16 Halo Cinta

"Kita mulai cari dimana?" tanya Karen. Gadis itu melipat tangannya, menunggu Jovan menjawab.

"Gue tahu tempat kos itu anak, sini gue yang nyetir" pinta Jovan, mengulurkan tangannya kepada Karen, meminta kunci mobil.

"Tinggal kasih tahu gue kanan kirinya aja" balas Karen, tanpa menunggu balasan Jovan, gadis itu langsung berbalik masuk ke dalam mobil. Jovan hanya bisa mengeluh dalam hati. Sulit sekali mengatur manajernya itu, dia lebih baik mengalah. Karen adalah salah satu manajer yang dipercaya oleh Bu Clara. Menentang Karen sama saja membuat karirnya semakin terancam. Jovan masih cukup takut untuk melepaskan karirnya, usia nya masih 30 tahun, masih banyak yang ingin dia capai didunia hiburan yang telah membesarkan namanya itu.

Jovan ikut masuk ke dalam mobil, dia hanya bisa patuh saja. Dia menunjukkan jalan menuju tempat kos Cinta. Sekitar 45 menit berkendara, akhirnya Jovan sampai di gang tempat dia menunggu Cinta dulu.

"Ini gang tempat kosnya, gue antar dia sampai sini malam itu" cerita Jovan. Cinta mengerutkan keningnya. Lingkungan ini jelas bukan lingkungan mewah. Gang jalan ini hanya bisa dilalui oleh motor dan menyisakan sedikit saja ruang untuk pejalan kaki, belum lagi rumah-rumah didaerah ini saling berdempetan, sempit sekali. Dia awalnya berpikir, Jovan bermain-main dengan gadis kaya yang menyukai dirinya, seorang fans mungkin. Bukankah gadis kaya itu rela melakukan apa saja demi idolanya. Tapi melihat lingkungan tempat kosnya, Karen yakin gadis yang bersama Jovan itu bukan gadis dari keluarga mampu.

"Yakin?" tanya Karen, masih tidak percaya.

"Iya, gue masih ingat jelas, dia jalan menuju arah sana" jawab Jovan sambil menunjuk ke arah gang disamping mobil mereka.

Mendengar jawaban Jovan, Karen semakin bingung. Jadi siapa sebenarnya siapa gadis ini, tanya Karen dalam hati.

"Ayo" ajak Karen, meminta Jovan untuk keluar dari dalam mobil. Jovan juga ikut keluar. Mereka berjalan beriringan ke dalam gang menuju rumah kos Cinta.

Jovan berhenti sebentar. Karen ikut berhenti melangkah.

"Sebentar" ucap Jovan.

"Kenapa? Apa tempatnya salah?" tanya Karen.

"Bukan, gue yakin ini gang tempat gue antar itu cewek, cuman gue enggak tahu pastinya" jelas Jovan, dia menatap sekelilingnya, berusaha mengingat tempat Cinta berhenti. Karen hanya bisa menunggu sampai Jovan cukup yakin. Wanita itu baru akan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi seseorang berjalan didekat mereka. Jovan menyapa orang itu. Sepertinya penduduk daerah setempat, pikir Karen.

"Bu, maaf, apa Ibu kenal anak kos di daerah ini yang namanya Mira, eh.., maksudnya Cinta?" tanya Jovan, dia masih mengingat nama Mira, kebohongan Cinta pada dirinya.

"Mbak Cinta?" tanya Ibu itu. Jovan mengangguk.

"Tinggal disana, tapi jam segini biasanya lagi kuliah, ke kampusnya aja, deket dari sini" celoteh si Ibu itu lagi. Dia menunjukkan arah kampus tempat Cinta kuliah.

"Makasih banyak Bu" balas Jovan, mengangguk dengan sopan.

"Yuk, kita cari di kampusnya" ajak Jovan, Karen mengangguk setuju. Mereka melanjutkan perjalanan ke sebuah kampus yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kos Cinta.

"Ah, sial! Gue lupa tanya dia jurusan apa" keluh Jovan, mengingat kebodohannya lupa menanyakan pada ibu tadi saat melihat kampus yang dia kunjungi ini ternyata besar dan luas sekali, bagaimana bisa mereka menemukan Cinta di tempat sebesar ini, pikir Jovan dalam hati.

"Arsitektur" jawab Karen dengan tenang, dia sudah mengikuti arah jalan yang menunjukkan arah ke kampus jurusan arsitektur.

"Tahu dari mana?" tanya Jovan, bingung.

"Well, I just did my homework" balas Karen dengan datar. Jovan tetap menatap manajer anehnya itu, dia sangat penasaran. Tapi bukan Karen namanya kalau tidak misterius. Manajer itu tetap menyetir tanpa menjelaskan lebih lanjut ucapannya itu.

"Itu dia!" ucap Jovan tiba-tiba, sambil menunjuk seorang gadis bertubuh mungil dengan panjang rambut sebahu, dia mengenakan kacamata besar dan topi yang menutupi sebagian besar wajahnya. Gadis itu berjalan dengan tergesa-gesa dari arah berlawanan dengan mobil mereka sekarang, pandangannya menatap ke bawah, dia membawa tas tabung yang dia selempangkan di belakang dan sebuah tas kain berukuran cukup besar yang dia taruh di pundaknya.

Karen memicingkan matanya, berusaha menajamkan penglihatannya. Dia tidak dapat melihat jelas wajah gadis itu, bagaimana Jovan bisa yakin kalau gadis ini yang bersama dengannya di bar tempo hari.

"Apa lu yakin?" tanya Karen, memacu mobilnya mendekati gadis itu. Jovan tidak menjawab, dia meminta Karen mengemudikan mobil lebih cepat mengejar gadis itu. Setelah cukup dekat, Jovan keluar dari mobil dan mengejar Cinta.

Di sisi lain, Cinta tenggelam dalam lamunannya, hanya satu yang dia inginkan saat ini, sampai di tempat kosnya dengan cepat dan bersembunyi di sana. Tempat kosnya adalah tempat paling aman untuk saat ini. Cinta masih teringat kejadian di kampusnya tadi. Ingin rasanya dia cuti kuliah saja, kalau bukan karena program beasiswa yang harus dia jalani, sepertinya dia sudah kabur saja dari sini, batin Cinta. Gadis itu melangkah hampir berlari, tiba-tiba langkahnya menjadi tidak stabil dan dia terjatuh. Cinta mencoba untuk berdiri, tanpa dia sadari seseorang sudah berada dihadapannya. Jovan sudah berdiri tepat didepannya.

"Halo Cinta, kita ketemu lagi" sapa Jovan sambil tersenyum.

___________

selamat malam, up baru..

mohon maaf sedikit lama..

btw aku mau pengumuman Ig baru aku, yang lama error dan enggak jelas kenapa enggak bisa posting apapun, jadi aku buat akun baru namanya rizka_author , jangan lupa di follow ya

happy reading

avataravatar
Next chapter