11 chapter 11 Berkhayal

"Likha, bagaimana tugasmu? berjalan dengan baik kan?" tanya Alicia saat melihat Likha baru saja kembali. Wajah sahabatnya itu terlihat sangat lelah, tetapi Alicia juga melihat benjol di jidat Likha sudah lumayan menghilang meski masih terlihat sedikit samar.

"Iya Alicia, kali ini semua berjalan lancar. Tahukah kamu, siapa tamu kehormatan yang diundang sekolah kita menjadi motivator untuk kita?" Alicia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu aku mandi dulu, lalu akan aku ceritakan hal yang sangat menarik kepadamu." Likha tersenyum samar,dan itu membuat Alicia sangat penasaran.

"Ya sudah, cepatlah mandi dan bercerita kepadaku. Ingat Likha aku menunggumu." Alicia berteriak karena Likha sudah menutup pintu kamar mandi sebelum Alicia selesai berbicara.

"Apa ya kira-kira yang menarik dari bintang tamu itu?" Alicia hanya menduga-duga dan itu membuat kepalanya sedikit pusing. Sedangkan Iren, Dina dan Niken sedang ada perlu membeli buku di luar asrama. Setelah pertandingan persahabatan ini sekolah akan libur selama satu minggu, jadi baik Likha maupun teman-temannya yang lain akan pulang kerumah mereka masing-masing.

Mereka semua sangat merindukan orang tua dan keluarga mereka, begitupun Likha. Dia juga merindukan kedua orang tuanya, juga kedua sahabatnya, Rina dan Dafa. Mereka pasti akan sangat bahagia kalau bertemu setelah berpisah selama ini.

"Likha, ayo segera ceritakan kepadaku!" Alicia sangat tidak sabar, begitu Likha keluar dari kamar mandi dia langsung menagih cerita pada Likha.

"Sebentar Alicia, aku ganti baju dulu. Kamu nggak sabaran amat sich." Likha menggelengkan kepalanya melihat Alicia yang mengerucutkan bibir tipisnya. Dia terlihat sangat imut, teman-teman sekamar Likha memang sangat cantik-cantik. Seolah-olah mereka sengaja dipilih untuk girl band, padahal semua hanyalah kebetulan. Tetapi memang baik Iren, Alicia, Niken, Dina dan Likha sangat cocok jika menjadi sebuah grup, mereka berlima sangat cantik dan imut. Terutama Niken dan Likha yang memiliki tinggi diatas teman-temannya, keduanya seperti foto model.

"Sekarang ceritakan padaku!" Alicia menarik tangan Likha yang kemudian terduduk di depannya.

"Baiklah, kau tahu siapa tamu kehormatan disekolah kita?" tanya Likha yang dijawab gelengan kepala.

"Dia adalah orang yang telah menolongku kemarin. Ternyata motivator kita adalah mas Azzam, orang yang menolongku saat pingsan didepan balkon kamarnya karena kecerobohanku sendiri." mata Alicia membulat sempurna mendengar kata-kata Likha.

"Terus, saat kalian bertemu lagi apakah dia menyapamu?" tanya Alicia penasaran karena Azzam terkenal dingin, sombong dan sangat arogan. Apalagi saat dia memberikan motivasi, dia akan sangat bersemangat tetapi tetapi kesan angkuhnya tidak ketinggalan.

"Bukan hanya menyapaku, dia langsung membawaku kekantin dan mengompres jidatku ini. Jadi apakah berlebihan jika aku mengatakan apa yang aku alami ini adalah sengsara membawa nikmat?" tanya Likha sambil tersenyum pada Alicia. Dia merasa hari ini begitu beruntung.

"Maksudmu bagaimana? apa kau senang jidatmu benjol? kamu sangat aneh tau nggak sih?" Alicia menjadi sewot.

"Bagaimana tidak sengsara membawa nikmat? sedangkan meskipun jidat ku benjol, hari ini ada dua pria tampan yang mengompres jidatku Yang pertama Keenand dan yang kedua mas Azzam. Lalu nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan?" Likha sangat bahagia menerima perhatian dari Azzam dan Keenand, tetapi entah mengapa hati Likha lebih bahagia saat Azzam yang mengobati lukanya. Padahal Azzam mengompresnya sambil memarahinya, tetapi itu semua membuat hati Likha berdebar-debar. Alicia melihat Likha tersenyum-senyum sendiri menjadi bergidik ngeri.

"Likha, kamu tidak sedang kesurupan kan? apa otakmu agak bergeser dari tempatnya saat jatuh tadi? sehingga sekarang kamu jadi setengah gila?" Alicia kemudian memukul tubuh Likha dengan bantal, dia benar-benar takut dengan Likha saat ini.

"Alicia, aku tidak seperti yang kau tuduhkan. Aku tidak gila atau kesurupan, ngawur kamu kalau ngomong! Aku hanya teringat kejadian tadi pagi, so sweet banget kan?" Likha kembali tersenyum sendiri. Kali ini dia berbaring ditempat tidurnya, sementara Alicia bermain dengan ponselnya karena takut pada tingkah laku Likha. Tetapi segera Alicia meloncat dari tempat tidurnya dan kembali menghampiri Likha.

"Likha, apa mungkin kamu jatuh cinta sama Azzam?" pertanyaan Alicia mengagetkan Likha. Dia kemudian langsung bangun dan duduk menghadap Alicia, keduanya kini duduk bersila berhadap-hadapan.

"Aku tidak tahu Alicia, karena aku belum pernah jatuh cinta. Jadi aku tidak bisa memastikannya, karena jatuh cinta seperti apa aku benar-benar tidak tahu." Alicia geli mendengar kata-kata Likha, sudah SMA tetapi Likha tidak tahu rasanya jatuh cinta...

"Kamu kenapa polos sekali sih Likha, besok saat acara pertandingan persahabatan aku akan membuktikan sendiri kecurigaanku. Apakah kamu jatuh cinta sepihak, atau kalian berdua sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sementara itu ditempat lain, Azzam sedang berfikir dia sepertinya tidak begitu mengenal dirinya sendiri sejak bertemu dengan Likha tadi pagi. Entah mengapa dia merasa sangat sebal melihat gadis itu terlalu cuek dengan dirinya sendiri. Azzam tidak rela melihat gadis itu terluka. Padahal sebelumnya, dia tidak suka berdekatan dengan seorang gadis.

Azzam juga tidak suka barang-barangnya disentuh oleh orang lain, tetapi sekarang? dengan spontan Azzam meletakkan Likha ditempat tidurnya. Dia juga memberikan kausnya tanpa berpikir, padahal biasanya Azzam sangat tidak suka kalau ada orang lain yang menyentuh barang-barang pribadinya dan satu lagi, Azzam ingin selalu melihat wajah sendu yang cantik itu. Melihat wajah Likha, membuat Azzam ingin selalu melindunginya.

"Hei gadis kecil, kenapa kau mengusik ketenanganku? besok aku harus menemuimu. Aku benar-benar merasa kehilangan sesuatu saat tidak melihatmu." Azzam sangat frustasi, sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. Apakah dia telah jatuh cinta pada gadis itu? entahlah, yang pasti saat ini Azzam sedang berperang dengan hatinya yang ingin melihat wajah kecil yang cantik itu. Azzam teringat saat Likha memakai kausnya, dia jadi tertawa sendiri.

"Ya Tuhan, apakah aku sudah gila sekarang? perasaan macam apa yang aku alami saat ini? kenapa aku ingin selalu berada didekatnya? tetapi saat dia ada dihadapanku, rasanya aku sangat emosi? apa karena aku menyukainya,?" Azzam berbicara sendiri. Azzam tinggal di mes, jadi dia tidak memiliki teman sekamar. jadi, dia agak merasa kesepian sekarang. Padahal biasanya Azzam lebih senang menyendiri. Diapun mengeluarkan ponselnya dan melihat wajah cantik yang sedang tertidur dengan benjol sebesar bola tenis dijidat gadis itu. Tadi, sewaktu Likha pingsan, Azzam sempat mencuri foto Likha.

Niatnya awalnya untuk lucu-lucuan saja, tetapi sekarang berguna untuk mengobati rasa rindunya pada Likha. Semakin Azzam menatap foto Likha, semakin hatinya ingin bertemu dengan gadis itu. Seandainya waktu bisa terulang kembali, ingin rasanya Azzam ikut berbaring bersama Likha dan dia akan memeluknya, bibir Azzam tersenyum kecut. Dia segera memukul kepalanya sendiri, agar sadar dan tidak berpikir hal-hal yang aneh.

avataravatar
Next chapter