20 Chapter 20 Berduka

Ambulance yang membawa jenazah kedua orang tua Likha telah tiba di desa tempat Likha tinggal. Daffa dan Rina juga sudah menunggu didepan rumah Likha, mereka tadi diminta bu Agus untuk membantunya membereskan rumah Likha sebelum jenazah itu tiba. Pak Agus turun lebih dulu, kemudian membantu Likha keluar dari ambulance. Likha langsung mengapat pelukan dari Daffa dan Rina. Dia terisak saat melihat kedua sahabatnya. Sementara pak Agus dan warga membantu petugas dari rumah sakit menurunkan kedua jenazah yang berada di dalam ambulance.

"Likha sayang, kamu harus kuat ya. Mereka sudah bahagia sekarang, jadi kamu harus semangat menjalani kehidupan ini. Kamu harus membuat kedua orang tuamu bangga." Rina menyemangati sahabatnya ini. Likha hanya mengangguk dan semakin erat memeluk Rina. Daffa mengajak keduanya untuk masuk ke dalam. Saat tiba didalam rumah, Likha dan Rina duduk disudut ruang tamu. Likha menatap nanar kedua jenazah yang kini terbujur kaku dihadapannya. Wajah keduanya sudah tidak terlihat karena sudah di bungkus kain putih, mereka tinggal menunggu makam siap lalu memakamkan kedua orang tua Likha.

"Rina, mereka pergi meninggalkanku sendiri. Mereka tidak mengajakku Rina..." Rina menangis mendengar suara sahabatnya yang parau. Entah kemana suara Likha pergi, yang pasti suaranya terdengar sangat lirih.

"Likha, kamu mau kedua orang tuamu bahagia kan?" tanya Daffa sambil membelai punggung sahabatnya ini dan Likha tentu saja mengangguk, mana mungkin dia tidak bahagia melihat orang tuanya bahagia.

"Maka ikhlaskan kepergian mereka Likha. Yakin lah! Tuhan akan menaikkan derajatmu kalau kamu bisa melalui ujian ini." Rina sangat terkejut mendengar kata-kata Daffa, kekasihnya ini ternyata sangat bijak.

"Iya Likha, kamu harus bersabar dan ikhlas dengan kepergian keduanya. Aku yakin kamu sangat kuat sayang. Makanya Tuhan mengujimu, karena Dia menyayangi kedua orang tuamu." Rina dan Daffa memang bisa membuat Likha merasa kuat dan tidak sendirian. Setelah makam siap dan semua orang sudah mensholatkan jenazah itu mereka semua membawa jasad orang tua Likha ke pemakaman dan memakamkan mereka. Acara pemakaman berjalan lancar, orang tua Likha mengalami kecelakaan pukul setengah tiga sore. Lalu setelah dibersihkan dirumah sakit dan dimakamkan selesai pukul sepuluh malam.

"Daffa, Rina, kalau kalian lelah kalian boleh pulang. Aku sudah tidak apa-apa sekarang, lagi pula diluar ada pak Agus dan warga desa yang lain. Kalian juga besok harus tetap berangkat study tour, kalian tidak boleh membatalkan perjalanan kalian demi aku. Aku akan merasa sedih dan marah kalau kalian tidak berangkat. Likha,tidak mau menyusahkan orang lain, jadi dia berusaha menguatkan dirinya.

"Likha, kami besok akan berangkat, tetapi kami akan menginap disini malam ini. Daffa biar tidur diruang tamu dan aku akan menemanimu. Sekarang, mari kita tidur." Rina membawa Likha kedalam kamarnya. Keduanya pun berbaring. Sebenarnya Likha tidak mengantuk, tetapi Rina besok harus berangkat pagi jadi Likha pura-pura tidur agar Rina juga segera tertidur. Setengah jam kemudian Rina sudah tertidur, Likha kemudian menyelimuti Rina dan dia keluar dari kamarnya. Diruang tamu, dia melihat Daffa juga sudah tertidur. Lalu Likha kembali kekamarnya dan mengambil selimut. Dia menyelimuti Daffa, lalu Likha kekamar mandi. Dia berwudhu dan sholat, lalu berdo'a untuk kedua orang tuanya yang kini sudah berada di alam yang berbeda.

"Ya Tuhan, ampunilah semua dosa-dosaku. Bimbing aku ke jalanmu ya Tuhan. Juga ampunilah dosa kedua orang tuaku yang kini telah pergi lebih dulu untuk menghadapMu tempatkan lah keduanya diantara kekasih-kekasihMu. Dari sini, aku hanya bisa memohon do'a untuk mereka, beri aku kekuatan ya Allah. Agar aku bisa melanjutkan kehidupanku tanpa keduanya. Semoga mereka berdua mendapat tempat terbaik disisiMu, Aamiin," Likha menyeka air matanya,kemudian dia melepas mukena dan melipatnya. Likha melihat jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Dia kemudian membangunkan Rina dan Daffa, keduanya kemudian berpamitan pulang kepada Likha karena keduanya harus bersiap mengikuti study tour yang akan berangkat pukul enam pagi ini.

"Likha, kami tinggal dulu ya. Aku minta maaf tidak dapat menemanimu hari ini, tetapi setelah pulang besok aku akan langsung kemari lagi." Rina berjanji kepada Likha.

"Iya Rina, kamu tenang saja. Setelah mengadu semalaman kepada Tuhan, sekarang hatiku merasa lebih tenang. Selamat jalan dan selamat bersenang-senang." Likha memeluk Rina lalu mengantarkan Rina dan Daffa keluar rumah. Saat ini suasana rumahnya sangat sepi, karena semua tetangga sudah pulang setelah semalaman menemaninya.

"Likha, kamu harus kuat. Kamu juga harus semangat." Likha menyemangati dirinya sendiri. Dia kemudian melaksanakan sholat subuh, lalu membereskan semua yang masih berantakan. Saat jam delapan pagi, Likha baru saja selesai dan dia mendapat kejutan. Keempat sahabatnya juga kak Ba'ih, kak ida dan kak weny tiba dirumahnya bersama beberapa guru dan pengurus asrama.

"Assalamu'alaikum Likha, kami turut berduka cita atas kepergian kedua orang tuamu nak. Kamu yang kuat ya sayang, kamu juga harus ikhlas." seorang guru memeluk Likha dia mencoba memberikan semangat dan kekuatan untuk muridnya ini.

"Terima kasih bu, tetapi kalian tahu dari mana kalau saya sedang berkabung?" teman-teman Likha kemudian mulai memeluk Likha satu persatu, Iren, Dina, Niken dan Alicia semua datang. Kak Ida dan kak Weny juga kak Ba'ih mengucapkan bela sungkawa. Mereka juga mengobrol banyak dengan Likha dan saat dirasa sudah cukup lama mengobrol, semua orang pamit karena Likha juga masih menerima banyak tamu yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa.

"Likha, kami pulang dulu. Seminggu lagi kamu harus kembali dan melanjutkan sekolahmu ya sayang, untuk sementara kami memberikan ijin padamu sampai peringatan tujuh hari meninggalnya orang tuamu. Setelah itu kamu harus kembali sekolah." setelah berpesan kepada muridnya, mereka semua meninggalkan rumah Likha dan kembali ke Asrama. Memang seharusnya Likha hari ini dia berangkat ke Asrama, tetapi musibah lebih dulu datang menyapanya. Likha kemudian mandi dan berganti baju, dia mengenakan celana panjang katun berwarna hitam dan kaus berwarna putih lengan pendek bergambar mickey mouse. Rambutnya dia ikat ekor kuda, wajahnya terlihat pucat dan matanya sembab. Kesedihan masih sangat tampak diwajah mungilnya, dia sedang duduk termenung seorang diri karena baru saja seorang tamu berpamitan.

$$$$$

"Selamat pagi, Likha,,aku turut berduka cita ya atas kepergian kedua orang tuamu. Semoga mereka mendapat tempat terbaik disisinya." Keenand, tiba-tiba datang dan memeluknya. Karena tadi dia melamun dan terkejut dengan kedatangan Keenand yang langsung memeluknya. Likha tidak menyadari kalau ada sepasang mata yang mengawasinya, tatapan mata itu tidak senang melihat Keenand memeluk Likha. Likha pun merasa ada yang sedang menatapnya, dia mendongakkan kepalanya dan hatinya berdetak sangat kencang.

"Ma..Mass..Az..Azzam... kamu,kamu kesini juga?" Likha seketika melepaskan pelukan Keenand dan langsung mencium tangan Azzam yang langsung memeluknya dengan erat.

"Sayang, maafkan mas ya! mas baru tahu saat bertemu dengan Keenand tadi." mendengar kata-kata Azzam, Keenand serasa tersambar petir.

"Sa..sayang? kamu memanggilnya sayang? sebenarnya apa hubungan kalian?" Keenand berharap dia salah mendengar, tetapi melihat keduanya saling menatap. Keenand langsung merasa lemas.

"Keenand, maafkan aku. Aku dan mas Azzam memang berpacaran, kami jadian satu minggu yang lalu. Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali kami bertemu Keen, maka dari itu saat itu aku menolakmu," Likha tertunduk merasa sangat bersalah terhadap Keenand.

"Tidak perlu meminta maaf Likha, kamu tetap sahabatku. Aku akan selalu berada disampingmu, jadi jangan segan saat kau membutuhkan apapun. Kamu harus bicara padaku, oke?" Keenand kembali memeluk Likha dan Likha pun membalas pelukan Keenand. Sementara itu Azzam merasa hatinya sangat panas.

"Ehemmm... kalian melupakan aku ya? Keenand, ingat! Likha adalah kekasihku. Kamu berani-beraninya memeluknya didepanku?" Keennd dan Likha tersenyum. Azzam merasa baagia bisa kembali melihat senyum Likha lagi, meski kedua matanya masih sembab. Semua tu tidak mengurangi kecantikannya. Setelah beberapa lama, Keenand berpamitan kepada Likha dan Azzam. Dia harus segera kembali ke asrama.

"Hati-hati Keen, jangan ngebut. Terima kasih banyak kamu telah bersedia mencariku kemari." Likha memeluk Keenand sekali lagi dan mereka pun berpisah saat Azzam menarik tangan Likha dari pelukan Keenand.

"Sama-sama Likha, kamu segera kembali ke asrama ya. Aku menunggumu disekolah. Kak Azzam, jangan kamu apa-apakan Likha ya! awas kalau sampai macam-macam" ancam Keenand pada Azzam. Ketiga orang itu tertawa dan Keenand segera pergi meninggalkan Likha dan Azzam. Mereka kemudian masuk dan mengobrol, Likha kembali menceritakan kejadian yang menimpa kedua orang tuanya dan air matanya kembali menetes, Azzam memeluknya dengan erat.

avataravatar
Next chapter