70 Pada Akhirnya, Kebenaran Akan Terungkap (4)

Mataku terbuka saat mendengar suara bel yang berbunyi. Entah sudah berapa lama aku tidur di ruang UKS, aku tidak tahu pasti. Saat kulihat jam di ponselku, sekarang sudah pukul 15:30. Aku tebangun karena bel tanda pulang yang berbunyi yang artinya aku melewatkan banyak pelajaran hari ini dan makan siang.

Badanku sekarang sepertinya sudah tidak terlalu panas seperti tadi. Obat yang diberikan Mitsui-sensei sepertinya memang bekerja dengan baik. Dengan keadaan seperti ini, aku bisa langsung kembali ke kelas lalu pulang, tapi saat ini pasti masih banyak murid di kelas dan pasti ada yang sedang piket. Lebih baik aku tidak mengganggu mereka. Untuk sementara, aku berada di sini saja untuk beristirahat sedikit lagi.

Ruang UKS yang sepi memang sangat cocok untuk beristirahat. Ranjang yang ditutupi dengan tirai dapat membuat orang tidur dengan nyaman. Ranjang yang empuk ini membuatku ingin tidur lebih lama lagi karena tempat tidur di apartemenku tidak senyaman ranjang di sini. Seperti yang diharapkan dari sekolah elit.

Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku saat mengingat kembali apa yang terjadi kemarin. Sebenarnya, hubungan apa yang ada di antara Taka dan Fuyukawa-san. Taka sampai memanggil Fuyukawa-san dengan namanya, Yukina, yang berarti hubungan mereka sangat dekat. Tapi kenapa sekarang hubungan mereka terlihat renggang? Jawabannya hanya satu yaitu pasti ada terjadi sesuatu di antara mereka. Kalau bisa, aku ingin melakukan sesuatu agar mereka bisa kembali seperti dulu.

Setelah pulang sekolah, aku memiliki kegiatan klub sebagai anggota klub bantuan yang dibentuk oleh Hiratsuka-sensei yang merupakan guru bimbingan konseling. Aku harus memberitahukan kepada Shiarishi-san kalau hari ini keadaanku tidak sehat, sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan klub. Karena ruang klub bantuan berada di gedung yang sama dengan ruang UKS, yaitu di Gedung Khusus, aku memutuskan untuk menuju ruang klub dulu untuk memberitahukannya.

Aku bangun dari ranjang dan bergegas keluar dari ruang ini. Mitsui-sensei berada di mejanya sambil membaca buku yang tadi.

"Ah, Amamiya-kun, sudah baikan?" tanya Mitsui-sensei ¬saat melihatku berjalan.

"Sudah, Sensei. Seperti yang Sensei bilang, obatnya langsung memberikan efek. Suhu badan saya juga sepertinya sudah turun."

"Begitu, ya. Syukurlah."

"Terima kasih, Sensei."

"Sama-sama. Untuk besok, lebih baik kamu tidak pergi ke sekolah dulu. Istirahat saja dulu hingga benar-benar pilih dan sehat."

"Ya, Sensei. Saya akan melakukan seperti yang Sensei katakan. Kalau begitu, Saya permisi dulu."

"Um. Hati-hati, ya."

Setelah keluar dari ruang UKS, aku langsung menuju ruang klub bantuan yang terletak di lantai tiga. Seperti biasa, kubuka pintu geser ruang klub tanpa mengetuk pintunya terlebih dulu. Seorang gadis sedang duduk muncul sebagai pemandangan di depan mataku. Dia adalah Shiraishi-san, ketua klub bantuan. Dia sedang membaca buku seperti biasa. Sepertinya hari ini pun tidak ada klien yang meminta bantuan.

Dia melihat ke arahku karena mendengar suara pintu yang dibuka. Aku segera menuju ke depannya untuk memberitahukannya.

"Eng… Shiraishi-san, maaf, sepertinya hari ini Aku nggak bisa ikut kegiatan klub. Kondisiku sedang nggak sehat sekarang. Jadi aku minta izin untuk pulang sekarang dan juga besok aku nggak bisa datang. Mitsui-sensei bilang kalau Aku harus beristirahat dulu supaya pulih."

"Begitu, ya. Kalau kamu memang merasa tidak sehat, apa boleh buat. Lebih baik prioritaskan untuk sehat kembali. Semoga cepat sembuh."

"Makasih, Shiraishi-san."

"Oh iya, seharusnya kamu tidak perlu repot-repot datang ke sini untuk mengatakan hal itu. Bukannya kamu sudah punya nomor ponselku?"

"Eh?" Aku langsung mengecek kontak di ponselku dan ternyata memang sudah ada kontak Shiraishi-san dengan nama 白石美雪さん (Shiraishi Miyuki-san).

"Ada, kan?"

"Iya, ada. Aku lupa karena nggak pernah meneleponmu dan mengirimu pesan lewat Line, padahal kontakmu sudah muncul di akun Line milikku."

"Kalau begitu, lebih baik kamu telepon atau mengirimiku pesan saja untuk memberitahukan hal seperti ini."

"Baiklah. Kalau begitu, Aku pulang dulu. Sampai jumpa."

"Ya."

Setelah itu, aku meninggalkan ruang klub untuk kembali ke kelas. Buku dan tasku masih berada di sana.

Aku kembali memikirkan tentang hubungan Taka dan Fuyukawa-san. Jika hubungan seseorang dengan yang lain dapat berubah karena ada sesuatu yang terjadi, maka hubunganku dengan Fuyukawa-san juga akan berubah. Jika kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin sekarang aku bukanlah temannya. Karena kecelakaan itu terjadi, rasa bersalah yang ada pada dirinyalah yang membuatnya ingin menjadi temanku untuk menebus rasa bersalahnya. Itu berarti dia mungkin akan kembali ke dirinya semula, dirinya sebelum terjadi kecelakaan itu.

Aku tiba di depan kelas dan sepertinya sudah tidak ada lagi orang di dalam. Saat memasuki kelas, ada seorang gadis yang sedang duduk di kursi sebelah kanan tempatku. Gadis itu adalah Fuyukawa-san. Dia melihat ke arah pintu saat mendengar suara pintu yang dibuka. Mata kami bertemu dan dia segera berdiri menuju ke arahku dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

"Amamiya-kun, kamu nggak apa-apa?"

"Ah, iya. Cuma demam saja. Bukan hal yang besar, kok."

"Ini pasti salahku karena hal kemarin."

"Bukan. Ini bukan salah Fuyukawa-san. Sebenarnya Aku sering terkena demam saat perubahan iklim. Jadi ini bukan salah Fuyukawa-san. Ini salahku karena nggak menjaga kesehatan."

"Um, begitu, ya. Sudah minum obat?"

"Sudah, kok. Tadi, Mitsui-sensei memberiku obat demam yang manjur. Berkatnya, demamku sudah sedikit turun."

"Syukurlah. Sebaiknya kamu nggak perlu ke sekolah dulu besok. Istirahat saja dulu biar sehat kembali."

"Um, iya. Mitsui-sensei juga bilang seperti itu."

"Begitu, ya."

"Kalau begitu, Aku pulang dulu, Fuyukawa-san."

"Ah, Amamiya-kun, ayo pulang sama-sama."

"Hm? Kamu nggak ada kegiatan klub?"

"Nggak ada. Hari ini kami istirahat dulu untuk pertandingan selanjutnya."

"Begitu, ya. Kalau begitu, ayo kita pulang."

"Um."

Pada akhirnya, aku pulang bersama Fuyukawa-san. Seperti biasa, setiap kali aku berada di dekatnya, aku akan menjadi pusat perhatian murid-murid lainnya kalau masih berada di lingkungan sekolah. Fuyukawa-san sama sekali tidak memperhatikan mereka yang juga meliha ke arahnya. Dia hanya fokus terus berjalan menuju gerbang sekolah sambil sesekali melihat ke arahku.

Aku sedikit penasaran kenapa Fuyukawa-san masih berada di kelas tadi. Seharusnya dia bisa saja pulang terus ke rumah untuk beristirahat sebelum pertandingan selanjutnya. Apa dia menungguku? Melihat tingkah lakunya sekarang, bisa saja dia memang menungguku, tapi untuk apa?

"Eng, Fuyukawa-san."

"Ya?"

"Kenapa kamu masih di kelas tadi? Bukannya lebih baik kalau kamu terus pulang ke rumah untuk beristirahat?"

"Aku menunggumu, Amamiya-kun."

"Eh?"

"Aku khawatir. Wajahmu saat di jam pelajaran tadi sangat pucat. Mungkin saja terjadi sesuatu padamu dan ternyata benar. Kamu terkena demam."

"Kenapa kamu begitu khawatir padaku?"

"Aku takut melihatmu sakit. Itu mengingatkanku dengan kejadian tahun lalu itu."

"Ah… begitu, ya. Maaf."

"Kenapa kamu minta maaf?"

"Karena membuatmu khawatir."

"Nggak apa-apa. Bukannya wajar kalau seorang teman mengkhawatirkan keadaan temannya?"

"Iya, kamu benar."

Apa yang kupikirkan tentang Fuyukawa-san ternyata salah. Sepertinya Fuyukawa-san yang sekarang tetaplah Fuyukawa-san yang kukenal. Hubungan kami tidak berubah. Kami masih berteman. Dia bahkan sampai mengkhawatirkanku. Dia memang orang yang baik.

Tapi…

Jika diantara Taka dan Fuyukawa-san juga pernah terjadi sesuatu, bukannya aneh kalau hubungan mereka menjadi renggang?

Aku benar-benar penasaran. Jika aku megetahui sesuatu, mungkin aku dapat melakukan sesuatu agar Taka dan Fuyukawa-san bisa kembali ke hubungan mereka sebelumnya.

Daripada terus berpikir, lebih baik kutanyakan langsung pada Fuyukawa-san yang sekarang sedang bersama denganku. Dengan begitu, semuanya akan kuketahui. Hanya saja jika dia ingin menceritakannya.

"Fuyukawa-san, boleh Aku tanya sesuatu?"

"Boleh. Mau tanya tentang apa, Amamiya-kun?"

"Eng… sebenarnya Aku penasaran dengan hubunganmu dengan Taka. Sepertinya hubungan kalian cukup dekat."

"Ke-kenapa kamu berpikir seperti ini?" Suaranya merendah seperti menahan suara yang keluar dari mulutnya.

"Kemarin, Aku dengar dia memanggilmu dengan Yukina."

"Hanya karena itu kamu mengira kalau hubunganku dengan Hiroaki-kun cukup dekat?"

"Iya. Bukannya memanggil dengan nama belakang itu dilakukan kalau hubungan sudah cukup dekat?"

"Itu juga, sih. Terus, kenapa Amamiya-kun manggil Hiroaki-kun dengan Taka? Berarti hubungan kalian juga cukup dekat."

"Kalau itu, dia memintaku untuk memanggilnya seperti itu. Eh… tunggu sebentar. Apa dia panggil kamu dengan Yukina karena kamu suruh?"

"Iya, tapi beda."

"Eh… apa itu?"

"…" Fuyukawa-san tidak menjawabnya. Dia hanya tersenyum. Namun, senyuman yang ada di wajahnya itu terlihat seperti senyuman yang dipaksakan. Kemudian, dia mempercepat langkahnya dan mendahuluiku.

Aku terus mengikutinya hingga tiba di Sungai Meguro. Dia terus berjalan tanpa melihat ke arahku yang berada di belakangnya. Melewati Jembatan Taman Nakame, yang letaknya di depan Taman Naka Meguro, dia tiba-tiba berhenti dan memegang pagar besi di pinggir jembatan. Dia mulai melihat ke arah sekitar sungai. Kuhentikan langkahkaku dan kulakukan hal yang sama seperti dirinya. Ini mengingatkanku saat aku dan dia melihat sakura di sekitar sini di April lalu.

"Seperti yang Amamiya-kun bilang. Dulu, hubunganku dengan Taka bisa dibilang sangat dekat. Dulu, Aku berpacaran dengan Taka."

Aku baru saja mendengar suatu hal yang luar biasa.

Dulu? Berarti sekarang dia sudah putus dengan Taka.

"Begitu, ya. Kenapa kalian putus?"

"…"

"Ah, maaf. Kalau nggak mau bilang juga nggak apa-apa."

"…Aku lihat dia sedang bersama gadis lain. Kemudian…"

"Hm?"

"Mereka berdua berciuman." Fuyukawa-san menundukkan pandangannya. Sepertinya dia baru saja mengatakan hal yang tidak ingin dikatakannya.

"Eh…? Dia selingkuh? Kapan itu terjadi?"

Apa benar Taka akan melakukan hal seperti itu? Aku sama sekali tidak percaya.

"Di malam Christmas Eve dua tahun yang lalu saat kami masih kelas tiga SMP."

"Jadi… kalian dari SMP yang sama?"

"Um, iya."

Tapi…

Kenapa waktu itu Taka bilang dia hanya teman sekelas dengan Fuyukawa-san dan tidak terlalu kenal dengannya? Padahal dia adalah mantan pacarnya Fuyukawa-san. Pasti dia punya suatu alasan kenapa tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

"Maaf, ya, sudah membuatmu menceritakan tentang masa lalumu dengan Taka."

"Nggak apa-apa, kok. Lagian itu hanya masa lalu."

"Apa kamu jadi benci dia sekarang?"

"Aku nggak benci dia. Hiroaki-kun hanya sebatas teman bagiku."

"Begitu, ya."

"Ayo pulang, Amamiya-kun." Fuyukawa-san melepas pe

Sebelum pulang ke apartemen, aku mengatakan kepada Fuyukawa-san kalau aku harus ke konbini terlebih dulu untuk membeli bento sebagai menu makan malamku. Tanpa ekspresi menolak, dia mengikutiku juga ke sana. Di waktu sore seperti ini, sangat jarang ada bento yang tersisa karena banyak orang yang membelinya di waktu pagi dan siang untuk makan siang. Begitulah yang dikatakan Fuyukawa-san, tapi sepertinya hari ini aku sedikit beruntung. Aku mendapatkan bento yang kebetulan hanya tersisa satu lagi.

Di bawah langit sore yang berwarna kuning ini, kami berpisah di persimpangan jalan setelah mengucapkan selamat tinggal.

avataravatar