1 (PROLOG) KETIKA WAKTU SENJA

Matahari mulai terbenam. Cahayanya mulai redup sedikit demi sedikit. Angin yang mulai bertiup perlahan, seakan-akan membuat suasana damai. Rumput-rumput yang bergoyang di antara hamparan Padang rumput yang luas, bergerak diterpa angin dari arah barat. Langit yang bersih tanpa adanya awan, terlihat jelas warna biru yang seperti menyatu dengan cahaya matahari yang terbenam. Tubuhku terasa bebas, seakan ada kekuatan yang ingin membawaku menuju dimensi lain. Membuatku ingin sekali menggapai sebuah mimpi. Mimpi yang selama ini aku cari. Mimpi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Tentang arti dari sebuah kehidupan. Tentang pertanyaan yang selama ini masih menjadi tanda tanya besar bagiku. Sesuatu yang membuatku penasaran. Sesuatu yang selama ini aku cari. Tentang sesuatu yang menentukan hidupku. Apa itu hidup, apakah hidup itu adalah yang selama ini orang-orang bangga kan. Tentang kekayaan, kekuasaan, kehebatan, kepandaian. Seakan-akan tanpa sadar semua orang diperbudak olehnya. Begitu banyak yang mengharap akan mendapat kebahagiaan yang hakiki darinya. Kebahagiaan yang abadi. Usaha yang menghantarkan kepada kebahagiaan yang sejati.

Apakah kehidupan itu seperti tali ikatan yang membuat orang tidak bisa lepas darinya. Apakah semua orang hanyalah sebuah boneka tanpa nyawa yang dikendalikan. Tapi kenapa, rasa yang selama ini aku rasakan, seakan ingin membawaku kepada pertanyaan yang sangat sulit untuk aku jawab.

Matahari hampir tenggelam seluruhnya, hanya menyisakan cahaya jingga. Bintang-bintang di langit sudah mulai bertebaran. Langit sudah mulai menjadi gelap. Aku berbaring di hamparan Padang rumput yang luas, menatap lamat-lamat bintang di langit tanpa penghalang. Aku mulai berpikir, adakah orang yang pernah merasakan sesuatu seperti yang aku rasakan. Merasakan ketenangan ini. Ketenangan di saat aku merasakan sensasi menikmati alam. Jika hal tersebut adalah hidup yang sesungguhnya, kenapa banyak orang yang tidak tahu akan hal ini.

Kebahagiaan dari dalam. Kebahagiaan yang tidak timbul dari luar. Kebahagiaan yang bersumber dari hati. Kebahagiaan hakiki yang bukan karena materi. Kebahagiaan yang sempurna. Kenapa banyak orang yang tidak tahu akan hal tersebut. Serasa kehidupan ini hanyalah sebuah permainan.

Apa yang membuat semua orang tidak tahu. Atau memang tidak pernah menghiraukan kebahagiaan ini. Kebahagiaan yang bersumber dari hati, mata air dari hati. Hakikat sejati kebahagiaan hidup. Hakikat yang berasal dari hati. Belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kebahagiaan sejati tidak akan timbul dari luar. Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua datang dari luar. Saat semua itu datang tetapi hati masih dangkal, hati akan seketika keruh berkepanjangan.

Berbeda halnya jika punya mata air sendiri, kebahagiaan yang berasal dari hati. Kebahagiaan yang berasal dari dalam. Mata air itu menjadi sumber kebahagiaan tidak terkira. Bahkan ketika ada musuh yang mendapatkan kesenangan, keberuntungan, kenapa tidak ikut senang atas kabar baiknya, ikut bahagia. Sementara orang-orang yang memiliki hati yang dangkal, dan sempit, bahkan ketika sahabat baiknya mendapatkan nasib baik, dia dengan segera iri hati dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut senang.

Kehidupan ini penuh dengan misteri. Masih banyak hikmah dan nilai-nilai kehidupan yang belum bisa diketahui, maupun di jumpai. Sehingga menjadikannya salah satu pertanyaan dalam hidup. Salah satu tanda tanya. Tanda tanya besar bagi arti kehidupan. Tanda tanya bagiku, untuk meraih mimpi yang selama ini aku cari. Untuk itulah aku hidup, mencari jawaban dari pertanyaanku. Jawaban yang menentukan hidupku. Salah satu yang menjadi pertanyaan terbesar dalam hidupku adalah, siapa. Siapa aku. Kenapa aku ada di dunia. Untuk apa aku ada di dunia ini. Dari sinilah perjalananku dimulai. Perjalanan mencari jati diri. Perjalanan mencari kebenaran. Berjalan tanpa arah. Mencari jati diri.

"WHO AM I".

Senja, 17:25

-Andi Ardiyansah-

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter