1 Anak Gila dan Si Pengelana

Di bawah langit biru tanpa awan terlihat bangunan tinggi gelap yang terlihat kokoh.

Kastil Hitam, penduduk disekitar sana menyebutnya.

Kastil yang merupakan tempat tinggal keluarga Rowland sekaligus benteng peninggalan perang masa lalu.

Dari depan Kastil hitam tampak menantang, berdiri menjulang lebih tinggi dari hutan yang mengelilinginya.

Tidak ada gunung yang ataupun bukit disekitarnya. Sehingga dari ruang teratas Kastil Hitam seseorang dapat melihat sawah dan ladang yang terbentang diantara pepohonan hingga perbatasan wilayah Rowland.

Jalan utama yang besarnya dapat dilewati oleh kereta kuda, membelah lurus di bagian selatan Kastil. Rumah-rumah kecil petani terlihat berjarak satu sama lain di salah satu sisi jalan utama, dan sawah ladang terbentang di bagian sisi lainnya.

Sebuah kedai kecil menjadi tempat peristirahatan yang berada di pinggir jalan yang putih berdebu. Kondisi kedai siang itu tidak begitu ramai. Di salah satu meja seorang pria pengelana dengan jubah hitam pendek dan tongkat pendek berornamen di pinggangnya, tengah menggigit potongan daging terakhir dari piringnya

"Huaaah lezat, wilayah Rowland memang pantas terkenal dengan masakan daging kambing nya."

"Senang kalau makanan kami sesuai dengan selera tuan." Kata pelayan muda sembari membereskan meja dan menuangkan minuman untuk si pengelana.

"Ya, mungkin aku akan datang lagi setelah menyelesaikan urusan ku di kastil."

"Tuan orang dari kastil?"

"Huh? Bukan, aku datang dari kerajaan Ingram. Aku ada urusan sedikit dengan tuan Rowland."

"Wah, tuan bukan orang sembarangan ternyata."

"Hahaha betul itu. Aku datang dari jauh untuk berkenalan dengan putra putra keluarga Rowland."

Mendengar nya pelayan pria bertukar pandang dengan pemilik kedai.

"Apa apa?"

Si pemilik kedai tampak kebingungan untuk sesaat tapi setelah menghela nafas panjang dia membuka mulutnya.

"Mohon maaf, mohon maaf sebelumnya karena saya tidak tau apa urusan tuan dan mungkin terdengar lancang... Tapi karena tuan pendatang mungkin belum tahu, jadi..."

Si pengelana meneguk isi gelasnya dan menunggu

"Tuan Rowland memiliki keturunan yang luar biasa, putra-putri nya terkenal akan kemahiran dan kepandaiannya. Sebagai penduduk Negeri Rowland saya ikut bangga dengan keturunan tuan Rowland. Tapi, ada seorang putra nya yang... Sedikit aneh."

"Lebih tepatnya dia agak gila." Celetuk si pelayan muda.

"Hush! Jaga ucapan mu! Biar begitu dia tetap tuan muda Rowland." Tegur si pemilik kedai.

Si pelayan muda meringis dengan teguran dari si pemilik kedai tapi tampak tidak berniat menarik perkataannya.

"Wah wah, berani sekali kalian mengatakan kalau anak tuan tanah kalian orang gila." Si pengelana yang tampak sudah mulai mabuk berkata sembari mengisi kembali gelasnya yang sudah kosong.

"Orang yang berbuat hal gila, ya orang gila!"

Si pelayan muda kembali berkata, mengacuhkan teguran yang baru saja diterimanya.

"Bayangkan saja, pernah suatu hari tiba-tiba dia membakar habis beberapa ladang kami! Bayangkan kalau anak itu melakukannya saat kita belum selesai panen!."

Si pelayan muda mengangkat kepalan tangannya dengan geram.

"Ya! Dia juga sering datang mengacak-acak kebun ku dan meninggalkan sampah dimana-mana."

Celetuk pengunjung kedai yang duduk di seberang meja si pengelana.

"Betul itu! Dia juga menjadikan hutan disamping kastil tempat bermain nya, berkat itu kami semakin sulit menemukan buruan di dekat sini dan harus mencari ke tempat yang agak jauh."

Beberapa pelanggan kedai ikut menimpali perkataan si pelayan, dan suasana kedai menjadi ramai dengan keluhan dan makian.

"Hahahah kacau sekali, kalian sudah tau dia putra penguasa kastil tapi kalian tetap memakinya sebagai si gila."

"Mungkin kami memang sudah lancang, karena itu saya mohon untuk tuan pengelana tidak menyimpan perkataan kami dalam hati. Tapi kurasa tidak ada penduduk yang suka kepadanya. Membayangkan kalau suatu saat nanti dia jadi penguasa kastil... Membuatku malas berkerja."

Pemilik kedai memperlihatkan wajah yang putus asa.

"Hahaha hick! Terima kasih atas ceritanya. Menarik sekali hick! Tapi sudah saatnya aku meneruskan perjalanan... Eee ini. Simpan saja kembaliannya... Hick!"

Si pengelana mengeluarkan dua keping uang perak dan menaruhnya di atas meja. Kakinya sudah melangkah keluar dari kedai sebelum ia berhenti dan menoleh ke arah pemilik kedai.

"Aaa benar juga, aku belum tau namanya. Siapa nama putra Rowland yang aku harus berhati-hati tadi?"

"Gauld. Putra ketiga dari penguasa Kastil Hitam, Gauld Rowland!" Sahut si pemilik kedai

***

Keluarga Ingram adalah keluarga pemilik negeri yang berbatasan dengan negeri Rowland. Negeri Ingram dan Negeri Rowland telah bermusuhan sejak beberapa generasi, saling berusaha merebut wilayah masing-masing.

Saat ini, putra kedua keluarga Ingram sedang berkelana seorang diri menuju Kastil Hitam, tempat kediaman utama keluarga Rowland.

Di jalan utama yang diapit oleh hutan lebat, Ia melangkahkan kakinya dengan riang sembari bersiul. Pipinya tampak kemerahan karena sedikit mabuk. Jubah hitamnya melambai ringan tertiup angin.

Langkah nya terhenti saat si pengelana melihat semak dan pohon tak begitu jauh darinya bergerak tak beraturan. Terasa energi sihir berkumpul bergerak tak beraturan.

Untuk berjaga-jaga diambilnya tongkat kayu berornamen dari pinggang nya. Ia tampak santai namun matanya tak lepas dari arah energi sihir yang dirasakannya.

Sesaat kemudian dari bermunculan gerombolan anak laki-laki yang melompat keluar dari balik semah hingga jatuh terguling-guling.

Kelima anak laki-laki itu segera berdiri meskipun kesulitan dan dengan wajah takut dan cemas menghadap semak tempat mereka keluar tadi.

(Anak-anak? Apa mereka lari dari binatang buas? Kalau begitu sebaiknya aku bantu...)

"Hei, kalau kau laki-laki, bertarunglah seperti penyihir!!!" Teriak salah satu anak dengan badan paling besar, memotong pikiran si pengelana.

Menanggapi suara lantang anak itu, semak yang sedari tadi diam bergerak perlahan. Dari balik semak-semak melangkah keluar seorang anak laki-laki bertubuh kecil.

Anak kecil itu mengenakan baju tanpa lengan dengan berbagai lilitan di perut dan pergelangan nya. Celananya digulung hingga memperlihatkan betis dan sendal jeraminya. Di pinggangnya terdapat berbagai macam kantong mengelilingi tubuhnya. Dengan noda lumpur di sekujur badannya dan ranting daun di rambutnya, dibandingkan dengan rombongan anak-anak didepannya penampilan anak itu seperti orang gila.

Si pengelana dibuat terkesima melihatnya.

(Woah, ada apa ini? Apa anak ini yang membuat gerombolan anak-anak yang lebih besar darinya lari ketakutan?)

"Akhirnya kau keluar juga, diam di sana dan terima serangan kami!"

Anak bertubuh paling besar kembali berteriak. Suaranya terdengar bergetar. Seolah mendengar aba-aba beberapa anak serentak mulai merapal mantra dan mengangkat tongkat sihir mereka.

(Woah, dari pola sihir nya anak-anak itu mau menggunakan sihir bola api. Dari energi yang terkumpul kekuatannya kecil, tapi entah apa yang akan terjadi pada anak itu kalau dia menerima beberapa bola api sekaligus...)

Si pengelana, yang memperkirakan si anak kecil itu akan berusaha melindungi tubuhnya, merasa kasihan dan diam diam mengayunkan tongkatnya untuk menyiapkan mantra pelindung untuk si anak.

Sayangnya perkiraan nya meleset karena satu detik kemudian si anak gila melompat maju dan dengan gerakan cekatan meninju dan memukul wajah para perapal mantra, menyebabkan mereka jatuh tersungkur.

"TIDAK MAU!"

Suara si anak gila memekakkan telinga.

"Siapa yang mau diam saja kalau diserang dengan sihir seperti itu, Bodoh!"

Si anak gila mencemooh sambil menggaruk dadanya.

"Ukh... Lagi-lagi... Pengecut kau! Bertarung seperti orang barbar dan pengecut! Kalau kau berani biarkan kami menyelesaikan mantra!"

Si anak bertubuh besar yang terdorong kebelakang dari serangan mendadak si anak gila kembali menyiapkan tongkat nya.

"Hoo.. jangan-jangan kau pikir asalkan kau bisa menggunakan mantra kau bisa menang dari ku ya."

Si anak gila menyeringai. Si anak bertubuh besar tampak menciut. Si anak gila melangkah maju, si anak bertubuh besar terlihat sekuat tenaga menahan kakinya untuk tidak lari.

Si anak gila berjalan pelan mendekati si anak bertubuh besar. Dengan sengaja menginjak tongkat-tongkat sihir yang ada di depannya hingga patah. Saat jarak antara kedua anak tinggal sepanjang lengan, si anak gila berhenti. Dari jarak kedua anak itu semakin jelas perbedaan ukuran tubuh mereka. Aneh sekali melihat anak yang bertubuh lebih besar malah tampak ketakutan.

"Baik, Cobalah!"

"A.. apa.. apa yang kau..."

"Coba lakukan serangan sihir andalanmu! Aku akan membiarkan mu menyelesaikan nya!"

Setelah berkata demikian si anak gila menyilangkan tangan di dadanya dengan penuh percaya diri.

Anak-anak disekitarnya tampak kebingungan, masih belum mencerna perkataan si anak gila.

"Ha.. haha.. kau serius?"

"Kenapa? Sudah kehabisan mana?"

"Hahaha.... Kau sendiri yang memintanya!"

Energi sihir kembali berkumpul di tongkat si anak besar. Pola sihir perlahan terbentuk dan semakin jelas di ujung tongkat sihirnya.

"Kau betul-betul membiarkan ku menyelesaikan sihir ku. Hahahaha sudah terlambat untuk minta ampun sekarang! Ini serangan terkuat ku!"

Dihadapan energi sihir yang semakin besar si anak gila malah sibuk mengorek kotoran telinga nya.

(Energi sihirnya lebih besar daripada gabungan serangan anak-anak tadi. Anak besar itu punya bakat rupanya. Mungkin dia dari keluarga militer?)

Si pengelana akhirnya memutuskan untuk menonton saja. Kalau diperlukan dia akan menghentikan kelakuan anak-anak didepannya. Tapi seandainya ada yang terluka, dia bisa menolong dengan sihir penyembuh yang dikuasainya.

(Ah sepertinya mantranya sudah selesai)

"Terima ini! Bola..."

Saat tongkat si anak besar terayun untuk menembakkan sihir, saat itu juga tangan si anak gila bergerak cepat memegang pergelangan tangan lawannya dan mengubah arah ujung tongkat ke wajah si anak besar.

Si anak besar tampak kaget, tapi kejadiannya begitu cepat dan tidak ada yang bisa dia lakukan.

BAM!

Suara ledakan disertai cahaya merah terpancar. Angin panas menerjang hingga dapat dirasakan oleh si pengelana.

Ditempat yang tadinya ada dua orang anak kini hanya satu orang yang berdiri sementara anak lainnya tergeletak di tanah dengan baju yang robek dan asap mengepul.

"Hahahaha! Dasar bodoh! Kau masih seratus tahun lebih cepat untuk melawanku!"

Tawa sombong si anak gila menggema.

Melihat temannya yang tersungkur di tanah, anak-anak lainnya menjadi ketakutan. Beberapa anak sudah melarikan diri sambil menangis.

Dua orang anak mendekati si anak besar dan memapahnya, menjauh dari si anak gila.

Kepada punggung lawannya yang menjauh tidak berdaya si anak gila berteriak.

"Kembalilah kapan saja kalau kalian berani!"

"Sialan kau! Tunggu saja, akan kami balas kau, Gauld Rowland!"

Tampak senang, anak yang di panggil Gauld membalikkan badannya dan berlari masuk ke dalam hutan.

Si pengelana masih terbengong menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Ia masih sulit mempercayainya.

Dihadapan mantra sihir yang jelas-jelas bisa melukai, seorang anak yang lebih muda darinya tetap tanang bahkan membalikkan keadaan.

Si pengelana bahkan sudah lupa dengan niatnya untuk mengobati anak yang terluka.

"Jadi itu... Gauld Rowland... Begitu..."

avataravatar
Next chapter