12 Dia Menghentikan Mobil dan Mengetuk Jendela Mobil

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Paman Zhong mengambil ponsel yang dikembalikan oleh Wen Ruan dan berkata dengan curiga, "Bukankah Nona Besar memiliki hubungan yang baik dengan Nona Wan beberapa hari yang lalu?"

Paman Zhong adalah orang yang dekat dengan Nyonya Wen dan Wen Ruan, mereka sudah sangat mempercayainya. Ketika mendengar pertanyaan dari Paman Zhong, Wen Ruan mengedipkan matanya yang seperti rusa itu dan berkata dengan lembut, "Nenek dulu memisahkan Ye Wanwan dan Ibunya. Aku selalu berpikir Nenek itu bertele-tele. Tiba-tiba sekarang aku mengerti bahwa Nenek adalah orang yang terbaik bagiku di dunia ini."

Paman Zhong menganggukkan kepalanya dengan penuh perasaan ketika ia mendengar Wen Ruan berkata seperti itu, "Syukurlah Nona Besar bisa berpikir begitu. Nyonya Wen memang sangat menyayangimu.

Setelah memikirkan tentang Nenek, Wen Ruan pun menunjukkan senyum manis di wajah kecilnya yang cantik.

Saat ini mobil melaju dengan lancar. Ketika mobil hendak melewati jembatan, tiba-tiba ada sebuah motor hitam yang besar menyalip mobil Bentley itu. Motor itu melaju dengan sangat cepat dan pengendara motor tersebut terlihat sangat sombong .

Seseorang yang mengendarai motor tersebut mengemudikan motornya sambil membungkukkan badannya yang kurus dan sikapnya sangat dingin. Karena ia motor itu melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi, angin kencang meniup kemeja dan pakaian pemuda itu dengan liar.

Ketika Wen Ruan melihat tas sekolah hitam di punggung pemuda itu, ia langsung bisa menduga bahwa di dalam tas sekolah tersebut berisi cokelat yang diberi oleh Ye Wanwan.

"Paman Zhong, lewati motor yang ada di depan itu!"

Paman Zhong seketika langsung tercengang ketika Wen Ruan menyuruhnya untuk menyalip pengendara motor tersebut, "Nona Besar, tidak baik menyalip di jembatan."

"Pria itu pencuri. Dia mencuri barang milikku." Wen Ruan memegang wajahnya yang lembut dan cantik, "Kita harus mengejar dia!"

Ketika Paman Zhong mendengar bahwa orang itu berani mencuri barang milik Nona besar, ia pun segera menginjak pedal gas, "Nona besar, pegangan yang erat."

Keluarga Wen adalah orang terkaya di kota Yuncheng. Performa mobil tentu saja bagus, jadi bukanlah hal yang sulit untuk mengejar mobil itu. Namun pengendara motor itu terlalu menggila, hingga kecepatannya melonjak dengan sangat cepat.

"Paman Zhong, pindah gigi, injak pedal gas, putar setir ke arah kiri, ayo!"

Paman Zhong mendengarkan instruksi dari Wen Ruan yang duduk di belakangnya. Ia pun terus mempercepat laju mobil, dan pada akhirnya mobil pun bisa menyalip motor itu.

Setelah melewati jembatan, Paman Zhong turun dari mobil untuk menghentikan pemuda yang mengendarai motor itu.

Huo Hannian menghentikan motornya, lalu menopang motornya dengan satu kaki, kemudian ia melepas helmnya dan menatap Paman Zhong. Alisnya tebal dan matanya sipit melihat Paman Zhong dengan tatapan yang tajam, "Apa yang kamu lakukan?"

"Anak muda, bukankah masih seorang siswa? Eh, kamu memakai seragam sekolah yang sama dengan Nona Besar kami. Kamu bersekolah di Issa Noble College juga kan?"

Huo Hannian melihat ke arah mobil hitam yang diparkir di sebelahnya sambil sedikit mengerutkan alisnya, "Ada apa?"

Paman Zhong ketika ditatap oleh pemuda yang bersikap dingin dengan tatapan yang tajam seperti ini. Meskipun ia sudah tua, namun ketika ditatap seperti ini, ia juga merasa sedikit takut, "Kamu... Mencuri barang milik Nona Besar kami."

Setelah Paman Zhong berkata seperti itu, Huo Hannian langsung turun dari motornya dan berjalan ke arah pintu bagian belakang mobil Bentley. Kemudian jari-jarinya yang panjang mengetuk jendela mobil.

Perlahan jendela mobil diturunkan, dan seketika wajah kecil yang begitu lembut dan menggemaskan itu pun terlihat. Mata Wen Ruan yang seperti mata rusa itu tampak berkedip dan tatapan matanya terlihat cerah, "Temanku Huo Hannian."

Huo Hannian sedikit membungkukkan badannya, ekspresi wajahnya terlihat dingin. Ia mendekatkan wajahnya yang tampan itu ke arah wajah Wen Ruan. Karena ia memakai helm, kepalanya menjadi pengap dan berkeringat, dan rambutnya juga tampak basah di depan dahinya. 

Keringatnya tampak menetes dari dahinya, kemudian jatuh pada garis wajahnya yang halus, lalu mengalir ke rahangnya yang kokoh. Lehernya yang ramping memiliki urat yang jelas dan jakunnya terlihat menonjol. Seluruh wajahnya terlihat kesuraman dan ekspresinya terlihat sangat dingin, "Apa yang aku curi darimu?"

Suara Huo Hannian terdengar begitu dingin, seolah-olah detik berikutnya ia akan mencekik Wen Ruan yang telah berulang kali menginjak garis kesabarannya!

Mata Wen Ruan yang jernih dan indah seperti rusa itu tampak berkedip dengan malas. Kemudian ia menatap bibir Huo Hannian yang tipis dan indah, "Kamu mencuri hatiku!"

Mendengar jawaban dari Wen Ruan, seketika Huo Hannian hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa. Tangannya yang ramping itu tampak mengepal dengan erat, sehingga urat-uratnya yang berwarna hijau di punggung tangannya itu terlihat menonjol, "Apa kamu berhutang pukulan dariku?"

"Jika kamu memukulku, dengan begitu tanganku dan tanganmu bisa bersentuhan, kalau begitu pukul saja!" Jawab Wen Ruan sambil mendekatkan wajahnya di depan kepalan tinju Huo Hannian yang tampak sangat keras seperti besi.

Saat Huo Hannian melihat Wen Ruan memejamkan matanya dengan pipi yang tampak kemerahan seperti buah persik itu, ia pun hanya bisa menggertakkan giginya sembari berkata, "Lain kali, aku tidak akan mengampunimu!"

…..

avataravatar
Next chapter