webnovel

Bab II

"Tidak pernah ada yang dapat membelokkan takdir, karena takdir selalu menemukan jalan untuk kembali!"

***

Delapan tahun telah berlalu, banyak hal yang sudah terjadi. Semuanya berjalan sesuai takdir dan diluar kendali makhluk hidup. Dalam delapan tahun yang singkat juga panjang itu semua telah berbeda dan tak sama lagi. Seorang yang dulunya miskin kini telah berubah.

Dia dengan bangga duduk di sebuah kursi kebesarannya. Dengan wajah dingin dan sinar mata yang kelam dan gelap. Mengingat perjuangan yang harus dia raih untuk semua ini, itu menyakitkan! Dia yang dulunya harus kerja paruh waktu dan sekolah mengandalkan beasiswa. Tapi kini lihatlah dia begitu mempesona dan kaya.

Tangannya bergerak membalik lembar yang sedari tadi menjadi fokusnya. Dia tidak tersenyum sedikitpun pada karyawan yang ada didepannya. Tidak ada keramatahan yang dia perlihatkan. Hanya hati yang beku dan membatu.

"Bagus!!! Kau bisa resign dan keluarlah segera dari kantorku," ucapnya dan gadis itu mengangguk kecil lalu pergi keluar. Dia tahu telah melakukan kesalahan dengan keluar dari pekerjaan ini. Tapi apa boleh buat, sungguh dia sudah tidak betah dengan suasana ruangan. Sungguh setiap saat dia merasa jika bos besar nya ini adalah orang gila.

Ruangan yang begitu mencekam dan warna hitam pekat ini semakin merindingkan bulu kuduknya. Ditambah dia yang harus kerja lembur sampai tengah malam. Dan sayangnya setiap malam yang mencekam itu dia akan melihat tuannya menangis. Kadang juga akan tertawa sendiri seperti orang gila dan benar benar gila.

"Carikan saya sekertaris baru!!!" titahnya pada pada seseorang diseberang telpon. Sungguh tanpa basa basi, dan mungkin membuat orang diseberang sana bisa saja jantungan. Bahkan dia langsung menutup saluran telpon setelah berucap. Dasar!

***

Sedangkan itu disisi lain seorang gadis sedang memandang ruang apartemen miliknya. Warna pinky yang terang menambah kesan imut ruangan itu. Dia menghela nafas gusar, menatap debu dan yang begitu tebal dimana mana.

Dia mulai membersihkan ruang itu secara perlahan. Dengan pasti ruangan itu sudah tidak berdebu lagi. Dia lalu bergerak kembali setelah beristirahat. Tujuannya kini membersihkan dapur dan dua kamar yang ada. Setelah beberapa jam terlewati dia menghempaskan tubuhnya di kasur.

Dia menatap lama langit kamar kesayangannya ini. Dia mengalihkan perhatiannya hanya untuk ponsel yang ada di nakas. Mengambilnya dan mengetikan sesuatu dia menutupnya kembali. Memandang sekitar yang sudah bersih, dan teralih pada tumpukan koper didekat pintu.

Dia lupa jika dia belum selesai berberes. Dilihatnya jam dinding yang baru ia ganti dengan yang baru. Sudah menunjukkan pukul 13.00 dan artinya dia sudah telat makan siang. Dia kembali membuka hpnya dan memesan makanan. Lalu untuk apakah dia membuka hpnya tadi?

Sembari menunggu makanan datang, dia menyusun isi koper itu kedalam lemari. Dia bersyukur karena apartemen ini tidak terlalu besar. Jika tidak mungkin dia tidak akan bisa menyelesaikan kebersihan ini dalam sehari. Selesai menyusun baju dia kembali membuka hpnya lalu dia mematikannya lagi.

Entah sejak kapan tapi kebiasaan itu sudah sering dia lakukan sejak beberapa tahun lalu. Setiap beberapa saat dia akan memandang hpnya walau hanya sedetik. Wajah difoto yang ada di hp itulah yang menjadi alasannya. Dia ingin selalu memandang wajah itu. Dia takut bila dia lupa dengan wajah yang begitu dirindukannya.

"Hanya apartment ini yang tersisa, dan hanya foto ini yang bisa ku pandang untuk menghapus rindu! Bila rindu itu berat, maka aku ingin hanya aku yang merasakannya. Aku datang berkunjung hanya ingin memastikan jika kau bahagia. Bagiku bahagia mu adalah penghapus rindu yang selama ini menumpuk. Beri aku tempat jika kau mengizinkan!" ucapnya dengan senyum tulus.

Lamunannya terbuyar oleh suara bel yang melengking. Pesanannya sudah sampai! Dia mengambil pesanan setelah membayar nya. Memakan makanan yang sudah lama ia rindukan. Dia makan dengan lahap seakan tiada hari esok untuknya makan.

Saat makan seperti ini, dia kembali mengingat seseorang. Bayangannya dengan seorang yang sedang makan berdua, saat mereka saling menyuapi, saat mereka makan sembari tertawa dan banyak saat lainnya saat mereka sedang makan. Dia menangis sembari makan, sungguh dia sangat ingin kembali menjalin hubungan dengan orang itu lagi. Dia sangat mencintai orang itu!

"Aku sangat ingin kau memberiku sebuah kesempatan lagi, aku harap kau mau memaafkan aku yang bersalah ini. Aku sangat mencintaimu bahkan sampai saat ini!" tuturnya dengan air mata yang terus mengalir. Bercampur padu dengan nasi kuning yang saat ini ia makan.

Karena tak mampu lagi untuk makan atau karena tak ada selera lagi, dia berhenti makan. Dia beristirahat sejenak lalu kembali berberes pada tempat yang belum dia bereskan. Dia juga harus belanja besok jadi semua masalah perapian apartemen ini harus selesai hari ini juga.

***

Disebuah ruangan yang hitam dan gelap. Ada seorang perempuan dan seorang lelaki. Tampak seorang perempuan itu sedang memarahi lelaki yang tidak menghiraukannya itu. Dia sibuk sendiri dengan urusan nya, dia sangat fokus dan tidak terganggu. Tidak mendapat tanggapan membuat perempuan itu semakin menjadi.

Emosi memuncak dan tubuhnya menegang, tangannya terkepal erat. Hanya sesaat sebelum dia kembali lagi menjadi tenang dan lembut. Dia tersenyum ramah dan berjalan menghampiri lelaki itu. Dia menepuk pundaknya dengan pelan satu kali, lalu dia juga meremasnya dengan kuat. Rencananya berhasil, lelaki itu mengerang kesakitan.

Lelaki itu menatap nya tajam, dan perempuan itu hanya tersenyum mengejek. Dia berucap tanpa dosa, "Apa? kau ingin memakiku? Sudah ku bilang bukan, ini jam makan siang! Apa sesulit itu untuk makan?" ucapnya kesal. Dia memandang lelaki itu dengan sinis, " Lupakan dia, dia itu matre! dia hanya ingin uang, mengapa kau begitu bodoh?" tambahnya.

"Jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi! Sudah berkali kali aku bilang, jangan bahas dia lagi!" ujar lelaki itu dingin. Sorot matanya tajam dan menusuk, dia begitu kelam. Mungkin saat ini sudah banyak bayang seseorang dalam pikirannya. Dia menyentuh jantungnya yang selalu berdetak kencang setiap kali dia mengingat wajah itu.

Dia rindu seseorang itu, tapi dia bahkan tidak punya selembar pun foto orang itu. Dia hanya punya bayang samar tentang wajah perempuan yang selalu menghantui pikirannya. Rasanya begitu berat baginya untuk membenci orang yang begitu dicintai. Dia ingin membenci tapi tidak bisa.

Mungkin dia akan bisa membenci jika dia benar benar tahu alasan perempuan itu menjauh darinya. Baginya alasan perempuan itu selama ini hanya hal konyol. Dia merasa ada yang disembunyikan perempuan kenangannya itu. Tapi sungut dia tidak tahu apa yang ada dipikiran perempuan itu. Dia ingin berjumpa lagi dengan perempuan itu.

Dia ingin meminta kejelasan dari alasan yang tidak masuk akal. Tapi kemana dia harus mencari perempuan itu. Sudah bertahun tahun dia mencari. Entah apa kabarnya yang jauh di ujung kulon sana! Dia ingin memeluk dan mengikatnya agar dia selalu berada bersamanya. Dia bahkan rela jika harus menjadi perebut istri orang jika perlu. Dia hanya ingin wanitanya!

"Kak lupakan dia!" ujar perempuan tadi. Dia turut sedih melihat kakaknya yang malang itu. Tapi apa boleh buat? Dia tidak pernah dihiraukan kakaknya yang sekarang terlalu terobsesi akan seorang wanita. Dia selalu berdoa pada Allah agar memberi keadilan dan kebahagian pada kakaknya.

Dia sellau berdoa untuk keadilan kakak semata wayangnya. Dia ingin melihat kakaknya hidup dengan sewajarnya. Dia ingin ada yang memperhatikan kakaknya. Sungguh dia juga ingin bebas, dia ingin libur dari semua kepenatannya. Tapi tidak mungkin dia meninggalkan kakaknya.

Dia meringis mengingat saat dimana dia liburan hanya tiga hari dan kakaknya sudah terdampar sekarat di rumah sakit. Maagnya kambuh karena sudah berapa hari tidak makan. Kadang dia bertanya tanya, bagaimana kakaknya itu bisa menahan makan selama itu.

"Makanlah dulu, kau tidak inginkan saat dia datang dan melihatmu dalam keadaan sekarat?" ujarnya mengalah. Dia tidak tahu lagi harus apa, dan hanya kalimat seperti itu yang bisa dia ucapkan. Dia tahu bahwa apapun yang berhubungan dengan perempuan itu bisa mengendalikan seluruh emosi lelaki yang sayangnya adalah kakaknya tercinta.

"Aku pergi dulu, malam nanti aku akan membawakan kau makan lagi. Dan makanan itu harus habis, aku akan membantumu mencari sekertaris yang baru. Tadi kudengar sekertaris mu mengundurkan diri lagi, sampai kapan kau harus berpuluh puluh kali menganti sekertaris?" ejeknya.

Tanpa menghiraukan lelaki itu yang mengabaikannya. Dia bergegas pergi begitu saja, hari ini dia begitu ingin berbelanja dan makan di cafe langganan nya. Dan lelaki itu hanya diam dan mulai makan denagn sekelabat bayang yang terus berputar layaknya roda.

.

.

.

***

Next chapter