1 my secret savior

tidak bisa menghilangkan siluet cowok misterius itu dari pikirannya. Sangat sulit untuk menutup mata, karena sering memikirkan sosoknya yang masih misterius.

Namanya Chitoge Kirisaki. Seorang Mahasiswi yang berkuliah di Bandung. Sejak pertemuannya dengan cowok misterius itu, ia tidak bisa melupakan tatapan elangnya. Duh, gimana sih. Susah sekali melupakan orang itu. Padahal besok mau jalan lagi, gusar Chitoge . Ia melihat jam wekernya, sudah jam 3.30. Berarti sudah 3 jam Chitoge memikirkannya. Ia menutup matanya dengan bantal, berharap dapat tidur dengan mulas. Tetapi, tidak.

Awal pertemuan mereka, yaitu di gudang, tempat Chitoge dibawa Shū Maiko. Awalnya ia sedang menunggu temannya di cafe. Mereka berjanji akan bertemu di sini. Selama menunggu, Chitoge menyibukkan sendiri, kotak katik Hp, cek info dan membalas pesan dari teman-teman kuliahnya.

Saat itulah seseorang membekapnya. Chitoge memberontak, menjerit dan sesekali menggeliat seperti cacing. Badannya linglung, mata mulai samar-samar melihat dan seluruh dunia menjadi gelap. Sebelum benar-benar pingsan, Chitoge bisa merasakan seseorang menggotong dirinya.

Matanya mulai mengerjap menandakan Chitoge mulai sadar. Objek yang pertama dilihat adalah bangunan gelap, mungkin gudang. Pertanyaan demi pertanyaan mulai berkelebat dalam otaknya. "Tolong! Siapapun tolong aku!" teriaknya seraya berusaha melepas tali yang mengikat tangannya. Seiring berjalan waktu, seseorang dengan berperawakan tidak terlalu tinggi dan besar mendatangi Chitoge.

"Maafkan aku, Chitoge" suara berat dari pria itu. Ia mengenal suara itu, tidak lain adalah Shū, teman satu kuliah yang selalu mengejar-ngejar Linda karena paras cantiknya.

"Shū, apa-apaan ini? Apa yang di dalam pikiranmu itu untuk melakukan ini, Shū?" Tanya Chitoge yang masih berusaha melepaskan ikatan tali pada tanggannya.

"Hahaha, Chitoge, Chitoge. Kamu itu bayangan yang tidak bisa kulupakan. Keberadanmu membuatku tergila-gila, Chitoge. Tapi, kamu selalu menghindariku. AKU MENYUKAIMU, Chitoge! TIDAKKAH KAU BISA PEDULI PADA PERASAANKU INI HAAAH!" bentaknya membuat Chitoge takut.

Bagaimana Chitoge bisa menerima dia, jika dia melakukan hal-hal yang membuat dirinya benci, apalagi melakukan cara picik ini. Dasar cowok brengsek, batin Chitoge. "Chitoge, kamu akan selalu menjadi milikku, selamanya" dia mendekatkan wajahnya ke wajah Chitoge, berniat menciumnya. Deru napasnya bisa dirasakan. Hanya bisa memejam mata, berharap seseorang menolongnya dari shu.

Tiba-tiba kaleng melayang dan tepat mengenai kepala shu.

"Shit, siapa disana. Beraninya mengganggu waktuku"

"ckck… makhluk rendahan sepertimu pantas untuk dilempari sampah kaleng" siluet hitam keluar dari kegelapan. Cowok misterius itu memakai jaket hitam pekat dan celana jeans gelap sesuai dengan warna jaket dan gelapnya gudang, membuat rupanya seperti bayangan. Cowok misterius itu menghampiri shu yang sedang mengaduh sakit pada kepalanya. Shu yang merasakan keberadan pemuda itu, meliriknya.

"Sakit? Padahal lemparanku pelan banget. Kan kamu cowok gila, kok bisa merasakan sakit?" Ucap cowok misterius itu, dingin.

"Cih, aku juga manusia" balas shu.

"Manusia? Kamu merasa manusia? Hahaha… kamu tidak pantas menjadi manusia. Lebih pantas kamu menjadi sampah Tuhan" ucap cowok misterius itu dengan menekankan kata "sampah" pada kalimatnya.

"Jaga omonganmu ya!" shu bangkit dan terjadilah perkelahian.

Setiap serangan yang shu kerahkan, cowok misterius itu dengan mudah menghindarinya. Shu mulai kelelahan, namun tidak ada satupun serangan yang mengenainya. "Segitu saja seranganmu? Baiklah giliranku untuk memulai permainan ini" ucapnya dan membuat kuda-kuda, menunggu shu menyerangnya.

Shu semakin kesal pada ucapan cowok misterius itu. Shu maju menyerang seraya berteriak memecahkan sunyi gelap gudang. Satu pukulan menghampirinya, dan cepat cowok misterius itu menangkap dan suara tulang patah terdengar jelas. KRAKK. Tangan shu dipatahkan dengna mudah membuat shu berteriak kesakitan, memecahkan hening gudang. Dia diam melihat shu yang merintih kesakitan. Chitoge masih terdiam kaku melihat adegan itu.

Seluruh gudang mulai hening kembali, tapi suara sepatu cowok misterius itu memenuhi keheningan gudang. Hingga dia berhenti di hadapan Chitoge, membuatnya bergidik takut. Wajahnya mendekat ke wajah Chitoge hinggga bisa dirasakan deru napas cowok misterius itu. Memeriksa setiap wajah Chitoge.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya cowok misterius itu.

"Uhm… i…iya ter…terima kasih sudah menolongku" ucap Chitoge terbata-bata.

"Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku. Yang penting kau selamat. Aku akan membawamu keluar dari sini" ucapnya dengan nada dingin seraya melepaskan ikatan di tangan Chitoge dan membawanya keluar dari gudang. Sebelum itu, Chitoge melirik shu yang masih terbaring memegang tangannya yang patah. Semburat cahaya matahari menyilaukan matanya. Mereka keluar dari gedung, meninggalkan shu sendirian dalam kegelapan.

Chitoge melepaskan tangannya dari genggaman cowok misterius itu. Dia menoleh, menatap manik mata Chitoge, memeriksa apakah ia baik-baik saja atau tidak. Duh, semakin kau melihatku, semakin juga aku malu, gelisah Chitoge membuat rona merah pada mukanya. Jantung Chitoge berdetak tidak karuan. "Sepertinya, cukup disini pertemuan kita. Sampai jumpa" ucapnya seraya berjalan meninggalkan Chitoge, hingga Chitoge tersadar dari lamunannya. Dan mengejar cowok misterius itu.

"Hei tunggu! Siapa namamu? Hei!" teriak Chitoge yang tidak digubris pemuda tadi. Chitoge menghentikan langkahnya, berdiri terdiam sambil menatap punggungnya yang pelan-pelan menghilang dari pandanganya. Chitoge menghela napas dan melangkah pergi. Tapi, sesuatu membuat langkahnya harus terhenti. Sebuah kartu nama, mungkin punya cowok misterius tadi. "Raku Ichijo," batinnya.

avataravatar
Next chapter