1 Prolog

"HEH BOTAK! BISA GAK SIH SEHARI AJA LO GAK GANGGUIN GUE?!" teriakan kesal seorang gadis cantik dengan tinggi badan 153cm itu membuat seisi kelas menatapnya jengah

"Berisik Lo cebol!" Seru laki laki tampan berkepala botak tidak pelontos itu kepada seorang gadis yang meneriakinya.

"Sialan!" Seru gadis tersebut sinis. Lalu beralih mendudukan bokongnya di kursi milik teman sekelasnya.

Sudah tak heran lagi bagi seluruh penghuni kelas mendengar pertikaian kedua orang tersebut. Si gadis cantik barbar nan galak dengan si laki laki botak tampan namun bebal.

Sudah menjadi hal yang lumrah bagi mereka.

"Coba Lo berdiri sebentar," pinta laki laki tersebut.

"Mau apa lo?!" Tanya si gadis sarkas.

Namun ia tetap melaksanakan apa yang di minta oleh si laki laki tersebut.

"Gapapa sih. eumm kalo di pikir pikir, ternyata selama ini emang bener ya, kalo Lo itu produk yang gagal," Ucapnya santai sambil memperhatikan tubuh gadis tersebut dari atas hingga bawah, dengan sebelah tangannya yang mengelus- elus dagu lancip nya.

Ucapan laki laki tersebut membuat si gadis naik pitam

Penghuni kelas sudah menebak nebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan kecepatan tangannya, si gadis meraih tas yang ada di atas meja. Entah tas tersebut milik siapa.

Kemudian ia lempar kan hingga

Hap

Pas sekali mengenai wajah tampan laki laki Bebal tersebut.

"Anjing Lo!" Umpat gadis tersebut.

Bukannya takut atau kesakitan, laki laki tersebut tertawa sampai terpingkal-pingkal sambil menyingkirkan tas dari wajahnya.

Memang benar benar bebal.

Tiba tiba terdengar suara langkah kaki berasal dari depan kelas, sepertinya ada yang datang, suasana hening takut takut ada guru yang masuk ke kelas tersebut karena mendengar suara bising yang berasal dari ruangan ini.

"Anjir tas gue," ucap seorang laki laki dengan baju urakan yang baru saja datang mendramatis melihat tasnya yang tergeletak dengan semua isi tas yang berceceran di lantai.

"Pasti ulah Lo kan, Na?!" Tuding nya sambil memungut tas beserta isinya dengan mata yang masih menatap gadis tersebut.

Gadis tersebut adalah Shavana Margaretha. Gadis cantik blasteran Indonesia-Elsalvador, dengan wajah yang berbentuk oval, hidung mancungnya yag kecil lancip, alis kecil rapi namun tebal, bulu mata lentik, bibir tipis berwarna merah cerry alami, dan kulit putih bak susu serta rambut nya yang berwarna coklat terang dengan model curly.

Namun siapa sangka, di balik wajah cantik nya , Shavana dengan segala tingkah barbarnya dan juga sifatnya yang galak layaknya macan betina. Membuat orang orang takut mendekatinya.

Padahal Shavana gak gigit

"Kalo iya kenapa?!" Sungutnya menatap tajam Rahmat yang tengah memungut isi tas miliknya.

"Gapapa Tante," ucapnya pelan. Takut kena bogem mentah oleh Shavana.

"Ngomong apa Lo?" Tanyanya tajam tak terima dirinya di panggil Tante.

"Ternyata denger," batin Rahmat

"Bercanda, Na. astaga," Ucap Rahmat kemudian duduk di kursi miliknya.

Laki laki berkepala botak itu nampak menonton drama live yang ada di hadapannya. Menunggu sang macan mengamuk kepada Rahmat yang dianggap mangsa oleh nya. Namun sayang,,

Shavana melengos tak perduli ke tempat duduknya, berusaha agar tidak terusik dengan dua makhluk yang menurutnya menyebalkan itu.

Saat laki laki tersebut hendak membuntuti Shavana ke bangkunya yang ada di nomor urut dua dari belakang, Rahmat menarik kerah belakangnya

"Udah deh, Ken. Lo jangan mancing keributan. Kalo si macan betina ngamuk lagi, bisa nyaho Lo!" Ucap Rahmat dengan sebelah tangannya menarik kerah belakang Keenan. Nada suara nya pelan namun masih terdengar oleh Shavana, membuat gadis tersebut menatapnya tajam.

Rahmat yang tertangkap basah tengah membicarakannya hanya cengengesan tak jelas.

Fyi, nama lengkap si botak -- upss, maksudnya si Keenan itu  Keenan William.

"Awas ah ganggu aja Lo," ucap Keenan sambil menyingkirkan tangan Rahmat dari kerah bajunya.

"Dasar otak udang." gumam Shavana yang melihat Keenan tengah berjalan ke arahnya.

"Psstt psttt cewek?" Panggil Keenan dengan mengerlingkan matanya genit kepada Shavana.

Malas menanggapi makhluk aneh tersebut, Shavana hanya meliriknya sekilas dengan sinis.

Membuat Keenan berdecak sebal karena tak di tanggapi oleh gadis pendek tersebut.

"Na?" Panggil Keenan namun tak di gubris oleh Shavana.

"Vana?"

"Shavana?"

"Shavana Margaretha?"

Masih tak ada jawaban membuat Keenan berdecak.

Kemudian bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman lebar karna tiba tiba saja ada sebuah ide yang muncul di otaknya.

Kemudian Keenan menghitung mundur di dalam hati

Dan...

"WOY NANA CEBOL, CANTIK, TAPI BOONG. BOLOT PULA." teriak Keenan tepat di kuping kanan Shavana membuat gadis tersebut meringis karena merasakan kupingnya berdengung hebat.

Ahh sepertinya gendang telinga Shavana pecah

Astaga tidak tidak

Gadis tersebut menoleh menatap Keenan yang tengah tersenyum lebar, dengan tajam. sorot matanya seperti ingin menerkam mangsa.

Kedua tangannya mengepal kuat dan wajahnya memerah menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak.

Keenan yang melihat reaksi dan tatapan Shavana memilih melarikan diri daripada harus diterkam oleh macan betina itu.

Seisi kelas telah menyiapkan kedua telapak tangannya di kedua telinga mereka. Mereka sudah menebak-nebak apa yang selanjutnya terjadi.

Dan benar saja.

"KEENAN ANJING LO YA! DASAR BOTAK, GILA, GAK PUNYA OTAK, OTAK UDANG, KUPING GUE NGIUNG NGIUNG GARA GARA LO SETANNN!!" Habis sudah kesabaran Shavana

Keenan yang mendengar teriakan maut tersebut tertawa geli sambil berlari.

Sungguh, hari harinya akan menyenangkan bila menggoda gadis galak itu.

avataravatar
Next chapter