2 Senja musim Semi

Musim Semi telah datang, Bunga bermekaran, Cahaya Matahari menyingsing dari Ufuk Timur, membuat Pagi terasa sangat cerah.

Di suatu Hutan terlihat seekor anak rusa memakan rumput dibawahnya dengan tenang.

Tidak lama kemudian, sebuah suara gemericik terdengar dari semak-semak yang berada beberapa puluh meter jauhnya dari anak rusa itu.

* Krsss *

Anak rusa tersebut langsung berhenti memakan rumputnya dan mengangkat kepalanya, ia kemudian melihat ke sekelilingnya menggunakan mata hitamnya yang kelihatan kosong.

Merasa tidak ada ancaman yang terasa, Anak rusa itu kemudian sedikit bergerak kedepan dan kembali melanjutkan sarapannya. Setelah beberapa saat hutan berada dalam kesunyian dan hanya suara burung yang terdengar.

Sebuah suara petikan terdengar, yang langsung disambut dengan suara udara yang terpotong.

* Fwuosssh *

Sebuah anak panah melesat dengan cepat kearah Anak rusa tersebut, Namun, reflek seekor rusa bahkan untuk yang masih muda tidak dapat dianggap remeh.

Dengan lincahnya anak rusa itu melompat kedepan dan berhasil menghindari Anak Panah tersebut. Anak rusa yang merasa tempatnya saat ini sudah tidak aman, langsung berlari tanpa memperhatikan ke belakang, hingga tanpa sadar sebuah tali telah melilitnya, yang kemudian kembali disambut dengan anak panah terbang menuju pohon didepannya.

Anak panah tersebut mungkin terlihat meleset, padahal itu tepat mengarah ke Tali yang terpasang diatas pohon dan memotongnya dengan sempurna.

Kemudian, Batu yang ada diatas pohon jatuh dan langsung membuat efek penarikan pada tali di kaki anak Rusa.

setelah itu, Anak rusa yang malang tersebut hanya bisa pasrah tergantung diatas Pohon dan hanya bisa menggeliat di udara karena kakinya terikat dan tidak mau lepas.

Sementara itu, Seseorang yang daritadi menembakkan Anak Panah muncul dari balik semak-semak.

Yang menembakkan Anak Panah bukanlah orang dewasa, melainkan seorang anak kecil, dengan tinggi hanya sekitar 140 Cm.

Ia memiliki rambut berwarna Biru Navy yang memanjang hingga ke leher, kemudian pupil berwarna biru safir yang bersinar secerah warna biru di langit.

Anak itu memiliki ekspresi dingin dengan tatapan datar perlahan mendekati Anak Rusa yang terperangkap.

Anak ini tidak lain adalah seorang anak yang lahir 11 tahun lalu di malam tahun baru, Yashuhiro Tetsuya.

11 tahun berlalu sejak malam itu, dan sekarang Tetsuya sudah menginjak umur 11 tahun.

Ia terlihat memakai kimono sederhana yang menutupi Kulit pucatnya dari pergelangan tangan hingga pergelangan kaki.

Setelah berjalan dengan santai mendekat anak rusa itu, Tetsuya akhirnya sampai didepan anak rusa.

Ia diam sejenak sambil memandang dingin anak rusa yang tergantung terbalik di udara dan mengerang kesakitan, secara mengejutkan Tetsuya menyatukan kedua tangannya, sepertinya ia berdoa untuk ketenangan Anak rusa tersebut.

Setelah berdoa, ia kemudian mengambil pisau disakunya dan tanpa belas kasihan memotong Leher Rusa itu.

Setelah itu, anak rusa tersebut akhirnya terbunuh dengan darah yang terus mengucur ke tanah, sementara Tetsuya sedang memotong tali yang mengikat rusa tersebut.

Kemudian, setelah anak rusa jatuh ke tanah, Tetsuya menyatukan keempat kakinya dan mengikatnya menjadi satu, ia kemudian memasukannya ke dalam keranjang besar, dan memakai keranjang tersebut di pundaknya.

Pisau yang ia gunakan untuk memotong Rusa juga telah dibersihkan, yang lalu ia masukkan kedalam sarung pisaunya.

Setelah beberapa saat, Tetsuya mulai berjalan sambil mengenakan Keranjang berisi anak rusa di punggung kecilnya.

Dan begitulah, Kegiatan Perburuan Harian Tetsuya, sukses seperti biasanya.

•••

Di dalam rumah sederhana, terlihat seorang wanita paruh baya sedang memasak sesuatu, ia tersenyum lebar dan tampaknya sangat menikmati hal yang sedang ia lakukan sekarang.

Wanita ini adalah Nanami, sudah 11 tahun berlalu dan kini wajahnya telah bertambah tua. Umurnya sudah menginjak 49 tahun sekarang

Saat ia tengah memasak, tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu rumahnya.

* Tok *

* Tok *

Mendengar hal itu, ia kemudian melepas celemeknya dan menggantungnya didinding, ia lalu berjalan mendekati pintu dan berusaha membuka pintunya.

" Baik, tunggu sebentar. "

Setelah itu, Nanami membuka pintu rumahnya untuk mempersilahkan orang yang mengetuk pintunya masuk.

Dan saat ia membuka pintunya, yang terlihat adalah Tetsuya yang masih dengan ekspresi datarnya berdiri memandangi Nanami.

" Aku pulang, Kaa-san. "

Kaa-san, panggilan seorang anak kepada Ibunya, dan Kenapa Tetsuya memanggil Nanami sebagai Ibunya, itu karena sejak kecil yang mengurus Tetsuya adalah Nanami.

Tepat keesokan harinya, Nyonya Yashuhiro menolak untuk mengasuh anaknya sendiri yaitu Tetsuya, hingga akhirnya Nanami bersedia mengurus Tetsuya, lagipula ia tinggal sendirian.

Ia tidak memiliki Suami apalagi anak, jadi tidak ada yang keberatan saat Nanami mengangkat Tetsuya sebagai anaknya.

Dan dalam 11 Tahun ini, Tetsuya sama sekali tidak tahu bahwa Nanami bukanlah Ibu Kandungnya, hal itu karena Nanami tidak pernah bercerita kepada Tetsuya dan Tetsuya memang merupakan anak yang pendiam.

Sejak kecil ia tidak pernah tersenyum bahkan saat ia berulang tahun dan merayakan tahun, ia tidak pernah terlihat menangis ataupun sedih bahkan saat ia terjatuh dari atas batu saat masih kecil, dan banyak hal lainnya.

Ekspresinya masih seperti biasanya, Tenang, dan Dingin. Karena hal itulah ia dijauhi oleh semua orang didesa.

" Um, selamat datang dirumah, Tetsu. "

Seperti inilah keseharian Tetsuya, ia akan pergi pada Pagi hari dan kembali pada petang hari menjelang malam, dan Nanami sudah tahu itu.

Setelah itu, Tetsuya masuk kedalam Rumah sambil menggendong Keranjang Besar dipunggungnya, melihat Tas keranjang itu, ekspresi dan senyum di wajah Nanami menghilang dan berubah menjadi kemarahan.

Ia lalu mencubit telinga kiri Tetsuya menggunakan tangan kanannya, Tatsuya yang telinganya di cubit merasakan sedikit kesakitan dan berusaha melepaskan tangan Nanami dari telinganya.

" Sakit, itu sakit, Kaa-san "

Walaupun berbicara seperti ia kesakitan, ekspresi yang ditunjukkan di wajah Tetsuya adalah... Tidak ada.

" Sudah kubilang berapa kali jangan memburu Rusa di hutan Belakang!!! Walaupun kau ke hutan pada siang hari dan Oni tidak akan muncul, masih banyak hewan liar berbahaya yang tinggal di hutan!!! "

Nanami sedikit meninggikan nadanya saat ia memarahi Tetsuya, karena berburu hewan liar di Hutan.

Tetsuya yang mendengar perkataan ibunya hanya memasang tatapan datar dan tidak menjawab.

Nanami tahu, saat Tetsuya diam dan memasang tatapan Datar, itu artinya ia sedang menolak atau mengajak suatu hal.

" Dari raut wajahmu sepertinya kau tidak setuju denganku. "

Tetsuya hanya diam dan tidak menjawab, hal itu tentu saja membuat Nanami sedikit sedih kerena betapa minimnya ekspresi yang dimiliki oleh Tetsuya.

Tanpa sadar, sedikit air mata mengalir di pipi Nanami, Nanami juga membuat ekspresi marah bercampur sedih.

Tetsuya yang melihat itu mengalami sedikit perubahan ekspresi, matanya melebar karena terkejut, lalu bibirnya sedikit gemetar saat melihat Ibunya tiba-tiba menangis.

Tatsuya kemudian membuka mulutnya dan bertanya dengan tatapan polos kepada Ibunya.

" Ibu... "

Nanami kemudian dengan lembut mengelus pipi Tetsuya, dan berkata dengan tatapan khawatir dan kesedihan.

" Jangan buat ibumu khawatir terus menerus, Tetsu. "

Sedingin apapun kepribadian Tetsuya, ia masihlah seorang anak kecil berumur 11 tahun, melihat ibunya menangis saat menatapnya, Tetsuya datang dan mempuk ibunya.

" Ibu... Jangan menangis. "

Nanami yang tidak menyadari bahwa air matanya telah keluar, saat mendengar ucapan Tetsuya langsung mengusap air mata di matanya.

" Tidak, ibu tidak menangis. "

"... Ibu... Tidak menangis... "

* Krek *

Tiba tiba saat momen mengharumkan antara Nanami dan Tetsuya sedang berlangsung, terdengar suara deritan kayu dari belakang Tetsuya.

Indra Tetsuya yang sudah terbiasa dengan Hutan langsung mengejang, ia langsung lepas dari pelukan Ibunya dan berbalik kearah Pintu, tempat berasalnya suara derit kayu itu.

Nanami yang melihat tingkah laku Tetsuya memiringkan kepalanya.

" Tetsu? "

Walaupun Tetsuya mendengar suara ibunya, Ia hanya diam dan tatapannya masih berfokus kearah Pintu.

Melihat tidak adanya jawaban dari Tetsuya, Nanami kembali berbicara.

" Ada apa Tet- "

Sebelum Nanami bisa menyelesaikan perkataanya, Tetsuya menutup mulut ibunya menggunakan jari telunjuknya sambil mendesis.

" Ssssttt... "

Tetsuya sedikit melirik ibunya, mata mereka bertemu, Nanami melihat tatapan serius yang jarang terlihat dari mata biru safir Tetsuya.

" Mmmm... "

Nanami mencoba berbicara, namun karena mulutnya ditutup oleh Tetsuya, suaranya terdengar tidak jelas dan hanya terdengar sedikit geraman.

Nanami tentu saja menyadari bahwa tindakan Tetsuya bukan tanpa sebab, karena Tetsuya bukanlah seorang anak periang yang suka bercanda dan inilah pertama kalinya Tetsuya berekspresi seperti ini.

Setelah Nanami diam, Tetsuya kembali memusatkan perhatiannya kearah Pintu depan rumah dan memperhatikan sesuatu dibaliknya.

Dia perlahan-lahan berjalan sambil berjinjit menuju pintu, selangkah demi selangkah diambil oleh Tetsuya.

Insting pemburunya secara otomatis muncul saat ia berjalan tanpa mengeluarkan sedikitpun suara, padahal berjalan diatas lantai kayu yang reot.

Matanya seperti melihat suatu hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, aura Tetsuya juga tiba-tiba saja lenyap dan kehadirannya perlahan menipis.

Dan uniknya, hal itu sama sekali tidak disadari oleh Tetsuya.

Saat Tetsuya terus mengambil Langkah dan semakin dekat dengan pintu, Nanami mencoba berbicara dan telah merentangkan tangannya dengan harapan dapat menggapai Tetsuya.

Namun, beberapa inci sebelum tangannya dapat menyentuh Tetsuya, Tetsuya tiba-tiba melebarkan matanya dan kemudian berbalik badan dan mendorong Ibunya kearah belakang.

" Menghindar, Kaa-san "

Merasakan dorongan di perutnya yang dilakukan oleh Tetsuya, Nanami hanya dapat membuat ekspresi bingung dan mengucapkan sepatah kata.

" Eh ? "

Tepat setelah Nanami selesai mengatakan itu, Pintu depan rumah mereka Terkoyak dan terdengar suara kehancuran yang memberikan dampak angin kepada Tetsuya dan Nanami.

* DUAR!!! *

avataravatar
Next chapter