11 Pelayan Mencurigakan

Pada saat itu, pandangan Velina secara tidak sengaja melihat ke arah seorang pelayan yang terlihat agak mencurigakan yang sedang berjalan di belakang Daniel sambil membagikan minuman kepada para tamu.

Dengan langkah lebar-lebar namun elegan, Velina berjalan cepat ke arah Eyangnya yang berdiri tak jauh dari Daniel, yang tengah asik berbincang dengan beberapa politikus.

Tiba-tiba dia meraih gelas berisi wine yang hendak diminum oleh Nico Marcello. "Eyang sudah kebanyakan minum, tukar dengan jus aku ya" sapanya sambil tersenyum, dengan gerakan menawan memberikan segelas jus baru pada pria tua itu.

Sekilas, Nico marcello melihat Velina mencelupkan jarinya ke dalam gelas wine yang tadi hendak diminum olehnya. Gerakannya sangat lihai, sehingga hampir tak seorangpun memperhatikannya. Bahkan Nico pun, berpura-pura tidak melihat apa yang baru saja dia lakukan.

Gadis itu segera melirik jari telunjuk kirinya. Cat kukunya yang tadinya berwarna senada dengan warna gaunnya kini terlihat agak menggelap. Dia segera menekan sebuah alat yang dari semula berada agak menjorok ke dalam telinganya. Alat itu berwarna senada dengan kulitnya. Jika tak ada yang memperhatikan, maka tak seorangpun akan mengetahui bila dia menggunakan sebuah alat komunikasi di telinganya.

Dia lalu membalikkan badan dan berbisik pelan, "Tangkap pria yang baru saja melayani kakekku", tanpa diperhatikan oleh seorangpun. Velina dan Nico saling berpandangan, mengerti apa yang baru saja terjadi. Itulah salah satu alasan mengapa Nico Marcello sangat percaya kepada cucunya, Velina, karena meskipun dia masih muda, Velina sangat bisa diandalkan.

Tak lama kemudian, Velina mendapatkan kabar jika si pelayan misterius itu sudah tertangkap. Seperti tak ada yang terjadi, Velina kembali berjalan ke arah kakaknya dan para sahabatnya.

Daniel tersenyum lebar saat dia melihat Velina kembali berjalan ke arah mereka. "Maaf, tadi aku hanya tak ingin eyang kebanyakan minum" Dia meminta maaf karena tadi dia tiba-tiba meninggalkan mereka dengan tidak sopan.

"Tidak apa-apa, aku mengerti" Jawab Daniel, berusaha mengatur detak jantungnya yang tadinya seakan sempat berhenti akibat bom nuklir yang tak lama ini dijatuhkan oleh Velina.

"ngomong-ngomong, ini, hadiah selamat datang dariku!" lanjutnya lagi, sambil menyodorkan sebuah kotak elegan berwarna perak.

"Wah! terima kasih! Apa ini?" Tanya Velina senang, sambil membuka kotak hadiah dari Daniel.

Itu adalah sebuah kartu berwarna platinum rose gold, yang bertuliskan 'VELMAR CLUB' dengan menggunakan tinta berwarna keperakan dan di bagian bawah kanan kartu, terdapat tulisan nama 'Velina Marcello' yang juga berwarna keperakan. Desain kartu itu terlihat sangat mewah. Di bagian belakang kartu, terdapat sebuah barcode panjang yang ditanda tangani oleh Daniel Garibaldi, selaku pemilik Velmar Club.

Velmar Club adalah sebuah club yang sangat prestigius di kota Jet. Tak sembarang orang dapat menjadi anggota club tersebut, meskipun ia memiliki banyak uang. Mereka yang ingin mendaftar akan diseleksi terlebih dahulu latar belakangnya.

Keanggotaan dibagi menjadi tiga tingkatan: warna kartu tingkat pertama berwarna silver, kartu ini hanya dapat mengakses Velmar Gym yang jumlah anggotanya pun terbatas. Seseorang bahkan harus menunggu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk dapat berolahraga disana. Hal ini dikarenakan, selain menjadi yang terbesar di kota Jet, gym ini juga memiliki alat-alat terlengkap dan tercanggih.

Kartu tingkat kedua, berwarna emas. Siapapun yang memiliki kartu ini, selain dapat mengakses Velmar gym, juga akan mendapatkan undangan-undangan pesta kaum sosialita kota Jet.

Kartu tingkat ketiga, berwarna platinum rose gold, merupakan tingkat yang paling tinggi. Kartu ini sama sekali tidak diperjual-belikan, dan hanya diberikan kepada tujuh orang terpenting (menurut Daniel Garibaldi). Seseorang yang memiliki kartu ini, dapat mengakses ruang VVIP Velmar Gym, yang memiliki ruang sauna, kolam renang, dan juga lounge pribadi untuk beristirahat. Selain juga akan mendapatkan undangan-undangan pesta, ia juga secara otomatis akan menjadi anggota Velmar SuperCar Club, tentunya hanya jika ia tertarik.

Karena fasilitas-fasilitas yang ditawarkan itulah, maka orang-orang berbondong-bondong berusaha untuk mendapatkan kartu keanggotaan Velmar Club. Terlebih, para artis yang berusaha untuk dapat memasuki kehidupan para sosialita elit di kota Jet.

Meskipun hanya memiliki kartu keanggotaan Velmar Club berwarna silver, seseorang sudah dapat membangga-banggakannya di hadapan teman-temannya dengan sombong.

Mickey melirik kartu di tangan Velina dengan iri. "bro, kamu orangnya sangat pilih kasih, ya!" ia menggerutu, bersikap seperti anak kecil yang tidak diberi mainan.

"Kamu berlari lima meter saja sudah ngos-ngosan!" jawabnya cuek, tanpa melirik ke arahnya sama sekali. Pandangannya hanya tertuju pada gadis di depannya. Dia tahu betul sahabatnya itu sangat malas berolah raga dan hanya doyan makan.

Tentu saja, Velina merasa sangat tersanjung mendapatkan hadiah selamat datang dari Daniel. "Terima kasih!" Velina tersenyum sambil menatap Daniel dengan manis sekali. Sepasang matanya yang bulat kini berbentuk seperti bulan sabit.

*******

Ketika pesta telah berakhir dan para tamu satu persatu mulai meninggalkan rumah kediaman keluarga Marcello, seorang gadis berjalan memasuki sebuah ruangan bawah tanah yang berada di suatu tempat tersembunyi di kediaman tersebut.

Dia berdiri di hadapan seorang pria yang didudukkan di atas sebuah kursi yang terbuat dari besi yang sangat kokoh. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, tatapannya yang sangat dingin seakan mampu membekukan atmosfer di dalam ruangan tersebut.

Pria yang duduk di hadapannya terlihat berkeringat dingin. Tubuhnya gemetar, tahu jika ia akan celaka. Ketika gadis di depannya berjalan selangkah menuju ke arahnya, keringat semakin membanjiri tubuhnya. Gadis itu memang sangat cantik, mengenakan gaun berwarna merah anggur, membuatnya sangat tidak cocok berada di tempat seperti ini. Namun, entah bagaimana, ia dapat merasakan aura pembunuh dari gadis itu.

Suasana sangat mencekam. Tak satupun para penjaga disana berani berbicara tanpa di perintah. Mereka semua tampak sangat menghormati gadis muda itu.

"Sekarang..." ucapnya lirih, yang semakin membuat pria itu berkeringat dingin. "Katakan padaku, siapa yang mengirimmu?". Tatapannya sangat dingin, membuat oksigen seakan-akan menguap dari tempat itu.

Melihat pria itu bersiteguh tak ingin bicara, dengan santainya Velina menyuruh seseorang untuk menghukumnya.

"Patahkan semua jari-jarinya!" Perintahnya dengan dingin.

"Aaaaaah!!!" Suara jeritan yang sangat memilukan hati tak sanggup membuat sang algojo menghentikan perbuatannya.

avataravatar
Next chapter