15 chapter 15

Likha menyandarkan kepalanya dipunggung azzam setelah dari taman tadi, Azzam akan mengantarkan Likha ke terminal untuk melihat apakah Likha masih kebagian bus. Ternyata sudah tidak ada bus yang akan berangkat ke kampung Likha. Bus terakhir baru saja berangkat sepuluh menit yang lalu dan Likha datang terlambat. Akhirnya, Azzam mengajak Likha mendaki gunung. Sebenarnya untuk mengisi liburan ini Azzam memang ada acara mendaki, tetapi karena mengantar Likha tadi akhirnya dia ditinggal oleh teamnya. Kini Azzam sedang mengendarai motornya menuju desa terakhir sebelum posko pendakian berada. Dia menitipkan motornya di tempat penitipan motor yang biasanya Azzam menitipkan motornya, dia juga melihat beberapa motor temannya yang terparkir disitu.

"Pak, kalau boleh tahu,teman-teman saya naik jam berapa tadi?" tanya Azzam pada bapak pemilik penitipan motor ini.

"Sudah tadi sehabis maghrib mas Azzam. Kalau mas Azzam segera menyusul, mas Azzam akan bertemu dengan mereka di basecamp pertama. Tetapi kalau belum mau berangkat ya kalian akan bertemu dipuncak besok pagi." Bapak pemilik parkir adalah penduduk asli didesa ini, jadi dia sudah menghapal rute dan jarak tempuh hingga sampai dipuncak.

"ya sudah pak terima kasih infonya, saya naik setelah sholat isyak saja. Sekarang kami permisi ya pak, mau mencari makan dulu. Titip motor ya pak.!" Azzam menyerahkan kunci motornya pada bapak pemilik parkiran kemudian dia menggandeng tangan Likha menuju sebuah warung bakso.

"Sayang, kamu mau makan nasi atau bakso? kalau bakso, kita akan makan disini. Rasanya sungguh enak. Ini adalah warung bakso langganan kami. Kalau kamu mau makan nasi, kita akan ke warung nasi padang itu! disana juga sangat enak." Azzam menunggu Likha memutuskan dan kemudian Likha memutuskan makan bakso saja. Mereka pun segera masuk ke dalam warung bakso didepan mereka dan memesan dua mangkuk bakso dan dua es kopi. Menurut Azzam, kalau mereka akan mendaki mereka akan lebih cocok meminum kopi karena mereka akan bergadang nanti, kecuali mereka akan bermalam di basecamp terlebih dahulu.

"Mas Azzam, memangnya tim kamu ada berapa orang?" tanya Likha disela-sela memakan bakso. Benar kata Azzam, rasa bakso ini sungguh enak.

"Sebenarnya kalau berangkat semua ada sekitar dua puluh lima orang, tetapi karena saat ini sedang liburan, jadi hanya ada lima belas orang termasuk aku. Jadi yang sudah naik ada empat belas orang." Azzam menyeruput esnya hingga tandas. Kemudian Azzam menunggu Likha selesai dan mereka segera menuju masjid terlebih dahulu.

"Mas Azzam, kita sholat sendiri dong? kita lagi-lagi terlambat." Likha mendengus kesal, entahlah hari ini judulnya adalah terlambat.

"Iya sayang, aku akan menjadi imammu." Azzam merasa hatinya sangat bahagia bisa sholat berjamaah dengan pacarnya. Setelah sholat, Azzam membeli beberapa makanan ringan dan air mineral.Tak lupa Azzam membeli kacang gula jawa, menurut para seniornya makanan ini dapat meningkatkan kekuatan mereka saat mendaki, jadi ini adalah cemilan wajib yang harus dibawa. Mungkin kerena sugesti, jadi Azzam akan merasa badannya tidak bersemangat kalau tidak memakan jajanan ini.

"Likha, kita akan mulai naik sekarang. Nanti kalau kamu capek, kamu bilang saja sama mas! kita akan beristirahat. Tidak perlu memaksakan diri karena ini adalah pertama bagimu. Kalau nanti kamu tidak kuat kita akan mendirikan tenda dan bermalam disana, lalu kita akan kembali besok." Azzam menjelaskan kepada Likha, gadis itu pun mengangguk.

Mereka pun bersiap naik. Meski Azzam tertinggal jauh dari timnya, tetapi mereka tidak khawatir. Azzam sudah sangat menghafal rute yang akan dilaluinya. Juga para pendaki yang lain juga banyak yang baru berdatangan. Semakin malam memang semakin ramai. Likha dan Azzam pun mulai berjalan menuju puncak.

"Likha, apakah kamu bahagia hari ini?" tanya azzam setelah mereka berjalan agak jauh. Beberapa orang mendahului mereka, tetapi ini adalah pemandangan yang biasa. Meskipun mereka tidak saling mengenal, mereka tetap menyapa satu sama lain karena saat di medan ini mereka secara otomatis adalah saudara. Azzam menggenggam erat tangan Likha.

"Sebenarnya aku sedih tetapi juga senang, sedih karena tidak bisa pulang dan senang karena aku berada didekatmu mas. Entah mengapa, aku merasa sangat bahagia saat bersamamu, aku merasa nyaman dan aman." Azzam tersenyum mendengar kata-kata Likha. Mereka terus mengobrol sambil berjalan dan malam semakin larut. Tak berapa lama Likha dan Azzam tiba di basecamp pertama. Likha dan Azzam mencari tempat untuk duduk merenggangkan kaki mereka yang terasa agak pegal, terutama Likha yang baru pertama kali melakukan pendakian.

Azzam melihat Likha memijat betisnya. Sekilas dia juga melihat wajah Likha yang lelah. Karena malam dan tidak ada lampu wajah Likha terlihat tak terlalu jelas, tetapi azzam bisa melihat dengan jelas kalau Likha sangat lelah. Azzam kemudian menarik kedua kaki Likha dan menaruhnya diatas pangkuannya. Azzam memijat kaki kekasinya secara bergantian, Azzam juga memberikan air mineral untuk Likha. Saat berada di alam terbuka seperti ini, Likha merasakan air mineral yang diminumnya terasa sangat nikmat. Lalu dia merasa sangat bersyukur masih bisa menikmati seteguk demi seteguk air itu.

"Sayang, sudah berkurang belum rasa lelahmu? kalau sudah berkurang, kita lanjutkan perjalanan kita. Masih ada dua basecamp lagi yang harus kita lewati, setelah itu untuk sampai ke puncak kita hanya membutuhkan waktu satu jam. Sekarang masih jam sepuluh malam, menurut perkiraan kakak, kita akan sampai di basecamp kedua sekitar jam dua belas malam. Kita akan beristirahat sebentar dan kembali melanjutkan perjalanan. Kalau nanti kita tidak terlalu sering beristirahat, kita akan tiba di basecamp ketiga sekitar pukul dua dini hari. Kita bisa beristirahat agak lama disini, karena kita akan naik ke puncak setelah sholat subuh. Setelah itu kita akan bisa melihat sunrise yang sangat indah. Kita dapat melihat betapa indah ciptaan Sang Maha Pencipta.

"Aku sudah siap melanjutkan perjalanan lagi ... semangat ... " Likha tidak mau terlihat lemah dihadapan Azzam. Meski sebenarnya dia sangat merasa lelah sekali dan kakinya benar-benar sakit, ingin rasanya dia berbaring dikasur yang empuk dan menggunakan selimut yang tebal lalu mengganjal kakinya yang terasa pegal dengan bantal. Mereka berdua akhirnya melanjutkan perjalanan, kembali mereka mengobrol sehingga waktu terasa begitu cepat berlalu. Mereka kembali sampai di basecamp ke dua. Satu basecamp lagi, Likha akan bisa berbaring sebentar nanti.

"Tahan sebentar lagi Likha, kamu jangan terlihat lemah didepan mas Azzam." katanya dalam hati. Setiap beristirahat, Azzam akan memijat kedua kaki likha. Lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Setelah berjalan kurang lebih dua jam, mereka akhirnya tiba di basecamp ketiga dan waktu mereka saat ini masih menunjukkan pukul setengah dua dini hari, setengah jam lebih awal dari perkiraan Azzam sehingga mereka bisa beristirahat agak lama.

Azzam segera mendirikan tenda dibawah hamparan kebun teh, dia memilih lokasi yang agak sepi. Mereka bisa memilih tempat karena mereka tiba lebih awal.Setelah tenda berdiri, Azzam segera menarik Likha kedalam dan mereka tidur berdua saling berpelukan. Jantug Likha berdebar sangat kencang, begitu juga dengan Azzam. Tetapi Azzam masih sempat mencuri ciuman dari Likha sebelum keduanya tertidur dengan saling berpelukan.

avataravatar
Next chapter