1 Saga : Dia Berubah

Aduh! Kenapa jadi begini sih?! Ini semua karena aku keceplosan soal Lisa yang meninggalkan rumah. Untung aku tak mengatakan kalau dia meninggalkan rumah karena aku tapi karena kabar tersebut, Bunda menangis sejadi-jadinya ketika tahu bahwa menantunya pergi dari rumah.

Aku pun sengaja berdalih bahwa aku tak tahu menahu dengan kepergiannya seolah-olah aku tak ada di sana padahal aku yang membentaknya dan menyuruhnya angkat kaki dari rumahku. Tak apa-apa berbohong demi kebaikan.

"Bunda, ayolah jangan menangisi Lisa. Dia hanya pergi sebentar ke rumah orangtuanya dan pasti akan pulang." Aku merutuk bodoh pada diriku sendiri dalam hatiku.

Yang aku inginkan adalah agar dia pergi sejauh mungkin dari hidupku dan tak kembali jadi untuk apa aku mengatakan hal seperti itu pada Bunda?! Bunda sama sekali tak tenang malah kekhawatirannya semakin menjadi-jadi.

Ugh Lisa!? Walau kau tak hadir, kenapa kau selalu menyusahkanku! Kalau begini terus kapan aku bisa menjemput kekasihku? Semua orang di keluargaku tampak cemas dan mencoba untuk menghubungi Lisa.

Dalam hatiku, aku berharap semoga dia tak mengangkat telepon dari keluargaku. Aku terus berdebar melihat setiap keluarga berusaha menelpon keluarga Lisa. Derapan langkah kaki terdengar di telingaku, sontak aku menoleh ke arah pintu melihat siapa tamu yang datang.

Bayangan seorang wanita berjalan mendekati kami. Biasan cahaya matahari membuat wajahnya tak bisa kulihat, wanita itu terus berjalan mendekati kami sampai akhirnya dia berhenti di depan meja kaca yang menjadi jarak.

Aku memincingkan mataku melihat wanita itu dan sepersekian detik kemudian mataku membulat. Ternyata wanita itu adalah Lisa. Entah aku harus bahagia atau kesal melihatnya tapi reaksi dari orang-orang di sekitarku membuatku hanya bisa membuatku tersenyum kecut.

Apalagi Bundaku, dia segera berdiri dan memeluk Lisa. "Nak, kau dari mana saja? Kami khawatir padamu!" katanya lembut. Dia melerai pelukan bundaku sambil tersenyum tipis dia mengatakan semua baik-baik saja hanya ada masalah di rumahnya.

Aku menaikkan sudut bibirku, ternyata Lisa juga bisa berbohong aku pikir dia itu adalah gadis yang polos. "Baiklah tak apa-apa nak, Ibu mengerti. Kau mau tidak tinggal di sini dulu, Bunda masih mau mengobrol denganmu." Lisa hanya merespon dengan mengangguk.

Semua anggota keluarga tampak tenang sekarang dan mulai menjalankan aktivitas masing-masing dengan pergi dari ruang tamu. Bunda lalu meminta agar Lisa membantunya di dapur namun sebelum itu terjadi aku segera mencegahnya.

"Aku ingin bicara dengannya Bunda," kataku dengan nada datar. Bunda menurut dan meninggalkan kami berdua. Aku mencengkram pergelangan tangannya ketika matanya menatap punggung Bundaku yang berjalan menjauh.

"Kenapa kau datang lagi? Bukankah aku sudah bilang aku muak melihat wajahmu?!" Aku terkejut sekaligus terpaku, bagaimana tidak? saat dia memandangku, matanya yang hitam kelam menatap tajam langsung pada mataku.

Aura yang berada disekitarnya terasa sekali, apa ini? Kenapa aku merasa dia berbeda sekali. Senyum miring yang dia sunggingkan menambah kuat firasatku ini. "Kenapa? Kau masih bertanya juga? Hahaha.." perasaanku makin tak enak melihat perubahannya, sangat berubah.

Dulu, dia tak pernah menatapku langsung dan terus menunduk ketika aku mencibir maupun mengejeknya tapi sekarang dia berani menatapku dan tertawa jahat. Aku tak mengerti sama sekali! Apa dia sudah dicuci otaknya selama dia tinggal di rumahnya?

"Tuan Saga sebelum ada keputusan cerai dari persidangan, aku masih tetap sah menjadi istrimu. Jadi, aku harap kau mengerti dan mau bekerja sama." balasnya dengan nada tenang.

"Oh jadi kau mau aku memperlakukanmu seperti dulu lagi, baiklah jika itu maumu!" seringaiku. Akan kubuat dia menyesal datang ke kehidupanku untuk kedua kalinya.

Bukannya ketakutan seperti biasa, dia malah melebarkan senyuman miring tersebut padaku. "Baiklah, siapa takut!" Lisa melepas cengkramanku dan pergi dari ruang tamu.

Aku terus menatap punggung Lisa sambil menyeringai. Menarik..

avataravatar
Next chapter