35 Tugas Kelompok (4)

"Ayo, ikut gue ke perpus" balas Nico, menarik tangan Cinta. Gadis itu hanya bisa sedikit linglung sambil mengikuti langkah Nico yang cepat. Dia baru akan bertanya lagi, tapi Nico menatap lurus ke depan tanpa memberi sedikit ruang untuk Cinta mengucapkan sepatah kata pun.

Mereka berjalan beriringan. Awalnya Cinta agak kerepotan mengimbangi langkah Nico untuk berjalan. Lelaki itu menyadari kesulitan kaki Cinta yang pendek untuk mengimbangi langkah lebarnya, dia mulai menurunkan kecepatan jalannya, Nico tidak juga melepaskan genggaman tangannya dari tangan Cinta sampai mereka di dalam perpustakaan. Cinta jarang berada disini. Setiap selesai kuliah, gadis itu terlalu terburu-buru untuk sampai di tempat kerja. Terlambat bisa memotong upahnya, tentu saja Cinta tidak mau upahnya yang tidak seberapa itu berkurang hanya karena terlambat datang.

Perpustakaan tidak terlalu ramai hari ini, tentu saja karena mahasiswa disini lebih senang membeli buku daripada meminjam di perpustakaan. Nico masih menarik tangan Cinta, dia mengambil tempat di kursi paling ujung. Tanpa banyak protes, Cinta ikut duduk di tempat yang dituju Nico.

"Emm..."

"Sssstt... Disini enggak boleh berisik dan banyak bertanya" potong Nico cepat, menempelkan telunjuknya pada ujung hidungnya, memberi tanda agar gadis dihadapannya ini tidak banyak berbicara lagi.

Cinta sontak menutup mulutnya rapat-rapat. Dia mengangguk pelan dan mulai mengeluarkan laptop kecilnya yang sudah tua. Daripada dia tidak tahu harus berbuat apa, lebih baik Cinta mulai menyusun hal-hal penting untuk tugas kelompok dia dan Nico. Cinta mulai meneliti bacaannya, menulis beberapa note untuk kerja kelompoknya, lalu mulai mengetik di laptopnya.

Di sebelah, Nico terlihat santai dan diam dalam duduknya, dia sebelumnya mengambil satu buku dari rak di dekatnya. Lelaki itu membaca dengan tenang sambil mendengarkan musik dengan ear phone yang dia sambungkan di ponselnya.

Cinta beberapa kali mencuri pandang ke arah Nico. Jujur, sosok Nico adalah sosok mahasiswa yang paling misterius. Lelaki muda itu jarang bersosialisasi dengan rekannya, Nico hanya punya sedikit orang yang mau dia ajak untuk berbicara. Sepanjang menjadi rekan sesama mahasiswa, Cinta dan Nico nyaris tidak pernah mengenal satu sama lain. Tidak pernah terpikir oleh Cinta kalau dia bisa berduaan di perpustakaan dengan Nico seperti sekarang ini.

Cinta, tentu saja, dengan segala kegiatan pekerjaan paruh waktunya, tidak punya waktu untuk bersosialisasi dengan siapapun kecuali dengan Filda. Ah, mengingat nama Filda membuat hati Cinta menjadi lebih sedih. Teman baiknya itu sudah menjauh dari dirinya. Dalam hati Cinta merasa menyesal, mengapa dulu dia tidak berterus terang pada Filda tentang kejadian itu, kalau dulu dia memperlakukan Frida benar-benar seperti sahabatnya, mungkin kejadiannya akan lain. Mungkin Filda tidak akan menjauhinya seperti sekarang. Baru Cinta sadari, kalau memang hanya Filda yang selama ini selalu bersikap baik pada dirinya, walaupun Cinta sering tidak mengacuhkan temannya itu karena sibuk bekerja paruh waktu.

Cinta menaikkan kepalanya, wajahnya terlihat sedih memikirkan masa-masa dulu bersama Filda. Dia terlalu sibuk bekerja sampai tidak ingat kalau semua manusia butuh bersosialisasi, apa gunanya punya banyak penghasilan, tapi saat sulit dia bahkan tidak tahu harus berkeluh kesah kepada siapa. Tanpa Cinta sadari, Nico yang kali ini memperlihatkan wajah sedihnya. Setiap kali pria ini menemukan Cinta, gadis ini pasti selalu dalam masalah, entah itu saat pertama dia bertemu, sampai terakhir kali. Rasa bersalah selalu menghinggapi perasaan Nico.

"Ayo, " ajak Nico.

"Emm? Mau kemana?" tanya Cinta, kebingungan. Dia tidak sadar kalau sebentar lagi sudah waktunya kelas untuk kuliah berikutnya.

"Kuliah, kecuali lu mau lama-lama kerja disini" balas Nico, menunjukkan jarum jam di pergelangan tangannya.

"Oh, iya.., iya" jawab Cinta cepat, segera membereskan barang-barang bawaannya.

"Oh, iya, mengenai tugas kelompok kuliah tadi, ak udah buat daftar apa saja yang harus kita kerjakan, sudah dibagi juga, jadi kita tinggal kerjakan tugas kita masing-masing, lalu disatukan" jelas Cinta sambil masih membereskan barang bawaannya dan memasukkan semuanya ke dalam tas ransel usangnya.

"Nanti saja" balas Nico.

"Ya, bisa dikerjakan nanti saja, list nya nanti aku fotokan" balas Cinta sambil mengangguk setuju, konsentrasinya masih tertuju pada barang yang sedang dia bereskan. Dia tidak melihat perubahan raut di wajah Nico yang sedikit rumit.

"Bukan," balas Nico cepat.

"Em?" tanya Cinta, menoleh ke arah Nico.

"Namanya tugas kelompok, tidak dikerjakan sendiri-sendiri, tapi bersama-sama. Nanti aja kita atur jadwal buat ketemuan lagi" balas Nico lagi.

"Eh?" Cinta menjadi linglung dan bingung sendiri.

"Ya, atur waktu untuk mengerjakan tugas itu" jelas Nico. Dia terkadang bingung mengapa gadis mungil ini sering sekali tidak mengerti ucapannya.

"Ayo, mau tunggu apa lagi?" balas Nico, menarik lengan Cinta berjalan keluar dari perpustakaan.

avataravatar
Next chapter