1 Prologue

Velina berjalan dengan penuh percaya diri. kakinya melangkah ke kanan dan kiri dengan mantap, tak peduli tatapan orang-orang di sekitarnya yang memandanginya dengan kagum, dia masuk ke dalam sebuah mobil yang dari tadi sudah menunggunya.

"selamat datang, nona" sapa pak supir yang segera menutupkan pintu dengan pelan begitu ia yakin nona muda itu sudah duduk dengan nyaman. Kemudian, ia segera memasukkan koper ke dalam bagasi dan menyalakan mesin mobil dan keluar dari bandara international.

Di dalam mobil, Velina membaca sebuah majalah fashion dengan senyum tersungging di bibirnya. Tatapannya terpaku pada sebuah artikel tentang seorang model cantik yang tengah naik daun.

Ini adalah pertama kalinya dia kembali pulang ke negaranya, setelah beberapa tahun melanglang buana mencari pengalaman hidup. Ayahnya sudah berkali-kali memintanya pulang, tapi dia paling-paling pulang hanya untuk berlibur sebentar.

Dia menatap keluar jendela, menatapi perubahan yang terjadi di kota. Mengamati bangunan-bangunan tinggi menjulang yang dihiasi papan reklame elektronik, pandangannya terkunci pada sebuah iklan yang memamerkan wajah menawan seorang gadis yang artikelnya baru saja dia baca.

"Itu Meryl si model?" tanyanya pada pak supir. ia hanya menggangguk sambil memusatkan perhatiannya pada jalanan. Velina menyunggingkan sebuah senyuman. Tiba-tiba, sebuah pikiran terbersit di kepalanya, dan dia tertawa geli sendiri, membayangkan reaksi keluarganya jika dia memberitahu apa yang ingin dia lakukan begitu dia sampai di rumah.

Tak lama kemudian, mobil memasuki sebuah pekarangan rumah yang sangat luas, disambut dengan sapaan hormat para penjaga yang mengelilingi kompleks rumah tersebut. Seorang lelaki tua yang tengah menyirami kebun terperangah kaget ketika melihat Velina keluar dari dalam mobil. Raut wajahnya yang semula terkejut menyunggingkan sebuah senyuman namun tiba-tiba lelaki tua itu terlihat sangat marah, mengayunkan selang airnya ke arah Velina.

"Dasar bocah nakal! akhirnya kamu tahu jalan pulang ya! apa GPSmu sedang rusak??" tanyanya kesal sambil menyiram Velina dengan air.

"aaaaah! ampun eyang ampun!" Velina berusaha menahan air yang disemprotkan padanya dengan kedua tangannya, sambil berlari kecil menghindar. Dia tertawa-tawa karena eyangnya berusaha membuatnya basah seperti anak kecil. Tak mau kalah, Velina mengambil gayung dan menciduk air dalam ember untuk membalas kakeknya.

Setelah keduanya kelelahan, mereka segera mengganti baju dan duduk di teras belakang yang menghadap ke arah kolam renang sambil menikmati kudapan dan teh sore. Eyang Velina tak henti-henti menatap wajahnya dengan tatapan penuh rindu. Ia merasa sangat bahagia dengan kepulangan cucunya ini. Velina terlihat sangat mirip dengan almarhum istrinya. Tanpa sadar, itu menjadi alasan baginya menjadikannya cucu kesayangannya.

Keluarga Velina merupakan salah satu dari keluarga elit di Negara Vanesia. Banyak orang menghormati Kakeknya sebagai salah satu tokoh politik penting yang sangat di segani. Selain itu, Ia juga memiliki bank swasta terbesar, dan sebuah perusahaan investasi terbesar di Asia Tenggara bernama Val Capital. Bagi keluarga mereka, uang hanyalah sebuah angka, bukan hal untuk dikejar, namun dimainkan.

Lahir di dalam sebuah keluarga kaya raya, tidak menjadikan hidup Velina serba enak, namun sulit dan penuh tanggung jawab. sedari kecil, sejak umur enam tahun dia sudah harus hidup terpisah dari kedua orang tuanya, tinggal di Hang Zhao, dimana kakeknya menitipkannya pada pamannya untuk melatih Velina dan saudara-saudaranya ilmu bela diri dan mereka juga tidak pergi ke sekolah biasa, melainkan home schooling sampai mereka siap untuk belajar di bangku universitas. Selain itu, mereka juga biasa berkemah di alam liar untuk mempelajari ilmu bertahan hidup.

Hal ini dikarenakan, saking elitnya keluarga mereka, maka percobaan pembunuhan dan penculikan adalah makanan sehari-hari. itulah sebabnya kakeknya mau tidak mau memaksakan mereka untuk menjadi kuat agar dapat menjaga diri mereka kalau-kalau terjadi bahaya suatu hari nanti.

Tak diyana, keputusannya itu justru membuat Velina mencintai kehidupan alam yang bebas dan membuatnya bersemangat untuk berkeliling dunia demi mempelajari ilmu bela diri dari tiap-tiap negara yang dikunjunginya.

Tak heran, tubuh Velina yang tinggi semampai tampak terlihat tegap meskipun dia terlihat feminin. Dia tidak kurus, otot-otot ditubuhnya terlihat indah untuk dipandang. semuanya dalam porsi yang sempurna.

Wajahnya yang campuran asia oriental dan eropa membuatnya terlihat sangat cantik dengan rambut panjang berwarna kecoklatan. Warna matanya yang juga kecoklatan membuat siapapun yang memandanginya terpesona, meskipun hingga detik ini dia masih sendiri dan belum berniat untuk berpacaran.

"Ku dengar ayahku pacaran dengan seorang model?" tanya Velina sambil mengupas kuaci.

"Ayahmu sudah gila" ujar eyang sambil mendengus. "gadis itu seumuran denganmu" lanjutnya lagi. "sudah bau kuburan saja masih banyak tingkah".

Velina tak tahu harus menangis atau tertawa mendengar perkataan eyangnya. Ayah dan kakek dari pihak ayahnya selalu dalam 'love-hate relationship' tetapi mereka selalu saling berhubungan meski hanya menanyakan kabar. Walaupun ayah Velina tahu ayahnya itu tidak suka ia memacari model atau aktris, tapi ayahnya selalu memastikan jika eyang Velina adalah orang pertama yang diberitahu jika ia punya pacar baru.

Ibu Velina sudah lama meninggal, ketika ia melahirkan anak ketiganya, adik Velina. Sejak saat itu, ayahnya tidak pernah menikah lagi. Namun, beberapa tahun terakhir, ia beberapa kali berpacaran atau pergi kencan dengan beberapa artis atau model, meskipun ia sama sekali tidak berniat menikahi mereka.

Velina sendiri sama sekali tidak keberatan, dia tahu ayahnya sangat kesepian, dan sampai detik ini belum dapat mencari pengganti ibunya.

Setelah makan malam dengan kakeknya, Velina masuk ke dalam kamarnya, ruangan itu tampak terawat dengan baik meskipun dia amat sangat jarang berada di rumah. Dia menatap sebuah figura foto dan tersenyum.

Tak lama, dia mengantuk. Dia segera mandi dan pergi tidur, bersiap menyambut hari esok.

avataravatar
Next chapter