11 Perasaan Melankolis yang Menghancurkan Fokus dan Konsentrasi (4)

Mengistirahatkan mata yang kulakukan di jam istirhat siang tadi ternyata pilihan tepat. Aku bisa fokus dan menangkap ilmu yang disampaikan oleh Hiratsuka-sensei.

Setelah bel berbunyi, menandakan pelajaran jam pelajaran keenam berakhir dan Hiratsuka-sensei meninggalkan kelas, aku pergi ke toilet yang berada di ujung lorong.

Jam terakhir, yaitu jam pelajaran ketujuh, diisi oleh homeroom dari wali kelas kami, Sakamoto-sensei.

Waktu berlalu dengan cepat.

Bel tanda pulang telah berbunyi.

Sakamoto-sensei meninggalkan kelas.

Murid-murid kelas 2-D mulai bersiap untuk pulang atau melanjutkan kegiatan klub.

Hari ini hari selasa, hari kedua sejak sekolah dimulai. Meskipun begitu, kegiatan klub sudah dimulai . Itulah yang kupikirkan saat melihat ke arah Fuyukawa-san. Dua orang gadis, sepertinya seklub dengan dirinya, menghampiri dirinya dan berkata, "Yukina, ayo ke ruang klub. "

Fuyukawa-san yang masih duduk di kursinya menjawab dengan senyum di wajahnya., "Ayo, aku jadi tidak sabar." Dia berdiri dari kursinya dan menuju ke lokernya yang terletak di belakang kelas. Sepertinya ada sesuatu yang diambilnya. Kemudian mengatakan ke temannya, "Ayo kita pergi."

Fuyukawa-san dan dua orang temannya pergi ke klub. Saat kuperhatikan lagi, dua orang temannya itu berasal dari kelas ini juga. Kenapa aku baru sadar sekarang?

Melihat Fuyukawa-san yang senang karena akan kedatangan para junior di Klub Basket Putri membuatku berpikir untuk masuk ke klub juga. Saat ini aku belum masuk ke klub apapun, bahkan sama sekali tidak tahu klub apa saja yang ada di sekolah ini.

Aku duduk menopang dagu di tangan kiriku sambil melihat ke arah luar jendela di sisi kiri. Cuaca sedikit mendung, namun tidak memiliki tanda-tanda kalau hujan akan turun. Kulihat ke arah lapangan sepakbola dan baseball yang mulai didatangi aggota klub.

Aku bisa melihat mereka semua karena letak kelas 2-D di lantai dua. Melihat mereka mengeluarkan seluruh tenaganya untuk didedikasikan ke olahraga yang disuikai. "Semangat jiwa muda…"Aku bergumam kecil.

Suasana kelas saat ini sudah sangat sepi. Hanya tinggal diriku dan beberapa orang yang akan piket membersihkan kelas. Sepertinya mereka orang yang kena jadwal piket besok, hari rabu. Mereka melakukannya seusai pulang sekolah. Jadwal piketku di hari kamis, berarti besok setelah pulang sekolah, lebih baik aku membersihkan kelas saat tinggal sedikit orang. Piket di pagi hari agak sulit kulakukan karena tinggal sendirian. Di pagi hari saja sudah banyak hal yang kulakukan.

Kulihat ke arah jam dinding yang terletak di atas papan tulis.

Jam itu menunjukkan pukul 4:10 sore.

Aku berdiri dari kursiku, mengambil tas, dan pergi ke perpustakaan agar tidak mengganggu mereka yang sedang piket.

Ada novel yang akan kukembalikan hari ini. Novel berjudul "Kimi no Suizou wo Tabetai" yang kupinjam kemarin. Novel yang membuatku merasakan pedihnya ditinggal oleh seseorang yang berharga bagi hidup. Walaupun aku pernah merasakan perasaan seperti itu, tetapi tetap saja aku tidak mampu menahan sedih nan pedih itu. Kalau kuingat kembali ceritanya, mungkin aku akan menangis lagi. Mungkinkah karena aku orang yang memiliki nilai Emotional Quotient yang tinggi?Entahlah.

Aku masuk ke perpustakaan, lalu menuju konter perpustakaan. Ada seorang pustakawan wanita duduk di balik konter. Kemarin, yang duduk di sana adalah Namikawa-san. Mungkin hari ini dia memiliki keperluan lain. Saat aku berada di depan konter, aku mengeluarkan novel yang kupinjam.

"Permisi. Saya ingin mengembalikan novel ini."

Pustakawan itu mengambil novel itu, lalu membuka buku daftar pinjaman dan mencocokkan dengan keterangan peminjaman novel yang ada di belakang novel.

"Baiklah, novel ini telah saya terima. Terima kasih telah mengembalikannya dengan cepat."

"Ah, iya..."

"Bisakah kamu letakkan di tempat saat kamu ambil novel ini?" Pustakawan mengatakannya sambil memberikan novel itu.

"Ya, tidak masalah."

"Terima kasih, saya jadi tertolong."

Aku melihat ke arah kiri Pustakawan itu, ternyata ada banyak sekali buku yang dikembalikan tetapi belum diletakkan di tempatnya. Ya, setidaknya aku membantunya meringankan pekerjaannya.

Aku pergi ke rak buku tempat mengambil novel ini.

Saat aku tiba di rak itu, aku melihat seorang gadis yang sedang mencari buku. Dia mengambil buku, melihatnya, dan meletakkannya lagi.

….Ah, aku ingat gadis ini. Gadis ini yang kemarin kesusahan mengambil buku di bagian atas rak sehingga aku membantunya mengambil buku tersebut. Aku berdiri di sampingnya, lalu meletakkan novel ini. Tugas selesai.

Saat kulihat ke arahnya sekali lagi, dia melihat ke arahku juga. Sepertinya dia menyadari ada seseorang di sampingnya.

"Ah, kamu yang kemarin. Makasih ya sudah membantuku kemarin."

"Sama-sama. Sedang mencari novel?"

"Hmm, iya. Kalau ngga salah letaknya di sini. Kamu sendiri sedang apa?"

"Aku hanya meletakkan kembali novel yang kupinjam kemarin."

"….Ah, ketemu. Ini dia." Dia mengambil salah satu novel dari rak ini.

"Baguslah…" Responku sambil tersenyum.

Ekspresinya yang manis saat mendapatkan novel itu spontan membuatku tersenyum. Ini pertemuan kedua kami di perpustakaan.

"Saatnya membaca lagi. Hehe." Dia berdiri dan tersenyum kepadaku.

"Chi-chan, sudah dapat bukunya?"

Terdengar suara yang familiar bagiku. Terlihat seseorang datang menuju rak ini sambil memegang ponsel di tangan kanannya. Seorang gadis dengan rambut hitam dan panjang yang terurai di bahunya, tas di bahu kirinya, dan memakai stoking hitam panjang yang menutupi kakinya. Gadis itu ialah Namikawa-san.

"Sudah nih, Sakura-chan." Gadis di sampingku ini menjawabnya.

"Baguslah."

Namikawa-san berdiri di samping gadis inidan melihat ke arah buku yang dipegangnya. Namikawa-san yang menyadari kehadiranku di samping gadis ini menyapaku, "Ah, ada Amamiya-kun. Konnichiwa. Chi-chan, kamu kenal laki-laki ini?"

"Konnichiwa, Namikawa-san." Aku membalas sapaannya.

Gadis ini seperti kebingungan melihat diriku dan Namikawa-san saling menyapa seperti telah kenal.

"Ngga. Tapi, kemarin dia membantuku mengambil buku di bagian atas rak. Sakura-chan, kamu kenal dengan laki-laki ini?"

"Bisa dibilang begitu," Namikawa-san menjawabnya sambil tersenyum. Lalu, dia melanjutkan "…Amamiya-kun, ini temanku sejak kecil, Kayano Chiaki dari kelas 2-H."

"Hajimemashite. Kayano Chiaki desu." Kayano-san menundukkan sedikit kepalanya ke arahku.

"Aku Amamiya Ryuki, dari kelas kelas 2-D." Aku juga melakukan hal yang sama secara spontan.

"Jadi Sakura-chan, bagaimana kalian bisa kenal satu sama lain?" Kayano-san menatap Namikawa-san dengan ekspresi ingin tahu yang besar.

"Kebetulan aku bertemu Amamiya-kun di kafe sepulang sekolah kemarin."

"Iya. Kemarin aku kaget saat ada orang yang tiba-tiba menyebut namaku."

"Hmmm…" Kayano-san menggumam seakan meminta penjelasan lebih.

"Kebetulan aku ingat namamu karena kemarin hanya Amamiya-kun yang datang meminjam buku. Jadi ya…." Namikawa-san menjelaskan dengan tenang.

"Oh begitu..." Aku dan Kayano-san menjawabnya bersamaan, lalu tertawa. Sepertinya dia menerima penjelasan Namikawa-san, jadi aku tidak perlu menambahkan penjelasannya lagi.

Ini pertama kalinya aku berbicara dengan dua orang langsung sejak masuk ke sekolah ini. Namikawa-san tipe gadis yang tenang, sedangkan Kayano-san tipe gadis dengan penuh rasa penasaran.

Sebuah pertemuan akan membawamu menuju pertemuan lainnya.

Aku mempercayai kata-kata itu.

Entah pertemuan seperti apa yang terjadi nanti, aku hanya bisa bersabar, menunggu hal itu terjadi.

avataravatar
Next chapter