16 Jangan Bercanda Denganku!

"Hei, berhenti.

Jangan bercanda denganku, ini sudah malam, dan jelaskan apa maksudmu!", teriakku sekuat-kuatnya, tapi dia hanya memperlihatkan senyum masamnya dan kemudian pergi begitu saja.

"Nggak..., nggak mungkin, ini pasti halusinasi, aku saja belum bertemu Dhyta, bagaimana dia bisa menjauhkanku darinya.

Sia, aku akan mengurungmu, saat aku bertemu denganmu, aku akan mengurungmu selamanya!", aku menggerutu diperjalanan pulang, aku melihat pohon besar dipinggir jalan, aku menghampirinya, mengepalkan tanganku sekuat tenaga dan melampiaskan amarahku terhadap pohon itu, aku memukulinya, dan tidak sadar kalau tangannku sudah dialiri dengan darah yang cukup banyak.

Sesampainya dirumah aku langsung melemparkan tubuhku disofa yang ada di kamarku, aku terlalu lelah, jadi tidak sengaja tertidur disofa.

~Keesokan Paginya~

*Dhyta pov*

"Hoaaamhh..., aku bangun kepagian, ini masih jam 4 pagi, apa aku tidur lagi aja ya?...", kataku, sambil mengusap mataku.

Aku berjalan menuju cermin, dan memulai kebiasaan pagi ku, yaitu mengomeli diriku sendiri.

"Huh!!!

Siapa itu, rambut panjang yang acak-acakan, mata merah yang sembab, pendek, kucel, baju yang lusuh, belum mandi, dasar, gadis yang malas", aku menggerutu didepan cermin, mengomentari diriku sendiri.

"Tapi aku bangga, inilah diriku", kataku, sambil menyisir rambutku, lalu mandi dan bersiap-siap untuk sekolah.

Saat itu didepan cermin, aku dikagetkan oleh perempuan yang berdiri jauh dibelakang ku, dan aku tau dia siapa, jadi tanpa basa-basi aku langsung mengatakan penolakan sebelum dia sempat mengucapkan sesuatu.

"Sia, ini pagi yang cerah untukku, aku tidak mau berdebat denganmu", aku mengatakan itu karena dulu dia pernah berkata aku dan Jack akan bertemu lagi, tetapi diposisi yang berbeda.

Aku menuju kedapur untuk memasak makanan, dibantu oleh pelayan-pelayan dirumahku, aku membuatkan segelas kopi hitam untuk Ayah, segelas kopi susu untukku dan segelas lagi teh hangat untuk Bunda.

*"Hmmm...

Kok jamnya cepet banget ya?...

Udah jam 06:30 aja"*, batinku, dan aku pun bergegas membuat bekal untuk kubawa, jadi hari ini aku tidak sarapan.

Saat keluar dari dapur, aku dikejutkan oleh 2 orang yang berpakaian rapi di meja makan.

"Ayah, Bunda, kapan kalian keluar?...", tanyaku.

"Baru saja", jawab Ayahku.

"Kamu tidak sarapan lagi?...", tanya Bunda.

"Nggak Bunda, aku udah bawa bekal", jawabku dengan tersenyum.

"Ayah, Bunda, aku berangkat dulu ya", pamitku, sambil mencium tangan mereka berdua.

"Kenapa buru-buru, ini baru jam 06:45 kan?...

Masih pagi banget lo", tanya Bunda.

"Aku piket hari ini, dan lagi ini hari Senin ada upacara disekolah", jawabku, aku pun melanjutkan jalanku setelah Bunda mengangguk.

Ayahku tidak terlalu banyak bicara, dan lebih suka 'to the point' dari pada basa-basi.

Kata Bunda, dulu sewaktu mereka masih SMA, sifat Ayah begitu dingin kepada semua orang, kecuali Bunda.

avataravatar
Next chapter