19 DI RUMAH INDRI SEASON 2

Betapa indahnya cinta ketika kedua orang tua perempuan dan laki-laki saling merestui sebuah ikatan kasih sayang.hingga cinta dapat menerbangkan asanya lebih tinggi. Jauh lebih tingga daripada cinta Rama dan Sinta.

Dan setiap insan yang saling bercinta mempunyai ikatan pada kisah kasih sayang menginginkan itu semua. Percayalah bahwa dunia ini seketika berhenti ketika kalian menyirami benih-benih cinta tersebut.

Setelah itu ibunya Indri berkata :

"Ibu keluar dulu ya mau manggil Indri"

"Gak usah bu" Ucap Dewa

"Lah, kok gitu?"

"Iya, soalnya saya gak mau ngerepotin Indri bu"

"Ya, enggaklah Wa. Kan Indri pacar kamu yang nanti bakal jadi istri kamu"

"Iya sih bu. Tapi gimana ya, saya gak enak sama keluarga di sini"

"Gak enak kenapa?"

"Ya, gak enak karena udah banyak ngerepotin"

"Ngerepotin apaan?"

"Ya, kan semalam saya pingsan karena berkelahi bu"

"Hemm. Gak ngerepotin kok, nak"

"Yang bener bu?"

"Iya, Dewa"

"Duhh"

"Yaudah ya, ibu manggil Indri dulu"

"Iya bu"

Ibunya Indri pun meninggalkan Dewa untuk memanggil Indri yang sedang berada di dapur supaya dia menemani kekasihnya yang sedang sakit tersebut. Setelah sampai di dapur ibunya Indri pun memerintahkan anaknya itu untuk menemani kekasihnya tersebut. Dengan berkata.

"Dri, temani Dewa gih! Kasian dia sendirian di kamar. Takutnya nanti dia minta apa-apa."

"Lah, terus ibu gak ada yang bantuin masak dong" Jawab Indri

"Udah gak papa, yang penting kan sekarang Dewa. Soalnya kasian dia kan kaki sama tangannya terkilir"

Mendengar ucapan ibunya itu Indri pun terkejut, lalu berkata "Iya tah bu?"

"Iya. Demi ngelindungin kamu tuh, dia sampai kayak gitu"

Karena ucapan ibunya itu, Indri langsung bergegas ke kamarnya untuk menemani Dewa. Sesampainya di kamar dia bertanya kepada kekasihnya itu.

"Seriusan tangan sama kaki kamu terkilir, sayang?"

"Kayaknya sih gitu. Soalnya sakit banget nih" Jawab Dewa

"Maafin saya ya karena semalam saya gak bisa bantuin kamu. Saya cuma wanita yang lemah yang gak berguna dan gak bisa apa-apa. Cuma wanita manja yang menginginkan cinta dari seorang pria yang tulus kayak kamu"

Sambil mengelus rambut Indri dengan tangan kirinya Dewa berkata "Gak papa kok sayang, karena sejatinya wanita itu di ciptakan untuk bisa lebih lemah kemudian lebih menangis agar pasangannya dapat lebih kuat. Kemudian tegar menghadapi segala ujian yang berlaku di dunia yang kejam ini"

"Hemm, tapi saya cuma bisa nyusahin kamu doang loh"

Kemudian Dewa mencubit hidungnya Indri lalu berkata "Gak papa sayang, malah saya seneng karena ini tugas saya sebagai seorang kekasih. Kalau saat ini saya gak bisa ngelindungin kamu bagaimana nanti kalau kita menikah?"

"Dihh, fikirannya udah nikah aja"

"Lah. Memang apa lagi yang di tunggu kedua insan yang menjalin ikatan pacaran selain pernikahan. Bukankah pernikahan adalah ikatan sakral yang hanya bisa dilakukan oleh kedua insan yang sudah saling siap-menyiapkan segala hal?"

"Apa yang kamu bilang barusan emang benar sih. Cuma kan kamu harus cari uang dulu untuk kita nikah nanti"

"Iya sayang. Saya akan berusaha untuk cari uang supaya bisa cepat nikahin kamu"

"Iya. Kamu semangat ya cari kerjanya. Saya juga bakal bantuin kamu kok untuk cari uang untuk modal kita nikah nanti"

"Makasih sayang. Tapi nanti uang hasil kerja kamu lebih baik kamu tabung untuk beli kebutuhan kamu"

"Lah kok gitu sayang"

"Iya karena mencari uang untuk modal nikah kita itu kan tugas saya kecuali kalau memang gak cukup terus kamu mau bantu ya silahkan.

(Ketidakmampuan pria)

Karena ada kalanya seorang pria tidak akan memiliki kemampuan apa-apa

Kecuali kedua tangan menganga-menengadah

Sampai kedua bola mata menyemburkan rinainya

Seperti langit yang menghitam kemudian menjatuhkan rintik-rintik

Hingga hari menyongsong sore kemudian maghrib

Hingga datang malam

Di tambah angin datang mempesiang

Menambah cepat datang kelam.

Ada kalanya seorang pria hanyalah tumpukan deraian cemara

Kemudian menjatuhkan pucuk-pucuk dedaunan sore

Tanpa di curi angin sedikit pun.

Hingga cemara meninabobokkan dirinya sendiri

Kemudian berdo'a supaya cepat mati."

"Hemmm,, iya sayang. Makanya kan saya juga mau bantu cari uang untuk kita nikah nanti supaya kamu lebih ringan.

(Sajak jawaban)

Layaknya seutas benang yang membantu seorang pengajar

Layang-layang untuk terbang atau turun-jatuh ke tanah

Atau seperti bulatan bambu yang membantu seorang pengajar itu

Untuk memegang benang-benangnya

Juga menjadi angin yang mendesau dengan lembut sampai tak ada yang tahu

Jumlah desauannya

Yang membantu pengajar itu untuk menerbangkan layangannya

Aku tidak akan menjadi awan yang cengeng

Yang hanya selalu ingin menghitam-mendung kemudian

Jatuhkan rintik rinainya

Juga aku tidak ingin menjadi api yang kecil

Yang ketika di tinju oleh air kemudian padam seluruh

Aku hanya ingin menjadi kendaraan yang dapat membantu manusia untuk melaju

Lebih cepat dari pada elang yang terbang.

Kemudian sampai lebih cepat daripada air mengalir di atas sungai

Dan bukankah kendaraan itu lebih mulia daripada hanya sekedar manusia yang mengendarainya?"

"Iya, kendaraan itu jauh lebih mulia daripada hanya seorang pengendara kok sayang"

"Nah, makanya saya mau kayak gitu. Saya mau bantu kamu cari uang untuk modal kita nikah nanti. Jadi beban kamu lebih ringan untuk beli mahar nanti."

"Iya sayang, makasih ya untuk semua waktu yang kamu kasih ke saya juga pengorbanan kamu untuk saya"

"Pengorbanan apa yang udah saya kasih ke kamu? Bukannya kamu terus ya yang selalu berkorban untuk saya"

"Lah kamu menemani saya kayak gini kan termasuk pengorbanan"

"Ah, ini mah bukan apa-apa kok"

"Ini salah satu pengorbanan yang luar biasa kok bagi saya"

"Iya tah?"

"Iya, sayang"

"Berarti untuk ngebahagiain kamu ini sederhana ya?"

"Iya dong"

Saat mereka tengah mengorbol perutnya Dewa keroncongan. Lalu Indri berkata.

"Itu bunyi apaan ya?"

"Hehehe, bunyi perut saya" Jawab Dewa

"Kamu lapar tah?"

"Iya, sayang"

"Tapi makanannya belum matang loh"

"Ya. Mau gimana lagi harus nunggu dong"

"Iya"

"Eh, tapi kamu kok gak bantuin ibu masak di dapur sih?"

"Ibu nyuruh saya untuk nemenin kamu. Takutnya nanti kamu mau apa-apa susah"

"Ohh, gitu tah?"

"Iya"

"Tapi saya bahagia loh kalau kamu nemenin saya"

"Ya kan emang itu mau kamu kan?"

"Iya sih. Emang ya ibu pengertian banget sama saya, dia lebih milih masak sendirian loh cuma supaya kamu nemenin saya di sini"

"Iya, kamu sih manja"

"Lah ya kan udah takdir sayang, mau gimana lagi dong?"

"Iya juga sih"

"Iya"

Setelah beberapa lama mereka berdua berbincang-bincang, Dewa pun berkata.

"Sayang, tuh ibu masaknya udah selesai belum sih?"

"Emang kenapa?" Tanya Indri kembali

"Soalnya saya lapar banget nih"

"Gak tau juga sih, sayang"

"Tolong liyatin dong. Oh iya, sekalian ya beliin saya rokok"

"Sakit kok ngerokok terus"

"Lah kan yang sakit tangan saya bukan paru-paru saya"

"Nanti waktu paru-parunya yang kena baru tau rasa"

"Emangnya kamu mau saya sakit paru-paru?"

"Ya enggaklah"

"Yaudah, jangan ngedoain kayak gitu"

"Siapa yang ngedoain coba, dih?"

"Lah tadi kamu bilang ("kalau paru-parunya sakit baru tau rasa")"

"Hadeh. Ya kan cuma bilang aja ke kamu sayang"

"Hemm, inget sayang. Setiap perkataan itu adalah do'a. Gimana kalau waktu kamu ngomong kayak gitu terus malaikat lewat?"

"Ya kalau dia mau lewat mah lewat ajalah sayang. Susah amat sih"

"Hadeh, udah, udahlah"

Kemudian sambil menyodorkan uang Rp.25.000 Dewa pun berkata.

"Nih, beliin saya rokok sekalian tolong ambilin makanan kalau udah matang"

"Iya, iya sayang" Ucap Indri

"Love you Indri"

"Love you juga Dewa"

Indri pun bergegas membelikan rokok untuk Dewa setelah itu dia ke dapur untuk melihat makanan yang telah di masak oleh ibunya.

avataravatar
Next chapter