19 Dia Memang Iblis

"Astagfirullohalazim, bukankah dia iblis?, kenapa dia ada di rumah ini? ya Allah aku berlindung kepadamu.Tapi apakah memang benar dia iblis? ataukah hanya halusinasiku saja?, Ya Allah tolong selamatkan aku jika ini kenyataan!" Gumam Nana sambil melotot kearah Lion.

Sedangkan Lion tetap menatapnya tanpa berkedip dengan ekspresi penuh arti.

Di tempat tertentu Ny dan tuan Kim yang menyaksikan pemandangan aneh di depan mereka, mulai berbisik.

"Sayang.. Apa kamu sepemikiran dengan ku? " tanya Ny Tresia.

"Iya, apakah ini pertanda sebentar lagi kita akan menggelar pesta pernikahan?" jawab tuan Kim dengan senyum-senyum geli.

Wajah Ny Tresia begitu cerah dan mulai bersemangat.

"Aaanggg...sayang aku sudah tidak sabar melihat mereka menikah, sekarang aku mulai tenang kalau anak kita ternyata tidak menyukai sesama jenis, ohhh.. terimaksih Nana kamu bisa membuat anak ku tertarik padamu dalam pandangan pertama" ucap Ny Tresia dengan kegirangan.

"Ini memang berkah, Apa lagi kita sudah kenal Nana, sepertinya tuhan sengaja mendatangkan Nana dalam keluarga kita he." ucap tuan Kim.

"Itu artinya tidak akan ada masalah, jika mereka sudah menyatakan saling suka kita langsung saja minta mereka menikah," kata Ny Tresia tampak tak sabaran.

Yuri yang duduk di samping paman dan bibinya merasa aneh dengan obrolan mereka, meski mereka hanya berbisik tapi Yuri masih bisa mendengarnya.

Namun Yuri berfikir kalau itu wajar kalau mereka tampak senang karena ini pertama kalinya Lion menatap perempuan tanpa berkedip, biasanya jangankan di tatap di lirikpun tidak.

Yuri mulai berfikir keras di satu sisi dia mengerti kebencian Nana karena dia tau karakter Lion yang kadang menyebalkan, tapi di sisi lain dia juga setuju dengan paman dan bibinya, tapi bagaimana itu akan terjadi secara Lion adalah lelaki yang tidak percaya cinta dan Nana adalah gadis yang benci dengan cinta.

Zera yang dari tadi heran mencoba menyadarkan perang mata antara Nana dan Lion.

Zera menepuk bahu Lion. "Kak kok cuman diam saja, katakan hallo atau apa kek sama kak Nana, kenapa malah di berikan tatapan jelek?.

Mendengar rengekan Zera, Lion mulai menyapa Nana, "Salam kenal".

Ekspresi Nana sangat gelap, jantungnya terasa ingin meledak, dia merasa mulai sulit bernapas seolah dia sedang di cekik, bola matanya yang gelap terasa ingin melompat dari tempatnya, cukup wajah Lion yang membuatnya Syok sekarang dia mendengar suara Lion yang terdengar seperti kilat yang menyambar tiang listrik, duuuaarrr... langsung terbakar.

Ternyata aku tidak bermimpi, dia memang iblis, mungkin wajahnya bisa di tiru tapi suaranya aku kenal betul. Sekarang aku harus bagaimana? dia ternyata kakaknya Zera, sungguh Ny dan tuan Kim tidak pantas memiliki anak seperti dia.

"Aku harus kabur... ahhh... tidak... Itu tidak bisa nanti Tuan dan Ny Kim susah mencariku, kalau begitu aku harus menemukan lubang rahasia di rumah ini untuk bersembunyi... oh tidak itu akan membuatku sesak di dalam lubang... Ahhh.. aku tau.. bukankah jika mau bermimpi kita tidur dulu.. kalau begitu aku akan pingsan.. bukan pura-pura, tapi rasanya badanku mulai lemas tatapanku mulai kabur.. aku akan pingsan oke aku ikhlas.. dan aku berharap setelah sadar semua kembali seperti semula". Gumam Nana.

Nana terus bergulat dengan fikirannya, dia menundukkan pandangannya dari Lion, tatapannya kesana kemari berputar-putar dan ekspresinya panik, Yuri mencoba memanggilnya tapi suara Yuri terdengar begitu jauh dan tidak jelas, akhirnya Nana tumbang dan pingsan di pangkuan Lion.

Melihat Nana pingsang semua orang kecuali Lion menjadi panik, Lion merasa frustasi melihat Nana jatuh pingsan di pangkuannya, segera dia menarik tubuh Nana untuk di sandarkan ke sofa.

'Sial, berani sekali gadis ini pingsan di pangkuanku, benar-benar menjijikkan'. Batin Lion.

"My Nana bangun.!" Yuri segera bereaksi ketika melihat Nana jatuh pingsan di pangkuan Lion, dia menarik tubuh Nana kepelukannya dan menepuk-nepuk pipinya.

"Astaga badanya panas sekali" kata Ny Tresia yang baru saja memegang dahi Nana.

"Iya tante, tadi dia habis hujan-hujanan mungkin dia demam" jelas Yuri.

Sedangkan di tempat tertentu, Lion duduk dengan tenang tanpa memperdulikan keributan itu.

Ny Tresia mulai kesal dengan ketenangan Lion. "Oh astaga.. ekspresi macam apa itu..? harusnya kamu juga bantuin apa kek.. biar Nana sadar.. "

"Lion.. Appa tidak pernah mengajarkanmu menjadi lelaki yang tidak berperasaan begini" ucap tuan Kim dengan sinis.

Lion merasa kesal mendengar ocehan orang tuanya. Dengan menghelai nafas panjang Lion langsung membawa tubuh mungil Nana ke gendongannya.

"Kamu mau bawa Nana kemana? " tanya Yuri dengan heran.

Lion tidak mengubris pertanyaan Yuri, dia malah terus melangkah hingga ke mobilnya dan memasukkan Nana di kursi belakang.

"Sayang apakah kamu mau membawa Nana ke rumah sakit? " tanya Ny Tresia dengan panik.

"Iya" jawab Lion datar.

"Aku ikut" ucap Yuri lagi.

"Iya sayang, sebaiknya kamu bawa Yuri" lanjut Ny Tresia.

"Tidak perlu. Tenang saja aku tidak akan melukainya. Kalau dia sudah sehat aku akan memulangkannya" pungkas Lion.

Meski Lion mengatakan itu, Yuri tetap merasa khawatir karena dia tau betul bagaimana Nana membenci Lion.

Akan tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa saat Lion mengabaikannya dan langsung masuk ke mobilnya. Sesaat kemudian mobilnya keluar dari pintu gerbang.

"Aku akan menyusulnya" kata Yuri sambil berbalik. Namun dia di hentikan oleh tuan Kim.

"Sudahlah biarkan saja"

Tiba-tiba Ny Tresia langsung mengerti maksud suaminya, sambil tersenyum dia berkata, "Iya Yuri, kamu tidak usah khawatir karena sebentar lagi kita akan mengadakan pesta pernikahan he he"

"Iya he " sahut tuan Kim.

Setelah itu mereka berdua langsung menyusul Zera ke lokasi pestanya saling bergandengan tangan dengan riang.

avataravatar
Next chapter