17 Amamiya Ryuki Mulai Membantu (1)

Makan siang di kantin bersama teman memanglah menyenangkan, bahkan bisa membuat makanan yang kita makan terasa lebih enak.

Beberapa hari yang lalu kantin selalu terisi penuh dengan murid-murid yang makan siang di sini. Tapi, hari ini berbeda. Kantin tidak terlalu penuh. Ah, aku tahu. Karena sekarang cuacanya cerah, banyak murid yang membawa bento memilih untuk makan siang di luar.

Cuaca yang cerah di musim semi memang sangat nikmat berada di luar ruangan daripada di dalam ruangan.

Sebentar lagi pohon sakura akan menggugurkan bunganya, menandakan waktu mekarnya sudah berakhir, lalu musim semi juga akan berakhir. Kita tetap bisa bertemu dengan bunga sakura yang indah itu saat musim semi selanjutnya.

Oh iya, setiap pergi sekolah, aku bisa melihat pemandangan pohon sakura yang tumbuh di sekitar sungai, yang searah dengan jalan menuju sekolah. Suasana di sungai itu cukup menyejukkan mata dan hati.

Loh, kenapa aku membicarakan tentang bunga sakura?

Ah… mungkin, karena aku melihat seorang gadis yang bernama Sakura di dekatku. Gadis itu bernama Namikawa Sakura-san. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya di kantin. Dia menyadari kehadiranku di dekatnya menyapaku dengan suara lembutnya itu.

"Selamat siang, Amamiya-kun. Hiroaki-kun juga."

"Halo." Hiroaki menjawabnya sambil menundukkan sedikit kepalanya.

"Ah, Sakura."

"…"

"…"

Hiroaki dan Namikawa-san terdiam. Hiroaki memasang ekspresi kaget, sama halnya dengan Namikawa-san. Aku tidak mengerti kenapa mereka seperti itu. Ada apa dengan "sakura" yang kukatakan tadi?

Ah, aku ingat. Nama belakang Namikawa-san adalah Sakura. Aku tidak bermaksud memanggilnya dengan nama belakangnya.

"Ah, halo Namikawa-san. Tadi aku melamun. Oh iya, pertama kalinya kita ketemu di kantin. Sendirian saja?"

"…Tidak, ada Chi-chan juga." Namikawa-san menjawabnya sambil mengarahkan pandangannya ke tempat antrean.

Kayano-san sedang membawa nampan berisi pesanannya.

"Oh iya, ada Kayano-san di sana."

"Memangnya kamu mikirin apa, Amamiya-kun?

"Itu, bunga sakura sebentar lagi kan gugur. Jadi, aku ingin lihat bunga sakura sebelum gugur.

"Oh, begitu ya..."

"Um. Ngomong-ngomong, sudah ada tempat untuk makan? Kalau belum, di sini saja."

"Makasih, Amamiya-kun."

Namikawa-san meletakkan nampannya di meja kami dan duduk di sebelah kiriku. Meja ini terdiri dari empat kursi, dua kursi sudah diduduki olehku dan Hiroaki, sedangkan dua lagi masih kosong. Namikawa-san memanggil Kayano-san sambil mengangkat tangan kanannya, "Chiaki, di sini."

Kayano-san yang melihat Namikawa-san segera menuju ke tempat kami ini dan duduk di sebelah Hiroaki. Kayano-san mengatakan "selamat siang" kepadaku dan Hiroaki.

Hiroaki hanya bisa diam melihatku berbicara dengan santainya dengan Namikawa-san. Beneran deh, apanya yang hebat bisa berteman dengan Namikawa-san? Perkataannya tadi sangat membuatku penasaran dengan siapa sebenarnya Namikawa-san ini.

Aku dan Hiroaki yang duluan selesai makan sekarang hanya melihat-lihat keadaan di dalam kantin. Hiroaki terlihat seperti ingin menanyakan sesuatu padaku, tapi sepertinya tidak bisa. Mungkin, karena ada Namikawa-san dan Kayano-san.

Setelah mereka berdua selesai makan, aku bertanya ke Namikawa-san.

"Namikawa-san, nanti seusai sekolah kamu masih mengatur buku di perpustakaan?"

"Um, masih."

"Kalau begitu, nanti aku bantu, ya…"

"Beneran?"

"Um, tentu saja. Kemarin sudah kukatakan kan... Lagian aku tidak ada kegiatan lain. Ah, mungkin bisa dapat buku untuk kupinjam lagi."

"Makasih, Amamiya-kun. Kalau begitu, aku tunggu di perpustakaan setelah sekolah."

"Baiklah."

Namikawa-san tersenyum dan ekspresi wajahnya tampak senang. Senyuman di bibirnya yang tipis itu sangat indah, membuat raut wajahnya semakin cantik. Aku pun ikut tersenyum.

Kayano-san dan Hiroaki sepertinya penasaran. Pasti ada yang ingin mereka tanyakan. Kayano-san membuka mulutnya.

"Hey Sakura-chan, sepertinya hubunganmu dengan Amamiya-kunsemakin dekat."

"Eh, ngga kok."

"Tidak mungkin hubungan seseorang bisa dekat secepat itu." Aku menambahkan.

"Aku pikir begitu juga. Hm… apa gosip itu memang benar, Amamiya?"

"Gosip apa?" Kayano-san terlihat semakin penasaran.

"Gosip kalau Amamiya berpacaran dengan Namikawa."

"Sudah kubilang, kami tidak berpacaran."

"Da-dari mana datangnya gosip itu? Tentu saja kami tidak berpacaran."

"Eh… ternyata ada gosip seperti itu, ya?" Kayano-san menyeringai, lalu tertawa kecil.

"Kenapa kamu tertawa? Etto, Kayano?" Hiroaki sepertinya tidak mengenal Kayano-san.

"Iya, aku Kayano Chiaki. Kamu Hiroaki Takahiro-kun, kan? Lucu saja. Ternyata ada orang yang nyebarin gosip seperti itu."

Seperti yang diharapkan dari si ikemen Hiroaki. Sepertinya semua murid mengenalnya.

Hiroaki yang penasaran semakin ingin bertanya lebih lanjut.

"Kenapa juga lucu? Itu kan bukan lelucon."

"Begini…Sakura punya seseorang yang disukainya."

"Eh, beneran?" Hiroaki semakin semangat.

"Bukan seperti itu. Sebenarnya, seorang yang kukagumi saja."

"Hoo… orangnya seperti apa?"

"Hiroaki, sepertinya kamu sangat penasaran, ya..."

"Amamiya, kamu sendiri sebenarnya penasaran, kan?"

"Ah, um, ya, sedikit."

"Hora… kamu juga penasaran. Jadi, ceritakan ke kami dong, Namikawa." Hiroaki membujuk Namikawa-san untuk menceritakan kepada kami dengan ekspresi penuh rasa penasaran.

Kayano-san terlihat seperti ingin menghentikan pembicaraan ini, namun Namikawa-san menjawabnya dengan nada yang pelan.

"Sebenarnya, aku ngga kenal dengannya. Tapi, aku sangat mengaguminya karena dia sampai mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan orang lain." Namikawa-san menceritakannya dengan wajah mengahadap ke bawah.

Hiroaki yang mendengar itu langsung menggaruk-garuk kepalanya, seperti sedang berpikir, mengingat kembali, dan mengaitkannya dengan sesuatu.

"Hey Amamiya, bukannya orang yang dikatakan Namikawa itu mirip denganmu?"

"Orang yang seperti itu tentu saja bukan aku.

"Tapi, kamu juga seperti itu, kan? Menolong orang yang hampir tertabrak mobil, tapi kamu menjadi korbannya, kan? Kamu memang orang yang luar biasa, Amaryu."

"Oi, Hiroaki." Aku sedikit menaikkan suaraku saat Hiroaki mengungkit kejadian itu.

"Ah, maaf. Keceplosan."

Hiroaki baru saja mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dikatakan oleh dirinya. Apa boleh buat, lagi pula nanti lama-kelamaan akan ketahuan juga.

Namikawa-san dan Kayano-san tersentak, sepertinya kaget saat mendengar perkataan Hiroaki tadi. Namikawa-san yang penasaran dengan apa yang terjadi menoleh ke arahku, lalu bertanya.

"Amamiya-kun, apa benar yang dikatakan Hiroaki-kun?"

"Um, ya. Aku belum menceritakannya pada dirimu dan Kayano-san." Aku menarik napas terlebih dahulu, lalu kulanjutkan, "Tahun lalu saat di hari pertama sekolah, aku tertabrak saat menolong seorang gadis yang hampir tertabrak. Oleh karena itu, aku tidak bisa bersekolah di sini tahun lalu dan pihak sekolah memindahkanku ke SMA di Nagano, dekat kampung halamanku. Karena aku sudah sembuh, aku kembali pindahkan ke sini. Seperti itulah singkatnya."

Namikawa-san dan Kayano-san terdiam. Mereka pasti terkejut karena mendengar cerita pengalamanku yang terbilang tragis ini.

"Amamiya, sekarang kamu pasti punya hati yang kuat dan sifat lebih dewasa."

"Ah, tidak juga. Kamu berlebihan, Hiroaki."

Walaupun dengan kejadian itu semua, aku masih seorang remaja. Sifatku masih layaknya seorang remaja. Mungkin, hanya sifatku dalam menyikapi masalah saja yang mungkin sedikit lebih dewasa karena pengalaman dari hidupku. Seseorang pernah mengatakan seperti ini, "Otoko wa itsu demo shounen da." Intinya, aku masih seorang remaja, atau mungkin masih seorang anak-anak.

"Jadi, dari awal kamu memang murid Keiyou-kou, Amamiya-kun?"

"Iya, Kayano-san."

"Ah, pantas saja kamu bilang 'banyak hal yang terjadi' saat di kafe."

"Mm, iya, Namikawa-san. Maaf tidak bisa mengatakan yang sebenarnya saat itu."

"Uum, ngga apa-apa, kok."

Tidak lama kemudian, bel tanda waktu istirahat berakhir berbunyi.

Kami meninggalkan kantin menuju kelas masing-masing tanpa mengatakan apa pun lagi, hanya kata "sampai jumpa" yang terucap di akhir percakapan tadi.

Istirahat makan siang hari ini kugunakan untuk makan dan berbicara dengan orang yang sudah kuanggap teman, Hiroaki, Namikawa-san, dan Kayano-san. Pertama kalinya aku makan siang dan berbicara dengan tiga orang. Walaupun sekilas tempat makan kami menjadi pusat perhatian di kantin tadi. Mulai saat ini, semoga aku bisa terus berteman baik dengan mereka.

avataravatar
Next chapter