8 Ingat Pesan Mama (2)

"Masuk Cin, kok malah bengong gitu" panggil Filda lagi. Dia sudah tiga kali menegur temannya itu, tapi Cinta tetap terbengong-bengong.

"Oh, iya.. Hehe. Rumah lu gede banget" ucap Cinta jujur. Matanya memandang rumah Filda dengan mata terbuka lebar sama seperti mulutnya yang juga sedikit terbuka. Cinta hanya melihat rumah-rumah seperti ini di televisi atau saat dia melewati perumahan mewah di dekat tempat kosnya. Tapi bisa masuk ke dalam rumah seperti ini, itu pengalaman baru untuk Cinta.

"Yaelah, malah bengong lagi, ayo masuk!" ajak Filda lagi, dia merasa geli melihat wajah kagum Cinta saat melihat rumahnya.

"Ini pertama kali gue masuk rumah gede kaya gini" ucap Cinta dengan jujur. Kalau dibandingkan dengan rumah keluarganya, sepertinya rumah ini sekitar 8 atau mungkin 10 kali rumahnya, bahkan mungkin rumah Cinta sama besarnya dengan halaman depan rumah Filda, entahlah, Cinta terpana melihat semua ini.

Sementara itu, Filda tertawa saja. Ini hal yang dia suka dari Cinta, jujur dan apa adanya. Anak ini tidak pernah malu dan merasa rendah diri dengan keadaan dirinya. Cinta tidak pernah perduli bila ada yang mengejek atau menghina tentang status dirinya sebagai mahasiswa penerima beasiswa. Gadis itu juga dengan bangga mengatakan kalau ibu nya adalah seorang tukang sayur keliling yang sukses menghidupi tiga anaknya sampai keduanya berkuliah dan adiknya sekarang masih bersekolah di SMA. Tidak ada yang Cinta sembunyikan. Sering Filda merasa cemburu melihat Cinta menjalani hidupnya di kampus dengan bebas, tidak seperti dirinya. Kehidupan Filda lebih dari sekedar cukup, tapi dia selalu merasa ada yang kurang dengan dirinya sendiri. Filda terlalu sering melihat kejelekan yang ada pada dirinya, bukan kelebihannya.

"Rumah gue biasa aja, gue denger rumah Revita jauh lebih keren dan lebih gede dari rumah ini." cerita Filda.

"Waduh, enggak kebayang gue" balas Cinta, keningnya berkerut memikirkan betapa luasnya rumah Revita, rumah ini saja sudah membuat Filda takut tersesat, apalagi rumah Revita, pikir Cinta dalam hati.

"Udah, enggak usah dipikirin. Yuk ke atas, kamar gue di lantai atas" ajak Filda. Cinta mengangguk, mengekor langkah Filda.

Cinta masuk ke ruangan kamar yang besar sekali, setelah Cinta pikir dengan seksama, sepertinya kamar Filda ini sekitar setengah dari rumah Cinta. Gadis itu kembali terkagum-kagum melihat isi kamar Filda. Ini bisa jadi inspirasi dia nanti saat sudah menjadi arsitek nanti.

"Ya ampun Cinta, demen banget bengong sih, gue kenalin sama sodara gue yah, nanti dia yang bantuin kita dandan" ucap Filda sambil menepuk pelan lengan Cinta. Temannya itu mengangguk lagi. Dia hanya bisa bilang setuju saja, toh Filda sudah menyewanya satu hari ini, pikir Cinta.

"Nah, nih kenalin, adik gue, namanya Frida, lu pernah lihat adik gue deh pasti" cerita Filda, disampingnya ada seorang gadis berwajah cantik sekali, mirip dengan Filda, hanya jauh terlihat lebih muda. Gadis itu tersenyum manis, dia yakin teman kakaknya ini kegirangan bisa bertemu dia hari ini.

"Pernah lihat?" tanya Cinta bingung. Kepalanya mulai berpikir keras, meneliti wajah adik Filda. Siapa ya, apa dia orang terkenal, pikir Cinta dalam hati.

"Artis sinetron ya?" tanya Cinta dengan polos. Tawa Filda langsung pecah, sementara adiknya langsung cemberut.

"Bukan, dia tuh salah satu beauty vlogger terkenal Cinta." jelas Filda, masih terkekeh sambil memegang perutnya. Adiknya masih tetap cemberut, sedikit kesal. Dia pikir teman kakaknya adalah salah satu dari jutaan orang yang mem-follow akun media sosialnya, ternyata teman kakaknya itu bahkan tidak mengetahui siapa dirinya.

"Jangan bilang lu enggak ngerti apa itu beauty vlogger Cin?" selidik Filda.

"Tahu kok, yang suka make up an lalu direkam, gitu kan?" balas Cinta sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia pernah melihat dan mendengar teman kerja paruh waktunya membicarakan mengenai tren pekerjaan terbaru sekarang salah satunya menjadi beauty vlogger. Frida ingin mengoreksi tapi Filda sudah memberi kode untuk adiknya itu. Kalau seperti ini terus bisa-bisa mereka terlambat ke pesta ulang tahun Revita, batin Filda.

"Udah.., udah, medingan lu lihat langsung sambil jadi bahan konten Frida, gimana?" tanya Filda. Frida menaikkan alisnya. Ide kakaknya lumayan juga, pikir Frida. Di lain sisi, Cinta setuju saja, dia sama sekali tidak mengerti maksud dari kalimat Filda. Maklum saja, selama tiga tahun terakhir, kerjanya hanya belajar, kuliah dan kerja. Menonton televisi saja jarang.

"Oke" balas Cinta, menurut.

"Eh, sebelumnya, mending lu cuci muka, bebersih dulu, abis itu kita pilih-pilih gaun, oke?" perintah Filda lagi. Cinta mengiyakan. Filda menunjukkan kamar mandi pribadinya di dalam kamar, yang lagi-lagi membuat Cinta terpesona, semua yang ada di rumah Filda selalu bisa membuat Cinta terkagum-kagum.

"Gue tunggu di ruangan sebelah ya" teriak Filda meninggalkan Cinta.

"Oke" balas Cinta. Sebelum mencuci wajahnya, Cinta meneliti satu persatu barang yang ada di kamar mandi Filda. Cinta masih terpana, dia pikir hanya artis dan orang terkenal saja yang bisa punya semua ini. Cinta tidak pernah tahu siapa Filda dan keluarganya, satu hal yang pasti, Filda salah satu dari segelintir mahasiswa angkatannya yang masih bersikap baik padanya. Sisanya kadang menganggap Cinta tidak ada, tidak jarang juga sedikit menghina. Kalau bukan karena prestasi Cinta, yang selalu mendapat peringkat tertinggi, mereka pasti sudah menghina dan mengejek Cinta habis-habisan. Tapi Filda berbeda, dia tetap baik, tidak jarang Filda mengajak Cinta untuk ikut makan bersamanya. Entah karena Filda memang benar-benar baik, atau mungkin karena Filda tidak punya teman, Cinta tidak mengerti.

"Cin, udahan cuci mukanya?" tanya Filda, dia kembali masuk ke dalam kamarnya karena Cinta tidak kunjung datang. Cinta menggeleng, dia bingung harus memakai produk yang mana, sejujurnya Cinta bahkan takut memegang apapun di ruangan itu. Barang-barang Filda sudah pasti berharga mahal, walaupun tertarik setengah mati, bukan berarti Cinta senang memegang barang-barang disana sembarangan. Kalau rusak bagaimana, pikirnya. Dia hanya mengamati saja tanpa berani memegang apapun.

"Ya ampun, gue pikir udahan, abis lama bener" keluh Filda, melihat temannya masih terbengong-bengong di dalam kamar mandinya.

"Emm, gue bingung pakai yang mana" jawab Cinta, jujur. Ada banyak produk kecantikan disana, Cinta tidak mengerti yang mana yang harus dia pakai. Biasanya dia hanya memakai produk sabun pencuci muka biasa yang dia beli di mini market terdekat, harganya tidak lebih dari Rp. 20.000, dan cukup untuk satu bulan bahkan bisa lebih.

"Pakai ini aja, ini bagus banget buat kulit jadi glowing" usul Filda, mengambil sebuah tube berukuran cukup besar dan menyerahkan pada Cinta.

"Oke," balas Cinta.

"Gue tunggu disana ya, please jangan lama-lama" pinta Filda lagi, gadis itu melangkah keluar.

Cinta segera mencuci wajahnya dengan produk yang baru diberikan oleh Filda, dia mengeringkan wajahnya dengan tisu yang ada disana, Cinta bahkan tidak berani memegang handuk putih kecil yang sebenarnya sudah disediakan disana. Cinta melangkah pergi menuju ruangan yang Filda pinta.

Lagi-lagi Cinta terpana saat memasuki ruangan yang berada masih didalam kamar Filda, ruangan itu tertata dengan apik, ada lemari di sekelilingnya, berpuluh-puluh, atau mungkin beratus-ratus baju ada disana. Di sisi satu lagi ada lemari kaca transparan yang berisi semua aksesoris lain, seperti anting, kalung, cincin, kacamata. Sisi sebelahnya sebuah lemari terbuka yang didalamnya tersusun beberapa tas bermerk terkenal.

"Untung aja rumah gue kagak ada lalatnya, kalau enggak bisa penuh mulut lu sama lalat, dari tadi kerjaan lu melongo mulu" ucap Filda sambil tertawa. Dia geli sekali melihat kelakuan Cinta sedari tadi.

"Rumah lu keren banget!" seru Cinta, dia menggaruk tengkuknya, sedikit malu karena terlihat jelas dia mengagumi apapun yang ada di rumah Filda.

"Ah, daritadi itu mulu bilangnya" balas Filda. Cinta tertawa, mau bagaimana lagi, dia cuman berkata jujur.

"Gih, pilih yang mana yang mau dipakai" perintah Filda, menunjuk ke arah deretan gaun-gaun pesta dihadapan mereka.

"Emm, Fil, boleh dipilihin aja enggak, gue enggak masalah kok, asal jangan terlalu terbuka." pinta Cinta, dia tidak berani menyentuh apapun. Cinta selalu ingat nasihat ibunya, bila ke rumah siapapun, jangan melakukan apapun atau memegang barang apapun sebelum diizinkan oleh yang punya rumah, seperti itu nasihat Ibu Cinta.

"Ampun deh, okee." balas Filda. Membolak-balik beberapa gaun, berpikir sebentar, mengambil beberapa gaun dan mencocokkan ke tubuh Cinta, kadang mengangguk atau menggeleng-gelengkan kepalanya. Cinta sendiri hanya berdiri mematung, matanya kadang mengikuti gerakan Filda.

"Nah, ini aja" ucap Filda mengangguk mantap.

"Cobain gih" lanjut Filda lagi. Dia menyerahkan satu gaun berwarna merah menyala dengan potongan dada yang rendah dan sedikit pendek, walaupun Cinta yakin gaun itu akan mencapai lututnya, tapi potongan bagian dadanya terlalu rendah, dia tidak bisa memakai gaun itu. Belum lagi warnanya, Cinta tidak pernah memakai pakaian apapun berwarna merah menyala seperti tadi.

"Emm, sori Fil, yang biasa aja enggak ada?" tanya Cinta, menolak dengan halus. Matanya menangkap sebuah dress bertangan, warnanya peach pucat, gaun itu terlihat sedikit pendek, tapi bagian dadanya tidak terlalu rendah, sepertinya aman untuk Cinta kenakan malam ini.

Filda mengerutkan dahinya, dia tidak setuju. Dress itu terlalu polos, warnanya terlalu pucat, bila disandingkan dengan kulit putih pucat milik Cinta, terlalu membosankan, pikir Filda dalam hati. Dia menggelengkan kepalanya.

"Jelek ah, kalau cuman ke pesta anak SMA sih oke, kita nih mau ke bar lo Cin, bukan ke mall" celoteh Filda.

"Itu aja ya, pleasee?" pinta Cinta. Filda menggeleng lagi. Dia menatap deretan itu lagi sebentar, lalu matanya jatuh pada gaun biru muda miliknya. Gaun tanpa lengan itu cukup sederhana, ada payet dibeberapa tempat yang menambah glamor gaun itu. Potongan dada tidak terlalu rendah, gaun itu juga tidak terlalu memamerkan lekuk tubuh, sepertinya aman, pikirnya lagi.

"Coba yang ini" pinta Filda. Cinta meneliti sebentar gaun yang ada ditangan Filda. Cinta setuju dengan gaun itu. Dibanding dengan dress peach pilihannya sebelumnya, gaun ini memang jauh lebih baik.

"Oke" balas Cinta.

"Abis selesai coba, gue tunggu di kamar depan ya, kita mulai make up an sama Frida" perintah Filda lagi.

Seperti biasa, Cinta menurut lagi, dia berganti baju, lalu melipat baju yang dia pakai sebelumnya dengan rapi, Cinta berjalan keluar mencari keberadaan Filda.

"Cin sini!" teriak Filda. Cinta mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Di dalam ruangan itu sudah ada kedua kakak beradik itu. Mereka melambaikan tangannya meminta Cinta untuk masuk. Karena tidak sabar melihat Cinta yang berjalan sangat lambat, keduanya keluar dari kamar dan menarik tangan Cinta.

Frida dan Filda mengajak Cinta masuk ke satu ruangan yang di set sedemikian rupa sehingga seperti campuran sebuah studio dan salon. Ada kaca besar disana dengan beberapa lampu sorot dan tentunya kamera. Dihadapannya ada sebuah kursi cukup tinggi, dan beberapa produk make up. Frida meminta Cinta untuk duduk disana.

"Duduk sini Kak" pinta Frida.

"Kita opening dulu ya" lanjut Frida. Mereka berdua saling tersenyum, sementara Cinta masih belum memahami apa yang terjadi sebenarnya saat ini. Dia hanya mengikuti kemauan dua kakak beradik itu.

__________

avataravatar
Next chapter