19 Rencana Bu Clara (1)

"Emm, maaf, sepertinya.."

"Jangan mengelak lagi, gue udah tahu kok, nama lu Cinta kan, bukan Mira. Jangan bohong lagi, gue udah tahu" potong Jovan. Cinta bertambah gugup saat mendengar kalimat Jovan itu. Dia tidak mungkin lagi berkilah.

"Sayaa.., minta.. maaf" ucap Cinta, memilin ujung kemejanya, dia kebingungan. Ternyata Jovan sudah mengetahui kebohongannya. Wajar saja, wajahnya sudah ada dimana-mana, kalau Jovan tidak tahu malah lebih aneh, batin Cinta dalam hati, mengutuk kebodohannya.

"Ayo ikut" ajak Jovan, menarik tangan Cinta.

"Mau kemana?" tanya Cinta, panik. Apa dia akan kena masalah lagi, pikir Cinta. Gadis itu mulai berpikiran yang tidak-tidak, dia kebingungan buat apa Jovan mencari dirinya.

"Ikut ketemu bos agensi gue, ada sesuatu yang harus kita omongin serius" balas Jovan, dia tetap memegang tangan Cinta, lelaki itu seperti takut Cinta akan kabur.

"Buat apa?" tanya Cinta lagi, dia berusaha melepaskan dirinya. Dalam hatinya merasa ketakutan, entah masalah apa lagi yang akan timbul setelah ini, batin Cinta dalam hati.

"Please, enggak akan ada apa-apa, semua akan baik-baik aja, gue janji. Kita cuman akan ketemu bos agensi tempat kerja gue, ada sesuatu hal yang serius yang harus kita selesaikan, oke?" jelas Jovan. Cinta menggelengkan kepalanya.

"Terakhir kali kamu janji kalau video itu tidak akan beredar, tapi ternyata jadinya seperti ini" balas Cinta sambil tetap mencoba melepaskan dirinya. Jovan terdiam, merasa bersalah, memang tidak seharusnya dia mengucapkan janji seperti itu. Jovan kembali mengamati gadis bertubuh mungil dihadapannya, gadis itu tampak bingung dan ketakutan. Hal yang sama Jovan lihat di raut wajah gadis itu, sama seperti saat kejadian di bar tempo hari.

"Kali ini beda, gue bakal janji akan jagain lu supaya enggak ada hal buruk lagi yang akan terjadi" ucap Jovan dengan wajah serius. Cinta menatap lekat, entah dia harus percaya atau tidak, tapi Cinta menurut, dia ikut berjalan bersama Jovan.

"Apa kamu janji?" tanya Cinta lagi. Jovan mengangguk.

"Kita sekarang ke kantor agensi gue dulu ya, bos gue bilang dia punya cara untuk selesaikan masalah ini" ucap Jovan.

"Apa?" tanya Cinta, berhenti berjalan. Jovan menggelengkan kepalanya. Dia juga belum tahu apa sebenarnya maksud dan tujuan Bu Clara memintanya untuk membawa Cinta bertemu Bu Clara.

"Gue juga belum tahu, dia cuman bilang mau ketemu kita berdua," jawab Jovan. Cinta kembali menghentikan langkahnya, ini sesuatu yang tidak pasti, apa benar Jovan mau membantunya membereskan hal ini.

"Aku mau tahu apa solusinya" balas Cinta lagi, dia berhenti lagi, menunggu sampai Jovan menjelaskan segalanya.

Jovan menghela napas panjang, dia kesal setengah mati, mengapa anak kecil ini sulit sekali diajak bekerja sama, jelas-jelas yang paling merugi adalah dirinya, karirnya bisa hancur dalam sekejap, karir yang sudah dia bangun sejak anak-anak bisa hilang begitu saja karena masalah ini, pikir Jovan.

"Udah gue bilang gue enggak tahu. Kenapa harus tanya berkali-kali? Kan udah gue bilang, gue enggak tahu sama sekali, semuanya udah direncanain sama Bu Clara, bos agensi gue. Asal lu tahu, bukan cuman elu korban disini, gue juga, karir gue terancam, semua yang gue bangun dari kecil bisa hilang gitu aja karena video bodoh itu!" balas Jovan dengan nada tinggi, emosinya naik karena Cinta bertanya hal yang sama lagi dan lagi.

Mendengar Jovan yang emosi, Cinta mundur beberapa langkah, dia menjadi takut. Jovan yang dia ingat malam itu bukan Jovan yang seperti ini, tidak pemarah dan tidak emosian seperti sekarang. Disisi lain Jovan sadar kalau dia sudah keterlaluan, raut wajah gadis didepannya menunjukkan rasa ketakutan yang besar.

"Sorry, gue emosi. Gue mohon Cinta, gue butuh karir gue, tolong bantu gue" lanjut Jovan lagi, suaranya lebih melunak, dia juga melembutkan wajahnya. Berharap Cinta mau ikut dengannya.

"Tapi aku butuh jaminan, bukan cuman kamu yang khawatir tentang karir, aku juga, beasiswa aku bisa dicabut karena kasus video ini" balas Cinta, wajahnya menunduk. Dia hampir menangis saat mengingat nasib beasiswanya dari Bu Sandra tadi. Jovan tertegun, ternyata anak ini punya kekhawatirannya sendiri juga, batin Jovan dalam hati.

"Kuliah aku, entah bagaimana nasibnya, kalau beasiswa itu dicabut" lanjut Cinta, matanya sudah berkaca-kaca, dia menahan air matanya agar tidak turun mengalir di wajahnya, Cinta terlalu malu untuk menangis dihadapan Jovan.

"Makanya, dari pada kalian ribut tanpa kejelasan disini, lebih baik segera bertemu Bu Clara" ucap Karen. Wanita itu muncul entah darimana. Wajahnya terlihat malas dan kesal.

Karen merasa jengah dengan percakapan antara Jovan dan Cinta. Setelah menepikan mobilnya, Karen mendengar semua percakapan dua orang ini, dia tidak suka, terlalu banyak drama, Karen hanya ingin segera menyelesaikan tugasnya dan kembali pulang, batin Karen.

"Ayo, mau tunggu apa lagi?" tanya Karen lagi. Cinta tidak jadi menangis, dia menatap wanita dengan wajah tanpa ekspresi itu.

"Ya?" tanya Cinta bingung, dia melirik ke arah Jovan, meminta penjelasan.

"Ini Karen manajer gue, dia bener. Gue setuju. Kita harus segera kembali ke kantor untuk bertemu Bu Clara" balas Jovan.

__________

Up baru

semoga suka

jangan lupa untuk selalu dukung cerita saya ya

ditunggu selalu komentar dan ss nya

happy reading

avataravatar
Next chapter