webnovel

Pengintai Gelap

Velina keluar dari dalam lift dengan penuh semangat. Begitu dia menjejakkan kakinya di lantai 5, dia tiba-tiba berteriak karena tak dapat menahan perasaannya yang meluap-luap. "Whaaat?!!" Dia berlari menuju teras dengan tidak percaya.

Di hadapannya, terdapat dua buah kolam renang. Yang pertama, kolam renang sedalam 1-2 meter yang terdiri dari 7 jalur, Sementara kolam lainnya yang sedalam 3-5 meter seluas 15 x 25 meter.

Bola mata Velina yang bulat dan indah terlihat semakin membulat. Sebuah senyuman terlihat mengembang di pipinya, dia terlihat lucu seperti seorang anak kecil yang baru saja diberikan sebuah permen.

Di bagian sudut, rumput jepang menghiasi pojok taman. Diatasnya, terdapat satu buah tenda santai yang sedikit bergaya nordic. Pojok itu terlihat sangat 'instagramable'.

Ketika Velina melemparkan pandangannya ke sudut lainnya, dia semakin melongo. Di sebelah sana terdapat sebuah ruangan bertuliskan 'Lounge'.

Lounge itu bergaya minimalis, yang dominan berwarna hitam dan putih, dengan sedikit warna keabu-abuan. Entah bagaimana, ruangan itu terlihat sangat serasi dengan tenda yang terpajang di luar ruangan.

Velina memasuki lounge yang terlihat seperti sebuah cafe kecil. Di dalamnya terdapat beberapa sofa berwarna abu-abu, sementara mejanya terbuat dari kayu berwarna putih, dan bagian atasnya ditutupi oleh kaca.

Yang lebih gilanya lagi, lounge itu mengalunkan musik faforitnya! Dia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

"Eh... boleh aku tahu, tempat ini dibuka sampai jam berapa?" Tanyanya, karena rasanya, dia sama sekali tidak mau meninggalkan tempat itu.

"Khusus untuk Anda, tempat ini dapat Anda akses selama 24jam!" staff pria yang daritadi menemaninya memberitahu.

Ia sama sekali tak bisa menyembunyikan senyumnya karena melihat tingkah Velina yang lucu sekali.

"Benarkah?" Tanpa disadarinya, dia melonjak-lonjak kegirangan.

"Anda ingin pesan apa, nona? sebentar lagi pesanan Anda akan kami antar!" Tanyanya ramah.

Ia jelas ingin menjilat Velina, karena selama ini, satu-satunya orang yang dapat mengakses tempat ini adalah Daniel Garibaldi sendiri, dan Velina adalah orang kedua yang mendapatkan akses tingkat platinum. Tak satupun staff disana mengetahui berapa jumlah kartu platinum yang disediakan oleh bos besar mereka.

*******

Sementara itu, disebuah bangunan tinggi yang hanya dua blok jauhnya dari Velmar Club.

Seseorang bertubuh tinggi tegap, dengan beberapa tumpukan dokumen di kedua tangannya, berusaha mengetuk sebuah pintu besar dengan bersusah payah.

Ia segera memasuki ruangan itu begitu mendapatkan ijin untuk memasuki ruangan dari atasannya. Ia menatap ke arah seorang pria muda yang tengah menyibukkan diri dengan tumpukan-tumpukan dokumen diatas mejanya.

"Bos, nona Marcello dilaporkan baru saja tiba di Velmar Club dan sekarang dia sedang berolahraga disana" Ia melapor, sambil memperhatikan expresi bosnya.

Seperti yang ia duga, bosnya yang dingin mendadak mendongak, langsung bersemangat seperti boneka mainan yang baterainya baru saja diganti.

Pria itu segera bangkit dari kursinya, menuju ke arah jendela di belakangnya dan meraih sebuah teropong yang terletak persis di sebelah jendela.

Dengan agak sedikit membungkuk, dia memantau seorang gadis yang berada di lantai 3 Velmar Club.

Gadis itu terlihat sedang berlari di atas sebuah treadmill. Dia mengenakan sebuah tanktop olahraga dan legging berwarna hitam, membuatnya terlihat sangat seksi namun pada saat yang sama, juga misterius.

Dengan teropongnya, ia melihat beberapa pria melirik ke arah Velina, yang seketika membuatnya kesal.

"Bos..."

"Sssssttt!" Daniel segera memotong perkataan asistennya yang belum sempat selesai berkata.

Asistennya hanya memutar kedua bola matanya saat ia melihat bosnya itu terlihat seperti anak kecil yang sedang asik memainkan mainan barunya.

"Aku cuma mau bilang, kita memiliki CCTV di semua sudut Velmar Club, kecuali di toilet dan ruang ganti..." Lanjutnya, sambil menunggu reaksi Daniel.

Daniel yang sedang memantau Velina sambil menahan beban tubuhnya karena sedari tadi berdiri agak membungkuk, tiba-tiba terdiam. Lalu, dia meluruskan tubuhnya, menatap keluar jendela. Kemudian, perlahan-lahan dia membalikkan tubuhnya, menatap asistennya dengan pandangan membunuh.

"Kenapa baru bilang sekarang?" Tanyanya dengan raut wajah kesal.

Dengan tidak sabar dia sengera menuju ke mejanya kembali, duduk, dan segera mengetik-ngetikkan sesuatu diatas papan tuts komputernya. Tak lama kemudian, dia melihat sosok Velina dari semua sudut CCTV yang ada di Velmar Club.

Asistennya mendengus kesal, dan berkata, "Kan tadi kamu yang menyuruhku diam!" sahutnya, tak mau disalahkan.

Asistennya itu bernama Aaron Kwok, ia adalah teman dekat Daniel sejak di bangku kuliah. Melihat potensi yang dimiliki oleh Aaron, begitu ia lulus kuliah, dia segera memintanya untuk bekerja menjadi asisten pribadinya.

"Ya sudah, sekarang, sana pergi! Jangan menggangguku lagi!" sahutnya cuek, tanpa sekalipun menoleh pada Aaron yang merentangkan kedua tangannya padanya, seolah-olah ingin mencekiknya hidup-hidup.

Namun, dia sama sekali tidak peduli. Pandangannya hanya tertuju pada gadis cantik di dalam monitor komputer.

Di sisi lain, Velina, yang baru saja selesai berolahraga, naik ke lantai 5 dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia segera membaringkan tubuhnya diatas kursi pantai yang menghadap ke arah kolam renang dan meraih segelas minuman dingin yang terletak di meja di sebelah kursi pantainya, menikmati es coklat yang sudah disiapkan khusus untuknya.

Setelah beberapa tegukan, dia memejamkan matanya, menikmati semilir angin sore sambil mengistirahatkan tubuhnya. Dia sama sekali tidak menyadari jika sedari tadi, seseorang telah mengamati gerak-geriknya dari kejauhan.

Waaaaah, kalau Velmar Club benar-benar ada, Thor mau pindah kesana aja deh! Hehehe...

Asik banget, ya, Velina! Dia mendapatkan hadiah istimewa dari si bos besar!

maiddictcreators' thoughts
Next chapter