5 Gaun Bertabur Berlian Swarovski

Mulut Velina ternganga lebar, menatap gaun di hadapannya yang sangat indah. Gaun berwarna merah anggur itu sangat mempesona, potongannya sederhana, bermodel gaun A-Line yang melebar di bagian bawah dan potongan bahu bermodel sabrina. semakin ke bawah, semakin banyak berlian swarovski yang menghiasinya. Sementara dari bagian perut keatas, gaun itu polos. Namun, gaun akan bersinar bila terkena cahaya. Indah sekali.

Seorang pegawai wanita yang memegangkan gaun di hadapannya sama terpersonanya dengan dirinya. Ia terkagum-kagum pada wanita yang sanggup membeli gaun itu. Padahal, wanita di hadapannya ini terlihat biasa saja. Dia memang sangat cantik, namun pakaiannya begitu sederhana. Tak seorangpun akan mengira jika dia memiliki uang tak berseri di rekening tabungannya.

Tiba-tiba, sebuah suara terdengar dari arah belakangnya.

"Berapa harganya? aku mau yang ini!" Tanyanya dengan arogan.

Velina menoleh, dia kembali melihat Meryl dengan senyum mengejek. Melihat suasana seperti itu, Fanny segera berkata, "maaf gaun ini tidak dijual".

"Aku akan membelinya berapapun harganya!" ucapnya lagi dengan pongah. Malam ini adalah hari ulang tahun Ayah kekasihnya, dan ia harus terlihat sangat menawan agar dapat diterima oleh keluarganya.

"Maaf, gaun ini sudah dipesan khusus dan tidak dijual untuk umum" ujar Fanny lagi, masih berusaha terlihat sopan.

Kali ini, sang manager kembali ikut campur.

"Kau tak tahu siapa dia? Meryl adalah kekasih pemilik Val Capital! Panggil bos-mu sana! aku tak mau bicara dengan karyawan biasa sepertimu!" Suruhnya pongah sambil menatap Fanny, yang hanya mengenakan celana jeans dan sebuah kaos hitam yang bertuliskan, 'Fannilicious'.

Fanny memang agak eksentrik. semua pegawai yang bekerja di belakang panggung dengannya pasti akan selalu mengenakan kaus yang sama sepertinya.

"heh kau! juallah gaun ini padaku! akan aku ganti dua kali lipat!" Meryl mulai terlihat tidak sabar. "tiga kali lipat!" tambahnya lagi, melihat Velina yang tak henti tersenyum mengejek padanya.

"Aku tak butuh uangmu!" jawab Velina acuh sambil berjalan ke dalam kamar ganti. Begitu dia kembali keluar, semua orang terperangah. Dia terlihat jauh semakin cantik mengenakan gaun itu. Kulitnya yang seputih pualam menyatu dengan indah dengan gaun berwarna merah anggur. Gaun itu bersinar ditimpa cahaya lampu, terlebih berlian-berlian swaroski yang mengelilingi bagian bawahnya seakan mengedip genit.

Meryl terlihat sangat gusar sekarang. Ia sangat menginginkan gaun itu. Bahkan Rani, managernya, tak dapat menutupi rasa terkejutnya. Melihat Meryl yang semakin gusar, ia berusaha menahan ekspresinya.

Gaun-gaun buatan Fanny sangat Indah, dia sangat kompeten membuat gaun yang terlihat biasa, namun begitu dipakai di tubuh seseorang, akan semakin meningkatkan aura orang tersebut.

"Berapa harganya?" Tanya Rani tanpa sadar. Fanny hanya menunjukkan kelima jarinya. 'Oh, murah!' pikir Rani. Gaun-gaun ready-to-wear yang dijual di butik Fanny berkisar antara 5.000 dollar sampai 15.000 dollar. Untuk gaun-gaun musim kemarin, harganya dimulai dari 3.500 dollar. Ia tidak akan pernah mengira jika gaun yang dikiranya sederhana namun terlihat sangat elegan itu seharga 50.000 dollar.

"Baiklah aku mau satu yang seperti itu! kau punya warna lain?" tanya Meryl pada seorang pegawai di sebelahnya. Pegawai itu hanya tersenyum canggung, ganti-ganti melirik antara Fanny, Velina dan Meryl.

Tanpa mempedulikan keberadaan Meryl, Velina tersenyum senang. "Kamu memang selalu mengerti aku!" ucapnya senang sambil memeluk Fanny berterima kasih. Dia sangat puas dengan gaun pesanannya.

Meryl yang merasa diacuhkan, membanting gaun berwarna biru di tangannya ke lantai. "Kalian sangat keterlaluan! lihat saja, aku akan bilang kepada media jika butik kalian ini sampah! aku akan pastikan jika bos kalian akan memecat kalian semua karena kehilangan seorang pembeli seperti aku!" Meryl membantingkan kakinya ke lantai, dengan langkah lebar-lebar dia meninggalkan butik mewah milik Fanny.

Melihat kepergian Meryl dan wajah mengancam Rani, mereka berdua hanya tertawa cekikikan tanp mempedulikannya sama sekali.

avataravatar
Next chapter