1 Bab I

"Hidup itu air, mengalir mengikuti arus! Tapi kamu harus sedikit belajar menyelah agar kamu tak terjatuh layaknya air terjun."

***

"Kita putus!"

Dua kata itu yang terucap saat dia datang dan menghampiri seorang lelaki muda. Gadis itu di rangkul seorang lelaki lain. Dia memasang wajah angkuh dan sombong. Wajahnya yang cantik dan angkuh itu nampak kaku. Mau dilihat dari sisi manapun juga dia memanipulasi penuh wajahnya.

Lelaki itu tentu sangat terkejut. Setelah tiga minggu dia tidak bertemu dengan kekasih hatinya, dan hal ini yang dia dengar. Setelah tiga minggu tidak ada kabar darinya, dan sekali dapat kabar? Wajahnya penuh tanda tanya dan tangannya meremas baju lusuhnya dengan erat. Dia ingin berucap satu kata ' kenapa?' tapi dia tahu itu pertanyaan yang konyol.

Dilihat dari gengaman tangan gadis itu dan lelaki lain. Semua orang juga tahu jika mereka dekat, lagipula lelaki itu tampan. Jika dibandingkan dengan dirinya sangat berbeda jauh. Kulit lelaki itu putih dan tanpa celah. Dan dia kulitnya sawo matang yang eksotis. Dan dari pakaiannya pun orang akan tahu jika itu barang bermerk yang mahal. Dapat dipastikan bahwa dia orang kaya.

"K-Kenapa?" ucapnya terbantah walau tahu jelas jawabannya. Meski hatinya sakit dia tetap ingin tahu alasan wanita itu memutuskannya. Dia ingin tahu langsung dari mulut gadis itu. Dia ingin mendengar lebih banyak lagi kata dari bibir manis gadis itu.

"Kenapa? Tidak kah kau sadar selama ini aku tidak bahagia bersamamu? Kau itu miskin! Dua tahun aku menjadi pacarmu dan belum ada sedikitpun kau memberikanku barang mahal. Dan aku juga mencintai Dino sekarang, kami sudah dekat tiga minggu ini. Dan kami juga sudah bertunangan kemarin. Lalu kami akan menikah setelah lulus kuliah," ucap gadis itu sembari memperlihatkan cincin berlian ditangannya.

Dia tersenyum sombong dan penuh jiwa pamer. Dia adalah Axeara Nazwa yang sangat suka di panggil Xera. Dan lelaki disampingnya adalah Dino Anggara, dia adalah tunangan Xera. Dan lelaki yang berada didepannya adalah Ferdio Saputra, mantan pacarnya! tentu mantan yang baru putus beberapa menit yang lalu.

Ferdio atau kerap dipanggil Erdi oleh gadis itu semakin lesu. Dia tidak tahu jika wanitanya selama ini tidak bahagia. Bukan dia selama ini tidak sadar diri bahwa dia adalah lelaki miskin dan keluarga yang tidak lengkap. Tapi selama ini gadis itu tidak pernah mempersilahkan nya. Gadis itu selalu memandang semua orang sama dimatanya.

Bahkan dia tahu wajah sombong dan angkuh itu sangat palsu. Dia memang miskin, dan tanpa orang tua. Dia hanya tinggal bersama adik kandungnya dan tinggal di rumah peninggalan orang tuanya. Dua tahun lalu orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Dan saat itu juga gadis didepannya ini datang mengulurkan tangan.

Di tengah susah dan sedihnya dia, gadis itu akan selalu ada untuknya. Mencarikan dia pekerjaan, meminjamkannya uang, dan banyak lagi jasa gadis ini. Baru satu tahun mereka pacaran, dan tepat dihari anniversary ini..., Dia ikhlas jika gadis itu sudah punya pilihan yang lebih baik dari dirinya. Dia akan senang melihat gadis itu bahagia.

Dia juga tidak akan pernah tersinggung dengan semua ucapan dan hinaan gadis itu. Dia tahu bukan itu alasan gadis itu memutuskan hubungan mereka. Entah mengapa dia merasa gadis itu ingin dia membencinya! Entah mengapa dia merasa gadis itu ingin sesuatu darinya! Dia tahu gadis itu coba menyampaikan sesuatu, tapi apa? Sesulit itukah gadis itu mengucapkan keinginannya.

Dia bertanya dalam benak terdalam, apakah gadis ini ingin dia menjauh darinya? Tapi mengapa dengan cara menghina? Dia bisa menjauh dengan senang hati jika gadis itu menginginkannya!

" Aku tidak ingin punya hubungan apapun denganmu lagi. Orang miskin sepertimu yang bahkan sekolah karena beasiswa tidak layak ada di sekitarku. Kau sangat miskin! Dan tidak akan pernah bisa sukses, sedangkan aku? kau pasti mendekatiku hanya karena aku kaya! Kau itu miskin dan kau ingin kaya dengan cara mendekatiku! Saat ini kau melihatkan wajah lemah tapi nanti kau pasti akan menusukku. Aku ingin putus dan jangan pernah temui aku lagi!" ucapnya lalu pergi.

Erdi saat ini terduduk lemas, Dia yakin gadis itu tadi hanya menghina sedikit untuk susuatu. Tapi setalah kata tadi keluar dia bingung. Antara gadis itu terhasut setiap ucapan lelaki disampingnya. Atau karena itu memang sifat asli gadis itu. Dia memang miskin, dan dia layak dikatakan seperti itu. Namun jika mendengarnya dari gadis itu, rasa sakitnya bertambah.

Belum lagi selama ini gadis itu yang selalu mendukungnya disaat dia dihina. Melihat dulu dia yang membela dan sekarang dia menghina, rasanya antara lucu dan menyakitkan. Bayangan dua orang itu semakin menjauh ditelan mobil yang dilahab oleh jalanan kota ini.

Perlahan namun pasti tetes air mata menjatuhi tanah tempatnya berpijak. Air itu mengalir begitu saja, diserap tanah dan hilang tanpa sisa. Yang ada hanya jajak hitam yang tertinggal. Tempat ini adalah hari tempat sepi, hanya sebagian orang yang mengetahuinya. Tidak banyak orang yang berlalu lalang namun ada.

Dia bebas berteriak mengeluarkan keluh kesahnya. Dia menangis histeris Dangan teriakan yang melengking. Dia telah kehilangan cinta pertama dan terakhir baginya. Dia telah kehilangan rasa yang selama ini mendukungnya untuk terus bahagia. Sungguh indah baginya membayangkan saat saat kebersamaan mereka dulu. Kebersamaan yang tak akan terulang lagi untuk saat ini, dan mungkin selamanya.

Satu hal yang paling dia harapkan dalam hidup setelah mengenal gadis itu. Menikah dan hidup bahagia! Jika mengingat kata itu maka dia sangat ingat kemunafikannya. Mana ada orang yang bahagia tanpa harta? Setiap wanita itu gila harta, dan gadis itu pasti hanya menipunya selama ini!

Dia benci semua wanita, tapi dia juga punya adik wanita. Dan adiknya tidak gila harta seperti semua orang. Tapi apakah gadis itu sama seperti adik nya. Akh, siapapun tolong bantu dia! Tolonglah pemuda malang itu tentang semua pertanyaan dibenaknya.

"Aku akan tetap mencintaimu Xera!" tekadnya. Lalu dia menangis lagi semakin kencang, tangannya bergerak melingkar pada kadua kakinya. Kepalanya dia sembunyikan diantara lututnya, dia menangis seperti anak kecil! atau mungkin seperti seorang gadis?

Entah mengapa dia mengatakan itu? Sungguh dia bingung dan mulai membenci gadis itu! Tapi dia juga sangat mencintai gadis itu, dia ikhlas jika gadis itu bahagia bersama orang lain. Tapi untuk menjauh dari senyum itu, dia tidak bisa. Dia ingin terus melihat wajah dan senyum indah gadis itu.

Apakah sekarang dia boleh membenci tuhan yang menciptakannya sebagai orang miskin? Atau bolehkah dia menawar pada Tuhan agar menjadikannya kaya? Atau mungkin kata andai bisa merubah segalanya? Tolong beri dia jawaban! Dia pemuda yang tak salah karena berharap kan?

.

.

.

.

***

avataravatar
Next chapter