2 Niat Berhijab

"Kak Olif kuliah mau pake hijab?" Sesaat Ibuku tertegun mendengar jawabanku.

"I... Iya, Nda." Aku menurunkan alis dan memincingkan mataku. "Emang kenapa Nda?"

"Alhamdulillah Kak!"

"Loh, Kakak sekolah juga udah pake hijab Nda!"

"Kan cuma di sekolah."

Rasa-rasanya ini bukanlah hal yang aneh keputusanku menggunakan hijab. Bagaimana tidak, setidaknya sudah kurang lebih 2 tahun belakangan ini aku mengenakan hijab sebagai penutup kepala pergi ke sekolah. Aku akui hijab itu hanya kukenakan saat pergi sekolah, selebihnya jarang aku gunakan untuk keperluan sehari-hari .

Aku mulai berhijab saat kelas 2 SMA. Bukan karena disuruh apalagi dipakasa, hanya melihat teman sekolah yang menggunakan hijab saat ke sekolah, aku jadi kepingin. Pada saat pertama pakai hijab dulu, aku tidak pakai pikir panjang, yang kupikikir hanya, ah... tidak apa pakai hijab, toh hanya ke sekolah saja kan. Selebihnya aku sama sekali tidak ingin pakai hijab.

Setidaknya selama 2 tahun aku bongkar-pasang hijab. Bagiku hijab tak lebih dari pembungkus kepala dan simbol modest agar tak bisa pakai baju yang kurang bahan. Aku tidak memaknai adanya tingkat kenaikan dalam beribadah, melainkan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan di lingkunganku. Selain itu, bagiku terkadang tidak membedakan antara berhijab dan tidak berhijab.

Aku bersekolah di sebuah SMA Negri di Jakarta, dimana tidak dituntut wajib berhijab. Aku tumbuh di lingkungan SMA yang pada umumnya. Banyak yang lepas-pasang hijab termasuk aku, namun di lain sisi ada juga yang sangat istiqomah terhadap hijabnya.

Rohis di sekolahku rata-rata penghuninya adalah gadis yang berhijab panjang hampir menutup seluruh badan.Pada saat itu, Aku melihat kadar keimanan mereka sudah sangat-sangat luar biasa terutama tidak goyah akan pacaran dan menyontek dalam pelajaran, setidaknya itulah cerminan anak rohis yang ada di kelasku. Kalau aku? Jangan ditanya. Aku saja tidak tahu jika wajibnya pakai hijab itu mesti menutup dada, yang aku tahu yang penting kepala dan leher tidak terlihat.

Saat aku baru kelas 1 SMA, sebut saja namanya Mika, dia adalah anak rohis dan hijabnya sudah panjang. Saat itu aku belum berhijab.

Seorang teman sekelasku, sebut saja Echa bertanya kepada Mika. "Mika, lo nggak gerah apa pake kerudung?"

Mika menjawab. "Panasan mana sama api neraka?"

Seketika aku dan teman-temanku yang lain yang sedang ada didekat situ bergidik merinding mendengar jawaban Mika.

Apakah kemudian aku kepikiran soal kata-kata Mika? Ya enggaklah. Kata-kata Mika hanya sekelumit lewat di benakku. Aku anggap diriku memang belum bisa sereligius Mika. Toh aku masih muda, masih ada waktu untuk bertobat. Pikirku saat itu.

Saat aku memutuskan untuk berhijab di hari pertama kelas dua, tidak ada yang aneh, tidak ada yang berubah. Sekolahku selama ini juga sudah pakai rok panjang, jadi hanya tambah pakai baju panjang dan jilbab saja. Aku biasa pakai bergo ke sekolah. Semua teman-temanku yang berjilbab juga rata-rata memilih bergo karena kepraktisannya. Tidak ada kewajiban harus pakai hijab yang bagaimana-bagaimana di sekolahku, yang penting menyesuaikan warna seragam sekolah dan tidak heboh alias sederhana saja.

Di kelas 2 ini, aku bertemu dengan 2 orang teman yang akhirnya menjadi sahabatkuu hingga dewasa. Mereka adalah Vicy dan Jasmine. Mereka berdua adalah teman sebangku yang duduknya di kursi paling depan pojok kanan. Aku duduk di barisan paling belakang di pojok kiri dengan seorang temanku yang kukenal dari ekstrakurikulerku, Vina.

Bagaimana ceritanya aku bisa berteman dengan Vicy dan Jasmine sementara tempat duduk kami terpisang di sebrang yang jauh seperti itu? Ini masih menjadi misteri yang aku sendiri belum bisa pecahkan.

Jasmine adalah gadis cantik yang berkulit putih dengan rambut lurus sebahu berkacamata seperti vampire yang menjadi juara kelas 1 tahun ini. Sedangkan Vicy adalah gadis cantik berkerudung yang menjadi juara 2 dimana kelas satunya sekelas dengan Jasmine.

Sudahlah klop sekali, mereka berdua. Sama-sama pinter, hobi baca, pergaulan internasional, disini yang dimaksud hobi internasional adalah selalu update film-film barat. Keduanya juga memiliki kemampuan Bahasa inggris yang di atas rata-rata. Oh iya yang lebih menarik, pernah suatu keTika, saat ada tes hafalan surat Al-Quran, dua-duanya adalah yang paling banyak punya hafalan surat. Yang paling banyak hafalan suratnya adalah Vicy, dan yang kedua Jasmine. Keduanya terpaut hanya berbeda 1 surat. Iya sih semua suratnya masih di juz 30. Guru-guruku memaklumi jika tidak ada yang hafal sepanjang 1 surat di luar juz 30, karena kami rata-rata sekolah di sekolah negri yang tidak mewajibkan afalan Al Quran.

Aku pertama kali melihat sosok Jasmine, jelas aku kagum sebagai cewek melihat ada cewek seperti Jasmine. Dia sangat misterius, pendiam, dan sudah pasti sangat pintar. Bagaimana dengan Vicy? Vicy cantik, tapi memiliki wajah bawaan yang tampak jutek, terlebih cara berbicaaranya yang nyablak dan jutek, jadi ya first impressionku tak seberapa dengan Vicy. Berbeda jauh dengan sosok Jasmine, first impressionku mengenalnya langsung kagum dan ngefans. Dari cara berbicara, mengatur katapun aku sangat menyukainya, terlebih dia adalah pendengar yang baik dan menghargai pendapat orang lain. Siapa yang tidak addict memiliki teman sepert itu?

Aku tidak memandang bagaimana-bagaimana dalam beragama, ya kalau sempat, ya Sholat, kalau tidak ya lain kali lagi baru Sholat. Setidaknya aku dan teman-temanku berubah drastis saat kelas 3, dimana jangankan sholat wajib, sholat sunnah pun dijabanin, seperti contohnya Sholat Dhuha. Karena apa coba? Demi lulus UAS dan bisa masuk ke Universitas dambaan kami masing-masing.

Pacar. Iya pacar. Apa ada bedanya orang yang pake hijab dan tidak pakai hijab dalam memandang hubungan pacaran? Jika pertanyaan ini ditanya kepadaku, jelas akan kujawab tidak ada bedanya, semua temanku yang berhijab banyak yang masih berpacaran. Pengecualian, untuk anak rohis, rata-rata anak rohis yang kukenal tidak ada istilah pacaran dan bergaul bebas-seenaknya dengan lawan jenis. Tapi aku tidak mempermasalhakan, aku hanya melihat ini sebagai 2 pandangan pemikiran yang berbeda mau pacaran atau sama sekali tidak pacaran. Yang aku tahu pada saat itu, aku hanyalah remaja yang hanya tahu cinta monyet, hari ini suka sama kakak kelas A, besok bisa suka sama orang lain. Tidak jelas lah muara perasaanku.

Untungnya aku tidak sendiri, Jasmine, dia juga tidak pernah pacaran. Aku pun tak merasa kenapa-kenapa karena cewek cantik, pinter seperti Jasmine saja tidak pernah pacaran. Kalau Vicy? Dia punya pacar.

Pada suatu hari, saat pulang sekolah lebih cepat, aku, Vicy, dan Jasmine pergi ke bioskop untuk menonton. Kami semua adalah Twihard, sebutan untuk penggemar novel twilight, otomatis kami menunggu-nunggu premiere film tersebut. Kebetulan ini adalah hari Kamis, dan memang ada pelajaran Agama di kelasku. Jasmine sejak tadi pagi, baru datang ke sekolah sudah memakai kerudung. Namun dia sampai kelas jam terakhir pun tak juga melepas kerudungnya.

Karena kami ingin pergi main, aku berniat mencopot jilbabku di kamar mandi begitu juga Vicy.

"Olef, pake kerudung nggak lu?"

"Enggak Ci, lu mau pake?"

"Enggak juga deh kalo gitu."

Jasmine di sebelah kami, ia sedang merapikan bajunya. Aku penasaran selama ini dengan Jasmine, jika ada pelajaran agama dan har Jumat, ia pasti selalu berkerudung sehari penuh. Aku tidak pernah melihat Jasmine pakai jilbab setengah-setengah di satu hari. Rata-rata teman-temanku yang tidak berhijab akan melepas hijabnya begitu pelajaran agama selesai, atau pada hari Jumat banyak yang istirahat tidak pakai hijab, dan hanya saat pelajaran saja pakai hijab.

"Jas, lo nggak copot kerudung?"

"Enggak deh," jawabnya.

"Kenapa emang?"

"Nggak tahu kenapa, kalo gue udah dari awal pake jilbab, terus di tengah-tengah gue lepas jilbab, ada aja kesialan yang menimpa gue."

"Yang bener?"

"Iya bener. Gue udah beberapa kali ngalamin. Pernah gue papasan sama orang kecelakaan habis gue lepas hijab, terus pernah juga nabrak kucing di jalan sama supir gue habis gue lepas jilbab."

Aku hanya melongo mendengar penjelasan Jasmine yang tak masuk di akal. Tapi otomatis aku berubah pikiran untuk tak melepas jilbabku saat itu. Ternyata Vicy juga berpikiran sama denganku, ia juga mengurungkan niatnya melepas hijab pada hari itu.

Ini adalah hari kita bertiga sudah lulus. Kami juga sudah diterima di Universitas kami masing-masing. Kami memutuskan untuk ketemuan di mall.

"Jasmine udah hijaban sekarang?" tanyaku

Jasmine tersenyum mengangguk.

"Canti Jas." Pujiku.

"Olef juga udah hijaban sekarang?" tanya Vicy.

"Gue kan emang berhijab Ci. Lu gimana? Nggak lanjut berhijab kuliah?"

Vicy menggeleng. "Enggak Olf."

Aku sebenarnya tidak terlalu heran jika Vicy memutuskan tidak pakai hijab lagi, selama ini ia pakai hijab dari TK sampai SMA juga sebenarnya hanya saat pergi ke sekolah saja. Selebihnya tidak pakai jilbab, tapi kadang juga pakai walau jarang. Vicy dengan rambut lurus panjangnya yang sampai sepunggung itu nampak dengan balutan busana lebih modis tanpa jilbabnya. Model pakaian kemeja lengan pendek dan celana waist belt jeans terlihat sangat pas di badan kurus tingginya.

Aku sendiri juga senang memakai jeans dipadankan kemeja panjang dengan jilbab berbahan paris yang ku taruh dibahu ujung kanan dan kirinya. Tidak berbeda jauh denganku, Jasmine juga sangat cantik memakai padanan kemeja baby doll dan jeans serta jilbab parisnya.

**

avataravatar