8 Perasaan Melankolis yang Menghancurkan Fokus dan Konsentrasi (1)

Alarm berbunyi.

Aku terbangun dari tidurku dan segera merapikan tempat tidur, melipat selimut, olahraga ringan sebentar, seperti push-up dan sit-up, lalu ke kamar mandi. Kucuci mukaku dan kulihat mukaku di cermin. Mata merah dan sedikit bengkak. Ini semua karena novel yang kubaca tadi malam. Novel pertama yang membuatku menangis karena ceritanya. Benar-benar luar biasa. Sampai sekarang aku masih terbayang kalimat novel itu. Ah, sudah, sudah. Lebih baik segera memasak untuk sarapan pagi ini, lalu pergi ke sekolah.

Teh, nasi dengan telur orak-arik, dan salad telah selesai.

Kuletakkan semuanya di atas meja bundar dekat tempat tidurku. Aku duduk dan mulai makan. Kuangkat tanganku beserta sumpit di tanganku dan berdoa, "Itadakimasu."

Setelah makan, kuminum teh dan mengatakan "Gochisousama deshita." Aku mencuci semua peralatan memasak dan makan-minum. Lalu tidak lupa untuk sikat gigi dan mulai mengganti pakaianku dengan seragam sekolah.

Aku berdiri di depan cermin kamar mandi untuk merapikan seragamku. Silver pin yang menempel di dasiku sedikit mereng sehingga sulit dilihat, jadi kuperbaiki posisinya. Kurapikan rambutku dan akhirnya siap untuk berangkat ke sekolah.

Jam dinding menunjukkan pukul 7:25 pagi.

Kuambil buku di rak dekat meja bundar untuk pelajaran hari ini dan kumasukkan ke dalam tas. Kumasukkan ponsel ke saku celana. Setelah memastikan kalau sudah mengunci pintu ke beranda dan hal lainnya, aku pergi ke arah pintu dan memakai sepatu. Yosh, saatnya untuk pergi.

Kukunci kamarku dan kuncinya kumasukkan ke dalam tas pundakku.

Menuruni tangga dan bergegas menuju skolah.

Cuaca musim semi di pagi hari ini terlihat sedikit mendung. Terlihat awan abu-abu yang sepertinya bisa menjatuhkan tetesan-tetesan hujan, tanpa kuketahui kapan itu akan terjadi. Untuk jaga-jaga, ada baiknya jika aku membawa payung hari ini.

Di jalan menuju sekolah sebelum perempatan jalan, tempat kemarin aku berpisah dengan Namikawa-san,terdapat konbini. Kuputuskan untuk ke konbini itu terlebih dulu dengan harapan dapat menemukan payung.

Aku masuk ke konbini dan mencari payung. Pas sekali ada payung yang dijual di sini. Terlebih payungnya juga banyak dan memiliki motif dan warna yang berbeda-beda. Kuambil payung vinil bewarna hitam dan kubawa ke kasir. Harganya 300 yen. Setelah membayar, aku keluar dan pergi ke sekolah dengan memegang payung di tangan kananku.

Kumpulan awan bewarna abu-abu menemaniku langkahku ke sekolah. Kucoba lihat prediksi cuaca di ponselku. Terlihat prediksi cuaca hari ini dan untuk beberapa hari ke depan berupa hujan ringan. Untuk akhir pekan, cuacanya cerah. Ini hanya prediksi. Belum tentu itu akan terjadi sesuai prediksi tersebut.

Aku tiba di tempat favoritku saat menuju sekolah, sungai yang terdapat pohon sakura. Jika sudah sampai di sini, maka jarak ke sekolah sudah dekat. Kuhirup udara pagi di sekitar sini yang bercampur dengan aroma manis bunga sakura.

Terus berjalan hingga tiba di perempatan jalan dekat sekolah, tempat terjadinya kecelakaan tahun lalu. Kecelakaan saat aku mencoba menolong seorang gadis yang hampir ditabrak oleh mobil. Mencoba melupakan kejadian itu justru malah membuatku semakin mengigatnya. Semoga gadis yang kutolong itu tidak melakukan hal yang dapat membahayakan nyawanya lagi dan untuk Si Penabrak agar tidak melakukan hal yang bodoh lagi yang dapat membahayakan nyawa orang lain.

Murid-murid Keiyou-kou sudah masuk ke sekolah. Mereka mengatakan selamat pagi kepada Sensei yang berdiri di dekat gerbang masuk sekolah. Sensei itu memakai pakaian olahraga.

Setelah menyeberangi jalan, aku masuk melalui gerbang sekolah, mengatakan selamat pagi kepada Sensei itu dan bergegas ke Gedung Utama.

Di Gedung Utama di dekat loker sepatu terdapat tempat khusus untuk meletakkan payung. Wah, ternyata banyak payung yang diletakkan di sini. Bahkan ada payung yang mirip dengan punyaku.

Banyak murid yang sedang berbicara dengan temannya dan yang mengejutkan adalah mereka melihat ke arahku, seperti membicarakan tentangku. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan. Lebih baik kuletakkan saja payung ini terus.

Kuganti sepatuku dengan uwabaki dan langsung menuju kelas.

Kunaiki tangga menuju lantai dua.

Suasa di lorong lantai dua begitu ramai. Berbeda dengan kemarin. Hari ini murid-murid Keiyou-kou seperti mendapatkan sesuatu yang bisa dibicarakan bersama teman-teman mereka. Seperti mendapatkan Big News atau gosip baru, mungkin.

Hal yang sama kurasakan saat di loker sepatu tadi.

Lagi-lagi mereka melihat ke arahku.

Mereka mulai berbisik-bisik dengan teman di samping mereka.

Jujur saja, apa yang mereka lakukan tidak menggangguku. Hanya saja itu membuatku berpikir apa aku telah melakukan sesuatu. Mereka terus menatapku yang berjalan menuju kelas 2-D. Ya ampun, jika kalian punya sesuatu untuk ditanyakan, tanyakan saja langsung kepadaku.

Aku masuk ke kelas dari pintu belakang, lalu mengatakan "ohayou gozaimasu," dan langsung duduk di kursiku. Seperti yang kurasakan di lorong tadi, murid kelas 2-D mengalihkan perhatian mereka ke arahku. Kenapa aku bisa dapat perhatian semua murid?

Aku tidak melihat kehadiran Fuyukawa-san dari tadi. Kulihat ke mejanya yang berada di sebelah kananku, tasnya tidak ada. Mungkin dia belum datang.

Masih ada waktu 20 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Aku masuk ke posisi tiduran di atas meja dengan wajahku mengahadap ke bawah dan memejamkan kudua mataku. Kugunakan waktu yang sedikit ini untuk mengistirahatkan mataku yang dalam keadaan tidak baik ini. Efek dari membaca novel itu berupa mata merah dan sedikit bengkak karena menangis. Beneran, aku nangis. Ceritanya masih terbayang di kepalaku.

Tunggu sebentar.

Apa orang-orang tadi menyadari kondisi mataku?

Dari saat aku mampir ke konbini dan murid-murid Keiyou di lorong dan di kelas.

Apa mereka menyadari kalau aku habis menangis?

Tidak, tidak, tidak. Tidak mungkin.

Daripada memikirkan itu, lebih baik aku fokus istirahat walaupun sebentar.

avataravatar
Next chapter