36 Konferensi Pers (1)

"Ayo, mau tunggu apa lagi? Mau disini aja?" balas Nico, menarik lengan Cinta berjalan keluar dari perpustakaan.

"Iya, sebentar" balas Cinta, mempercepat gerakannya.

Gadis itu mengikuti langkah Nico. Entah mengapa Nico tetap menggandeng lengan Cinta sampai mereka berada di koridor menuju ruangan kuliah selanjutnya. Dalam jarak beberapa meter, Cinta melihat kehadiran Filda. Temannya itu menatap dirinya dengan tatapan tidak suka. Cinta mencoba untuk tersenyum, dia ingin menyapa gadis yang baru dia sadari kebaikan hatinya, sayangnya Cinta baru akan tersenyum, Filda sudah lebih dulu memalingkan wajahnya dan berlalu.

Cinta menundukkan kepalanya, senyumnya hilang, berganti dengan wajah sedih. Apa dia begitu salah sampai Filda tidak mau lagi mengenal dirinya, batin Cinta, bertanya pada dirinya sendiri. Tanpa dia sadari Cinta menghembuskan napas kasar sambil menggigit bibir bawahnya, ekor matanya mengikuti arah jalan Filda sampai temannya itu hilang dari pandangan.

Nico diam-diam memperhatikan semua ekspresi Cinta. Dia tahu gadis disebelahnya itu sedih. Walaupun tidak terlalu memperhatikan semua teman kuliahnya, tapi Nico juga tahu kalau dulu Cinta dan Filda cukup dekat dan setelah ada masalah, mereka tidak terlihat lagi.

"Jangan melamun, cepetan, nanti telat kita" Nico menggerakkan lengan Cinta yang masih dia pegang, berusaha membuat gadis itu tidak terlalu memikirkan pertemanannya dengan Filda lagi.

"Eh, oh, iya.., maaf.." balas Cinta, mengangguk pelan. Gadis itu langsung mengangguk, memacu langkahnya, menyamakan dengan langkah Nico.

Mata kuliah ini berlangsung cepat. Cinta selalu merasa aman, berada didekat Nico memang selalu membuat dirinya aman. Tidak ada yang berani bertanya apalagi mengolok-olok tentang rumor dirinya. Setiap ada yang mendekati dan mulai bertanya mengenai gosip tentang Cinta, dengan wajah ketus dan dingin, Nico akan mulai bertanya balik pada mereka, sehingga akhirnya mereka akan pergi dan tidak meneruskan niatnya. Sepertinya tidak ada yang mau bermasalah dengan Nico.

Kadang Cinta sendiri bingung mengapa tiba-tiba Nico datang bagaikan malaikat pelindung yang selalu ada setiap kali dia butuhkan. Padahal dulu dia sama sekali tidak dekat dengan Nico, atau lebih tepatnya Cinta memang tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali Filda. Tapi Cinta juga sama sekali tidak berani untuk bertanya pada Nico. Yah, rasanya tidak ada yang berani mengusik Nico di kampus ini. Lebih baik dibiarkan saja, pikir Cinta dalam hati.

Kuliah dua jam sudah berlalu. Cinta memeriksa ponselnya, ada beberapa telepon masuk disana dan beberapa pesan. Dari Jovan, Cinta mengerutkan keningnya, ada masalah apa dengan Jovan sampai menghubungi dirinya. Gadis itu membuka pesan dari Jovan.

"Lagi kuliah? Gue telepon kenapa enggak diangkat?".

"Nanti sore ikut gue ke salon, konferensi pers rencananya akan dilaksanakan besok, kabari kapan selesai kuliah, gue jemput di kampus lu" tulis Jovan di pesan tulisannya.

Cinta terdiam saat membaca pesan Jovan itu. Konferensi pers berarti dia akan memulai babak baru dalam drama kisah settingan ini. Kadang dia merasa ragu untuk memulai kisah cinta settingan ini.

"Kenapa? Ada masalah?" tiba-tiba Nico bertanya.

"Oh, enggak apa-apa," balas Cinta segera menutup dan menyimpan ponselnya. Akan bahaya kalau Nico mengetahui hal ini.

"Aku pamit duluan" lanjut Cinta lagi, membereskan semua barangnya dengan kecepatan tinggi dan langsung berlari keluar kelas.

__________

Di tempat lain, Jovan menunggu di dalam mobil di dekat kampus Cinta. Hatinya kesal karena pacar settinggan nya itu tidak kunjung membalas pesannya. Jovan sudah beberapa kali mencoba menghubungi, tapi tidak satupun telepon dari dirinya diangkat.

"Kemana sih anak kecil ini? Apa masih kuliah?" tanya Jovan pada dirinya sendiri. Dia masih tetap memandang layar ponselnya. Mulai bosan menunggu tanpa kepastian. Tapi tidak mungkin juga dia membiarkan Cinta mengikuti konferensi pers dengan penampilannya sekarang.

"Coba ditelpon lagi" ucap Jovan lagi. Sorot matanya langsung berubah saat melihat tanda kalau pesan dirinya sudah dibaca oleh Cinta, sepertinya gadis memang baru selesai kuliah, batin Jovan.

Jovan menunggu sebentar untuk Cinta membalas pesannya. Satu menit, dua menit, bahkan sampai sepuluh menit berselang, pacar pura-pura nya itu belum juga membalas pesan ataupun menelpon dirinya.

"Tsk!" Jovan mencebik dengan kesal. Dia kembali menghubungi Cinta. Sungguh tidak sabar untuk menunggu lagi, pikir Jovan lagi.

"Halo?" bisik suara Cinta di ujung telepon. Bisikan itu sangat pelan, Jovan nyaris tidak mendengar kata yang Cinta ucapkan.

"Dimana?" tanya Jovan langsung.

"Kita ketemu di luar gerbang kampus" bisik Cinta lagi. Gadis itu berbisik sambil berlari dengan terengah-engah, dia tidak mau teman-temannya melihat kehadiran Jovan disini menjemput dirinya.

"Tapi.." .

"Klik!" sambungan telepon itu diputus sepihak oleh Cinta.

"Tsk! Dasar anak kecil, belum juga selesai ngomong udah ditutup" keluh Jovan.

Lelaki itu keluar dari mobil sport mewahnya, harusnya kalau sudah selesai kuliah, sebentar lagi Cinta akan melewati daerah tempat dia parkir, pikir Jovan. Lelaki itu bersandar dengan santai sambil memperhatikan ponselnya, kalau-kalau Cinta menghubungi dirinya lagi.

Beberapa mahasiswa yang menyadari kehadiran Jovan langsung membuat kerumunan dalam sekejap saja dan langsung membuat kehebohan.

Cinta berjalan dengan terburu-buru, sibuk dengan pikirannya sehingga tidak menyadari kalau ada kerumunan dan kehebohan di hadapannya. Dia hampir menabrak beberapa mahasiswa yang sedang mengabadikan kehadiran Jovan lewat ponselnya.

"Aduh, maaf" ucap Cinta sambil membungkuk meminta maaf.

"Eh, lu Cinta kan? Tuh si Jovan jemput elu deh kayanya" seru mahasiswa itu.

Kedua bola mata Cinta langsung membulat sempurna saat mendengar kalimat itu. Jovan ada disini? Dia panik setengah mati. Dasar artis gila, bukannya sudah diminta untuk bertemu di gerbang kampus, rutuk Cinta dalam hati. Kepalanya terangkat untuk mencari keberadaan Jovan. Pada saat yang bersamaan, dengan sikap cuek, Jovan mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari "pacar baru" nya. Pandangan mata mereka saling bertemu.

"Nah, ketemu!" seru Jovan dengan senyum senang saat melihat kehadiran Cinta, yang juga sedang menatap dirinya.

Dengan santai lelaki tampan itu berjalan menuju tempat Cinta berada. Sedikit gila memang, tapi mau bagaimana lagi, toh besok mereka juga akan mengumumkan kisah settingan mereka di konferensi pers, sekalian saja buat heboh sekarang, pikir Jovan dengan santai.

Sementara itu Cinta hanya bisa berdiri kaku. Dia tentu saja tidak bisa melakukan apapun, tidak mungkin menghindari Jovan, apalagi lari. Kerumunan orang itu terbelah dengan sendirinya, memberi akses jalan untuk Jovan menuju tempat Cinta berada.

"Selamat siang Sayang, gimana kuliahnya? Aku sengaja jemput kamu hari ini, yuk kita pergi" ucap Jovan, dengan sengaja mengelus puncak kepala Cinta, mengambil tangan Cinta dan mengajak gadis itu pergi.

Perlakuan Jovan itu membuat semua orang yang berada disana bertambah riuh. Kamera ponsel juga mulai terangkat dan semua orang merekam kejadian ini di sosial media mereka.

Cinta sendiri hanya bisa berjalan mengikuti langkah Jovan yang tetap menggenggam jemarinya sampai ke samping mobil. Dengan sopan Jovan membukakan pintu untuknya. Tidak hanya itu, bahkan setelah di dalam mobil, Jovan masih berlaku manis dengan memasangkan seat belt untuk Cinta.

"Oke pacar, hari ini aku bakal buat kamu cantik" ucap Jovan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Cinta dan langsung melajukan mobil mewahnya pergi dari kerumunan mahasiswa disana.

avataravatar
Next chapter