1 Dunshen

*Wilayah kerajaan Balton: Ibukota, Vredi, Proi, Mesimera

*Oberon – pimpinan dimasing masing kelompok elemen elf (Air, tanah, angin, api).

*Fellan (wanita), Mallen (laki-laki) – sebutan untuk pemburu griv.

*Griv - monster yang memiliki kekuatan cla, griv memiliki benda yang dapat ditukar dengan emas, ruby, atau topaz.

*Dupe - wilayah perburuan griv yang berubah setiap 5 bulan. Selama 4 bulan hanya griv dengan cla rendah, kemudia muncul griv cla sedang selama1 bulan, dan setelahnya muncul griv cla tinggi selama 2 minggu. Sesudahnya Dupe akan tersegel selama 2 minggu menuju masa pergantian.

*Dungeon – wilayah di bawah Dupe, tanah hunian griv 1 cla dengan jumlah tak terbatas. Seseorang yang masuk akan selalu terikat didalamnya, kecuali mereka mendapat Yi (ikatan antar pemburu). Hanya pergantian Dupe yang dapat membuat beberapa lubang keluar selama 1 malam, namun jika Yi dihapus, dungeon akan menarik mereka kembali.

*Dunshen – sebutan pemburu yang terperangkap di dungeon akibat terperangkap atau tertelan bayangan.

*Cla - simbol kekuatan, cla bisa dihibahkan jika berikatan.

* 3 Klan terkuat kerajaan Balton yang mengurus 3 wilayah. Klan Harpies (Vredi), Chimaera (Mesimera), Klan Kraken (Proi).

*level uang

- 1 topaz= 50 ruby

-1 ruby = 100 emas

* level kekuatan (dapat dilihat melalui batu cla yang bercahaya sesuai tingkat cla, pemilik dapat meletakkan di anggota tubuh manapun, akan tersamar dan tidak bisa dilepas selain pemilik).

1= Tungsten. merah. 1-999 cla

2= Osmium. hijau. 1000 cla

3= Titanium. biru. 10000 cla

4= Borazon. Jingga. 50. 000 cla

Tingkat 1: 100.000 cla

Tingkat 2: 150.000 cla

Tingkat 3: 200.000 cla

5= Diamond. Berlian. 250.000 cla

Tingkat 1: 300.000 cla

Tingkat 2: 350.000 cla

Tingkat 3: 400.000 cla

Tingkat 4: 450.000 cla

6= Lonsdaleite. hitam-kuning. 700.000 cla

7= Wurtzite. perak. Belum diketahui.

.

.

.

.

.

"Luxia... kumohon pikirkan sekali lagi."

"sudah berapakali aku mengatakannya! Aku sudah muak, aku tidak akan bisa meningkatkan level jika terus seperti ini!" fellan itu menghentak tak sabar.

"Tapi.. levelmu sudah menjadi titanium." Bola mata telah sekelabu pakaian lusuhnya.

"tentu saja itu karena jerih payahku! Kau hanya membasmi griv dengan belati dan ranting pohon. Bagaimana mungkin tambahan cla-mu menguntungkan ku!?"

Luxia, seorang fellan berrambut kuning berdiri angkuh menyilangkan kedua tangannya di dada. Kernyitan di dahinya melihatkan sudah sangat jengkel dengan mallen dihadapannya.

Mallen dengan rambut biru gelap sepanjang dada hanya memandang kebawah tak memiliki niat untuk menatap lawan bicaranya. Wajah pucat selalu tersembunyi oleh beberapa helaian rambut yang terlihat sangat kontras. Tubuhnya cukup ramping sebagai pria, dengan otot halus yang sebenarnya membuatnya terlihat indah dan elegan jika tidak dibalut pakaian lebar yang kusam kelonggaran.

"Baiklah..." Suara Tei yang keluar hampir seperti bisikan seakan tangki semangatnya sudah bocor dan terkuras.

"berikan tanganmu, biar aku yang melepaskan." Luxia segera menarik tangannya dengan tidak sabaran. Mereka saling menggenggam pergelangan yang memiliki rune Yi dengan simbol matahari dan 2 gelombang.

"bahkan bentuk rune mu sangat lemah dibandingkan denganku, huh. Kau telah menyelamatkanku dan aku memberimu tempat tinggal juga makanan. Kuanggap kita impas."

Mallen itu hanya diam tak ada keinginan untuk menjawab yang hanya membuat fellan di depannya semakin kesal.

"Drilaco Prastachi!"

Tei hanya diam melihat pergelangannya dengan rune yang mulai menghilang seperti kertas terbakar. Ia merasa kehidupannya juga tersedot dan ikut memudar bersama rune itu.

Setelah semua rune di tangan mereka hilang Luxia segera menarik tangannya meninggalkan Tei yang hanya berdiri mematung.

'huh, mallen ini sangat bergantung padaku lihat saja dirinya seperti telah kehilangan hidup! Walau dia cukup handal tapi bagaimana mungkin sepadan dengan klan Harpies yang mengundangku, lagipula levelku jauh diatasnya!'

Luxia berlevel Titanium yang merupakan level yang cukup tinggi dan dapat membuatmu diundang ke dalam klan. Terutama untuk fellan yang sangat jarang.

"Dim* ini sudah kuberhentikan, jadi kau juga sebaiknya pergi."

(*rumah sewaan untuk para pemburu seperti mangkuk telungkup dari bebatuan)

Setelah mengatakan itu Luxia segera meninggalkan Tei yang tetap berdiri memandang kosong tangannya.

Entah mengapa dia ingin tertawa, tertawa sangat kerasa hingga tenggorokannya seperti terbakar. Tapi bahkan sebelum suara apapun muncul ia sudah runtuh berlutut ke tanah. Ia merasakan panas mulai menyebar di tubuhnya.

"tidak bisakah tunggu sebentar? biarkan aku menikmati ini sedikit lebih lama." Entah dengan siapa ia bicara, ia akhirnya berbaring terlentang memejamkan matanya menikmati suasana tenang disekelilingnya.

Belum sampai ia menghebuskan nafas kedua terdengar suara didekatnya yang mengejutkannya.

"mmh. Permisi, apa kau sudah mati?"

Ia bangun dengan kecepatan kilat waspada dengan pria rambut perak didepanya. Pria itu menutupi wajahnya dengan kain hitam yang memiliki ukiran kecil sebuah naga dengan benang perak, walau hal itu tidak menutup bentuk tegas rahang dibaliknya. Pakaian yang ia kenakan hampir didominasi hitam dengan beberapa ukiran perak dan terbalut jubah seperti pemburu pada umumnya namun terlihat jauh lebih bernilai.

"siapa kau?" suaranya terdengar setenang mungkin, Tei mulai merasa gugup tapi tidak memperlihatkannya. Kegugupan karena tak dapat merasakan kehadiran di depannya. Walau pemburu memang dapat menekan aura kekuatan mereka tapi tidak sepenuhnya! bahkan ia tidak menyadari kedatangannya...

Pria didepannya lebih tinggi darinya hampir 1 kepala penuh, Tei merasa terintimidasi hanya dengan kehadirannya.

"ah! kau hanya bermain pura-pura mati. Uuhhh, Aku juga ingin mencobanya nanti."

"..."

"Kau bertanya siapa aku? Aku seorang pemburu." ia berdiri dengan cukup arogan mengangkat dagunya.

Tei menatap diam sejenak, Ia tidak ingin berurusan dengan siapapun sekarang, walau dia inginpun tak akan bisa dengan waktu yang ia miliki.

"apa yang kau inginkan?"

"tenang, aku tidak akan melukaimu, mm... mungkin. Yang kuinginkan adalah cairan kesembuhan." Suara itu terdengar ringan memikat yang membuat orang lain ingin menurutinya, Ia menuju bangku yang tersampir di dekat meja. Jika Tei mendengar di situasi lain, mungkin dia akan memuji bagaimana suara ringan itu dapat memiliki daya tarik yang luar biasa.

Cairan kesembuhan merupakan benda langka yang didapatnya saat membunuh griv 10 hari lalu. Benda ini dapat menyembuhkan penyakit apapun hanya dalam waktu singkat sesuai level cairannya. Yang dimilikinya sekarang adalah lever tertinggi! Ia bahkan telah menyembunyikan benda ini dari Luxia walau dia berada didekatnya saat mendapatkannya. Juga Ia sangat membutuhkan benda ini nantinya, bagaimana dia bisa memberikan ini pada pria yang tiba-tiba muncul?

"tidak bisa." Akhirnya ia memberikan jawaban setelah beberapa waktu. Masa bodoh dia bertarung, ia akan segera terpendam.

"hmm, hmm jawaban yang kuduga. Dan aku sudah siapkan balasanku, aku akan memberimu 2 topaz! itu sudah cukup kan?" surai keperakan muncul melilit tangan berotot pria itu. Semakin merambat Tei sadar itu merupakan tiruan ular perak dengan batu topaz sebagai matanya. Dua batu topaz dapat membuat seseorang memotong organ tubuhnya langsung hanya untuk ditukar dengan hal itu, mereka dapat hidup sejahtera selama beberapa tahun.

Sayangnya untuk Tei bahkan 100 Topaz tidak lebih berharga dari cairan ini.

"maaf, kumohon pergilah."

"huh? Ini tidak cukup!? Bahkan orang sebelumnya setuju hanya untuk 40 ruby." Pria perak itu berdiri dengan alis hampir terkait.

"aku ti-" sebelum menyelesaikan kata-katanya ia terbelalak dan jatuh berlutut ke tanah hampir seperti ditekan dengan keras oleh benda tak terlihat. Ia menopang tubuhnya dengan kedua tangan.

Pria didepannya terlihat sedikit terlonjak, berpikir bukan dia yang melakukan itu kan?

"Hei! untuk apa kau berlutut padaku? memintaku pergi? tapi aku masih menginginkan cairan itu, aku akan memberimu 3 topaz. Bagaimana? Hum? Hum?"

Tei diam. Keringat dingin mulai berlomba keluar pada tubuhnya. Penarikan kembali telah dimulai, ia bahkan tidak dapat merasakan sakit dilututnya dan terfokus pada sakit yang tersebar di seluruh tubuhnya. Seluruh benda dalam tubuhnya seperti diberi jepitan kecil yang tak berhenti. Terlalu menyiksa untuk dapat memikirkan hal lain.

"hei hei. Aku tidak bisa bermain denganmu, aku harus kembali dengan cepat." Ia mengubah ular itu menjadi tongkat dan menyundulkannya ke kepala yang menunduk. "bolehkah aku mengambilnya dengan paksa?"

Tei sudah kehabisan napas, ia sudah ambruk tak mampu menopang lagi. Tubuhnya seakan dikuliti secara perlahan dan ditusuk ribuan jarum.

Ia tak menyangka akan sesakit ini. Kedua tangannya mencengkram erat berharap mengurangi kiriman rasa sakit ke otaknya.

Jika orang lain yang merasakan mereka mungkin telah berteriak dengan gila, tapi Tei tidak mengeluarkan suara kesakitan, ia mengigit lidahnya untuk mengalihkan rasa sakit.

"kau baik-baik saja?!" Pria itu sedikit terkejut saat melihat Tei tersungkur dengan peluh yang tak berhenti.

Kepala Tei mulai berdenyut tak terkendali, 'Madre... maaf. Aku tak bisa melakukannya.'

Tei merogoh kain dibalik dadanya, cairan bening di botol kaca kecil tergenggam di tangannya. "... bunuh aku.. benda ini akan jadi milikmu." Ia mengucapkannya dengan penuh perjuangan.

Persetan dengan cairan ini, ia lebih baik selesai dengan semuanya. Ia juga tidak ingin kembali ke bawah sana, bukankah lebih baik mati disini, di wilayah penuh cahaya.

"hah?"

Botol itu menggelinding kearah kakinya.

"ku mohon..."

"apa kau bodoh?! jika kau sakit kau saja yang minum. Bagaimana bisa kau memberikan padaku cuma-cuma!?"

"itu tidak akan berguna. Aku..." Tei menarik nafas, memejamkan matanya sebelum melanjutkan. "seorang dunshen.. Akh!" bukankah itu telah menjadi rasa sakit yang tak terbayangkan hingga ia akhirnya mengeluarkan teriakan?

"dunshen? Siapa? Dimana? Apa maksud- heiiI!!"

Tei sudah tidak dapat mendengar sekelilingnya sebelum akhirnya kegelapan menelan kesadarannya.

avataravatar
Next chapter