

"Awas...! Kamu masih sakit, ya?"

Vega menggeleng, kemudian mengangguk. Anemia sialan. Kalau tiba-tiba berdiri memang ia sering pusing seperti ini. Ia sungguh panik pagi ini karena tidak menemukan jadwal kuliah yang benar dan ingin buru-buru ke himpunan.

Rune mengangkat cangkirnya dan meminumkan sedikit kopi ke bibir Vega. Rasanya yang manis membuat Vega agak baikan. Rune lalu dengan sabar menungguinya selama setengah jam sampai gadis itu merasa sehat.

Vega kemudian mengucapkan terima kasih dan pamit untuk pergi ke himpunan begitu rasa pusingnya hilang. Setelah jauh, barulah Vega sadar ia belum tahu Rune berasal dari jurusan apa.

Next chapter