50 Guru Sekolah

Sesampainya di kantor, Daniel tak sabar ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasnya hari itu. 

Ia terlihat sangat sibuk mengerjakan dan meneliti dua tumpukan tinggi dokumen di hadapannya yang ia buka satu persatu.

Sementara itu, Aaron dan beberapa sekretaris di hadapannya memperhatikan dan mencatat semua hal yang diucapkan oleh Daniel dengan seksama.

Ia mengerutkan keningnya ketika melihat salah satu dokumen yang tengah di bacanya.

"Apa-apaan? Panggil Manajer Pemasaran kesini!" Ucapnya dengan nada ketus.

Salah satu sekretarisnya seketika gemetaran dibuatnya. 

"Ba.. Baik tuan Garibaldi!" Ia segera berlari keluar untuk menyelamatkan diri.

Tak lama ia sampai di mejanya dan langsung menelpon salah satu staf Manajer Pemasaran.

Dalam beberapa menit, manajer pemasaran yang dimaksud tiba di kantornya dengan peluh membasahi seluruh wajahnya.

Daniel langsung membanting dokumen itu ke arahnya sebelum lelaki itu bahkan sempat menyapa sang big boss.

"Kenapa dana yang dibutuhkan sebanyak ini? Jauh sekali dari harga tahun lalu!"

"Pak, harga bahan baku naik dan terjadi inflasi tahun ini jadi…"

"Panggil Direktur Operasional! Oh ya, panggil juga manajer keuangan!" Daniel tetap bersikap ketus dan dingin. 

Manajer Pemasaran semakin berkeringat dingin. 

Biasanya Presiden Direktur mereka tak pernah terlalu memperhatikan hal remeh temeh semacam ini.

Selang beberapa saat kemudian, kedua orang yang ia panggil pun datang menghadap.

"Selamat pagi pak Presdir!" Mereka berdua menyapa bersamaan.

Kebetulan mereka berdua tengah bersantai menikmati kopi pagi mereka saat sekretarisnya menghubungi jika Presiden Direktur mereka memanggil mereka dengan sangat mendadak.

Mereka berdua melirik Manajer Pemasaran yang wajahnya sudah seputih tisu toilet.

"Kalian lihat dokumen itu, apa benar isinya?" Tanyanya dengan dingin.

Mereka berdua segera berkeringat dingin dan menatap temannya, sang manager pemasaran yang terang-terangan berani menaikkan harga bahan baku material setinggi 300% persen. 

Untuk menyelamatkan diri dari kemarahan sang big boss, mereka berdua menggelengkan kepala serempak. 

"Baiklah. Jika kalian berdua menyangkal, atau tak mengaku, aku akan melakukan pemeriksaan internal dan siapa pun itu orangnya, kalian akan masuk ke dalam penjara dan akan tetap menanggung ganti rugi yang sudah ditanggung perusahaan selama kalian menjabat di posisi kalian!"

"Tapi pak.. Pak!" Mereka ingin menjelaskan semuanya namun Daniel sudah melambaikan tangan kanannya, sehingga para sekretarisnya segera menghalau mereka untuk segera pergi dari sana dengan memberikan kode yang mirip seperti,

'awas anjing galak!'.

Memang, tak semua orang dapat menghormati seorang presiden direktur atau CEO yang semuda dirinya.

Banyak yang diam-diam mau pun terang-terangan mencoba untuk menguji intelegensinya dalam mengatur perusahaan sebesar Garibaldi Conglomerate yang memiliki puluhan anak perusahan yang bergerak di berbagai bidang.

Masih ada saja orang-orang yang berusaha mengelabuinya dengan proyek-proyek perusahaan yang tak terhitung jumlahnya.

Daniel Garibaldi, meskipun ia masih sangat muda untuk ukuran seorang bos besar perusahaan, namun dirinya sering sekali masuk dalam ulasan majalah-majalah bisnis yang menghiasi ibukota.

Baru kurang dari setahun ini Daniel mengambil alih jabatan ayahnya sebagai CEO atau Presiden Direktur Garibaldi Conglomerate. 

Ibunya menyuruh ayahnya pensiun dini agar mereka bisa menikmati bulan madu mereka yang entah sudah untuk yang keberapa kalinya dalam setahun terakhir.

Meskipun begitu, ayahnya tetap memantau pekerjaan anaknya dari jauh, dan ia mengambil kesimpulan jika ia dapat menyerahkan jabatan itu untuk Daniel dengan hati lega.

Daniel melirik dua sekretarisnya yang sedari tadi takut untuk berbicara, sehingga mereka menutup rapat mulut mereka sampai berkeringat dingin.

"Kalian semua dibayar mahal! Apa kalian tak bisa memilah-milah dokumen proposal yang dapat masuk ke ruanganku?!" Daniel menatap mereka satu persatu.

Sementara Aaron berdiri di sebelahnya, mendengarkannya baik-baik.

"Dokumen-dokumen ini harus kalian berikan kepada Aaron, jangan seenaknya kalian letakkan di atas mejaku! Kalian pikir aku guru sekolah yang rajin memeriksa pekerjaan rumah kalian?!" Ucapnya lagi.

Hawa di ruangan itu terasa semakin dingin. 

Daniel melihat waktu dengan melirik jam di pergelangan tangan kirinya. 

'Sebentar lagi jam 12 siang!'

Ia kembali menatap para sekretarisnya.

"Batalkan semua meeting internalku hari ini. Dan kalian semua, jangan berani-beraninya kalian pulang ke rumah jika belum menyelesaikan semua PR kalian!" Daniel membanting semua dokumen yang menumpuk di atas mejanya di hadapan sekretaris-sekretarisnya. 

Daniel menoleh untuk menatap Aaron.

"Kerjakan pekerjaanmu dengan benar! Atau kusumpahi kau menjomblo seumur hidup!" Ancamnya dengan tak masuk akal.

"Hei hei! Apa hubungannya pekerjaanku dan nasib percintaanku?" Aaron bersungut-sungut kesal karena Daniel tiba-tiba menyerangnya.

"Kalau pekerjaanmu nggak beres, aku akan memecatmu. Mana ada model yang akan tertarik dengan seorang pengangguran kutu kupret macam dirimu?" Lanjut Daniel.

Aaron: "..."

'Sial! Daniel sudah menghancurkan harga diri dan martabatku di depan semua anak buahku!'

Aaron melirik dengan galak para sekretaris yang berusaha menahan tawa mereka agar tak lepas.

Bagi mereka, Aaron adalah sosok yang sangat rajin, pekerja keras, teliti dan galak.

Melihatnya kini dibully oleh Daniel membuat beban mereka terasa sedikit ringan. 

Ia lalu berjalan keluar ruangan dengan gaya yang sangat maskulin. Di wajahnya nampak sebuah senyum menyeringai.

"Hei! Pak presdir tercinta! Kamu mau kemana?" Aaron sudah mulai curiga melihat gelagat Daniel yang sepertinya hendak kabur seperti biasanya.

Daniel menoleh ke arah Aaron, dan mengedipkan sebelah matanya pada Aaron. Dengan langkah mantap, ia berjalan memasuki lift yang disediakan khusus untuknya, mencap jari telunjuknya di papan sidik jari, dan lift pun langsung membawanya turun menuju parkiran mobil pribadinya.

Aaron hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah boss besar sekaligus teman dekatnya itu.

Begitu Daniel sampai di mobilnya, ia segera berkendara menuju Val Entertainment, sudah sangat tidak sabar untuk mengajak Velina makan siang dan juga mengundangnya ke pesta ulang tahun ibunya.

avataravatar
Next chapter