16 Seorang Laki-Laki yang Mencari Amamiya Ryuki (4)

Paginya diriku, Amamiya Ryuki, selalu cepat.

Karena kemarin hampir telat karena terlalu enak tidur, wajar sih karena hari sebelumnya kurang tidur, hari ini aku bangun cepat seperti biasa berkat alarm ponsel, dilanjutkan dengan olahraga ringan sebelum membuat sarapan.

Matahari sudah terlihat di ufuk timur dengan memancarkan cahaya kuning yang terang. Sepertinya cuaca hari ini akan cerah. Tidak, harus cerah.

Hari ini perasaanku sedikit cemas. Mungkin, karena masalah piket ini. Kemarin hanya aku yang membersihkan kelas dan membuang sampah. Ada baiknya hari ini aku pergi sedikit lebih awal. Atau mungkin kubiarkan saja? Lagian Fuyukawa-san pasti tahu kalau aku sudah melakukan tugas piket.

Aaaah, lebih baik aku pergi lebih awal saja. Tidak bagus juga kalau perwakilan kelas datangnya tidak cepat, apalagi sampai telat.

Aku pergi ke sekolah dari apartemenku pukul 7:15 pagi. Bisa dibilang, aku pergi sangat awal daripada biasanya. Tidak ada buruknya juga pergi sekolah pagi-pagi, bisa menikmati udara pagi di kota dan suasana yang masih tidak terlalu ramai membuat perasaan menjadi nyaman.

Setiba di sekolah, aku langsung menuju kelas. Suasana sekolah saat ini memang terlihat sepi, tapi tidak untuk anggota klub olahraga. Kulihat mereka sudah ada di sekolah sepagi ini, mungkin sudah dari tadi. Terlihat anggota klub tenis sedang mengayunkan raketnya, anggota klub atletik sedang berlari mengelilingi sekolah, anggota klub sepakbola dan baseball sedang berlarian di dalam lapangan.

Aku naik ke lantai dua Gedung Utama, tempat kelasku barada.

Saat memasuki ke kelas, ternyata sudah ada empat orang yang sedang piket. Aku langsung meletakkan tasku di atas mejaku dan pergi membantu yang lain.

Aku menghampiri seorang gadis yang berada di depan papan tulis. Dia sedang membersihkan papan tulis.

"Ano, apa ada yang bisa kulakukan?"

"Oh, Amamiya-kun… Tidak, kamu sudah piket kemarin sewaktu pulang sekolah, kan?" Gadis ini menjawabnya dengan suara yang lembut dan datar.

"Iya. Beneran?"

"Iya. Biar kami lakukan selebihnya."

"Terima kasih, etto…"

"Moriyama Yumika."

"Ah, maaf. Aku belum bisa mengingat semua nama murid kelas ini."

"Tidak masalah. Wajar karena banyak di antara kami yang belum berbicara denganmu. Kalau begitu, aku lanjut piket dulu."

Aku kembali ke tempat dudukku sambil melihat empat orang ini piket. Pekerjaan mereka lebih ringan karena kemarin sudah kubantu sedikit. Moriyama-san menepuk-nepuk penghapus papan tulis di luar jendela untuk menghilangkan debu dari kapur.

Tidak lama kemudian, tugas piket sudah mereka kerjakan dan mereka sepertinya pergi ke toilet untuk mencuci tangan.

Aku hanya duduk di kursiku sambil memandangi pemandangan di luar jendela. Matahari mulai naik secara perlahan. Anggota klub atletik, tenis, sepakbola, dan baseball menyudahi latihan pagi mereka dan mulai meninggalkan lapangan untuk kembali ke kelas.

Terpikirkan olehku tentang Fuyukawa-san. Apa dia sudah datang ke sekolah dan melakukan latihan pagi? Mungkin saja sih, karena sebentar lagi ada latihan tanding dengan tim sekolah lain. Mungkin sekarang dia sedang beristirahat di suatu tempat.

Satu per satu murid kelas ini masuk ke kelas. Mereka memulai pembicaraan dengan teman mereka. Aku bisa mendengar pembicaraan mereka karena mereka bicara terlalu keras. Seharusnya, mereka bicara dengan nada yang bisa didengar oleh lawan bicaranya saja, tidak perlu terlalu keras.

Tidak lama kemudian, Fuyukawa-san masuk ke kelas sambil menyapa semua orang yang ada di kelas, "Selamat pagi, semuanya!"

Secara refleks, semua orang menjawabnya. "Selamat pagi!"

Fuyukawa-san menuju tempat duduknya dan meletakkan tasnya di atas meja. Kulihat ke arahnya. Sesuai tebakanku, dia baru saja habis latihan pagi. Terlihat keringat di sekitar leher dan kupingnya, juga rambutnya sedikit basah karena keringat.

Fuyukawa-san sepertinya menyadari kalau dirinya sedang kulihat. Dia mengarahkan tatapannya ke arahku. Mata kami saling bertemu. Kulihat wajahnya yang seputih salju itu sedikit memerah. Mungkin karena suhu tubuhnya yang naik karena latihan pagi tadi.

Kami berdua saling bertatapan tanpa mengatakan apapun.

Ah, gawat. Kalau bertatapan seperti ini terus, aku bisa panik sendiri karena menjadi canggung.

Biasanya dia duluan yang menyapaku, tetapi sekarang giliranku duluan yang menyapanya. Kucoba untuk menyapanya. Kalau tidak, tidak akan terjadi kemajuan di antara kami berdua. Juga, aku ingin berteman dengan semua murid di kelas ini.

"Fuyukawa-san, habis dari latihan pagi?"

"Eh, kok tahu?"

"Itu, di sekitar lehermu masih ada keringat dan rambutmu juga sedikit basah."

"Kamu sangat jeli ya, Amamiya-kun." Fuyukawa-san mengambil handuk dari dalam tasnya dan mengelap keringat di sekitar lehernya.

"Ah, tidak juga. Kebetulan terlihat olehku."

"Mm… begitu ya. Apa keringatnya sudah hilang?"

"Sedikit lagi di dekat telinga."

Fuyukawa-san mengelap lagi keringatnya hingga tidak ada yang tersisa.

"Sudah?"

"Um… sudah."

Setelah mengelap keringat, Fuyukawa-san memasukkan kembali handuknya ke dalam tas.

"Oh iya Amamiya-kun, latihan tandingnya diadakan hari Sabtu depan, tanggal 23 April pukul 10 pagi, di Gedung Olahraga sekolah kita."

"Hari Sabtu, ya? Baiklah. Aku akan datang untuk menonton."

"Beneran?"

"Iya. Semoga saja tidak ada keperluan penting di hari itu."

"Um… oke."

Fuyukawa-san tersenyum mendengar jawabanku tadi kalau aku akan datang melihatnya bertanding. Dari dulu, aku memang suka dengan yang namanya olahraga. Walaupun aku tidak begitu tertarik dengan bola basket. Tapi, karena ini menyangkut sekolah, lebih baik aku ikut menyemati mereka yang akan bertanding nanti.

Tidak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi.

Seorang guru masuk ke kalas kami.

Dan jam pelajaran pertama pun akan dimulai.

***

Setelah jam pelajaran keempat selesai, sekarang tiba waktu istirahat makan siang.

Saat guru keluar dari kelas dan diikuti dengan murid kelas ini. Murid-murid keluar dari kelas menuju kantin atau di mana pun itu untuk makan siang. Sama halnya denganku, aku juga berniat untuk makan siang di kantin.

Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki yang menggema dari arah pintu belakang kelas, berteriak memanggil nama seseorang dengan keras. "Amaryu..." Itulah yang keluar dari mulut laki-laki itu. Semua murid yang masih ada di kelas melihat ke arahnya.

Hm, itu kan seperti namaku. Kenapa juga dia teriak-teriak begitu?

Suara itu berasal dari Hiroaki Takahiro, seorang laki-laki yang mengetahui tentang kecelakaan yang terjadi padaku satu tahun lalu. Dia dari kelas 2-I. Ngapain lagi dia ke kelas 2-D? Pasti ada urusan denganku karena dia meneriaki namaku.

Hiroaki menuju tempat dudukku dengan ekspresi wajah yang serius, lalu berdiri di sebelah kananku. Aku yang sedang duduk menopang dagu melihat ke arahnya dan bertanya, "Ada apa, Hiroaki?"

"Amamiya, katanya kamu berpacaran dengan Namikawa dari kelas 2-J?" Hiroaki bertanya kepadaku dengan nafas terengah-engah. Mungkin saat pelajaran berakhir tadi, dia langsung berlari menuju kelasku. Dan, ada apa dengan pertanyaan ini?

"Haaa? Tentu saja tidak. Dari mana datangnya gosip itu?"

Aku melihat sebentar ke arah murid-murid yang masih berada di kelas saat ini. Mereka seperti penasaran juga karena pertanyaan dari Hiroaki tadi. Bahkan ada yang kembali masuk ke kelas karena penasaran dan mereka mulai berbisik dengan teman mereka.

Terlihat Fuyukawa-san di belakang Hiroaki yang masih duduk di tempat duduknya bersama dua orang temannya yang biasa bersama dengannya. Pertanyaan dari Hiroaki membuatku menjadi pusat perhatian saat ini.

"Beneran? Kemarin ada yang lihat kalau kamu pulang bareng Namikawa."

"Um, ya benar, aku pulang bersama Namikawa-san. Kebetulan kami ketemu di gerbang sekolah."

"Hm…" Hiroaki bergumam dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Aku baru saja pindah ke sekolah ini, kan? Jadi, tidak mungkin aku ini pacarnya. Aku hanya berteman dengannya."

"Kalian kan beda kelas, bagaimana kamu bisa berteman dengannya?"

"Hm, dua hari yang lalu aku ketemu dengannya di kafe. Dan, ya, seperti itulah."

"Kafe, katamu?"

"Ya, di kafe."

"Satu meja berdua?"

"Um, ya."

"Itu kan bisa dikatakan kalau kalian sedang berkencan."

"Ha? Ngomong apa kamu, Hiroaki? Tentu saja bukan. Kami hanya baca buku. Dan, kenapa kamu sangat penasaran begitu?" Aku sedikit tersenyum menunjukkan rasa penasaranku terhadapnya.

"Ah, tidak. Aku hanya penasaran. Kamu hebat ya, Amamiya, bisa berteman dengan orang seperti dia."

"Memangnya kenapa?" Sekarang aku dibuat penasaran dengan perkataan Hiroaki.

"Ah, bukan apa-apa."

Hiroaki seperti menyembunyikan sesuatu. Sesuatu mengenai Namikawa-san yang belum kuketahui. Hm, ya, terserah dirinya akan memberitahuku atau tidak. Itu haknya.

"Hmm… jadi, kamu buru-buru ke sini karena ingin menanyakan hal itu?"

"Iya. Haha…" Hiroaki hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya.

"Ada lagi yang ingin kamu tanyakan, Hiroaki? Aku mau ke kantin. Lapar nih."

"Ah, ngga ada. Kalau begitu, ayo ke kantin."

"Yuk."

Hiroaki berjalan ke pintu belakang kelas dan aku mengikutinya dari belakang.

Saat aku beranjak dari kursiku dan melewati Fuyukawa-san, sekilas terlihat wajahnya. Tidak seperti biasanya wajahnya murung, menutup rapat bibirnya, dan terus melihat ke arah bawah. Dia seperti memikirkan sesuatu, hingga tidak menyadari kalau dua orang temannya masih berada di sampingnya.

Pertama kalinya kulihat Fuyukawa-san seperti itu.

Saat aku masih di dekat pintu belakang, terdengar suara temannya yang memanggil nama Fuyukawa-san. Sepertinya dia melamun sejak tadi.

"Yukina, apa kamu dengar?"

"Eh, tentang apa? Maaf, aku melamun. Hehe…" Fuyukawa-sanmenjawabnya dengan senyum.

"Ini tentang pertandingan tanggal 23 nanti."

"Yukina, kamu sedang mikirin sesuatu?"

Aku keluar dari kelas sehingga tidak terdengar lagi percakapan mereka.

Sedikit khawatir saat pertama kalinya kulihat Fuyukawa-san dengan raut wajah seperti tadi. Eskpresinya seperti sedih karena kehilangan sesuatu dan juga takut untuk menghadapi sesuatu. Sesuatu yang juga pernah terjadi pada diriku.

Tapi, karena Fuyukawa-san kembali tersenyum dan sifat periangnya juga sudah kembali, walaupun sempat hilang sebentar, sepertinya hal itu tidak perlu kukhawatirkan.

Baiklah, saatnya makan siang. Kira-kira, menu apa yang akan kupesan hari ini, ya.

avataravatar
Next chapter