17 (17) Menjalin hubungan.

Di jam istirahat Hana menyantap makan siang nya bersama Alex sahabat baik nya.

Kini Hana sekarang merasa canggung saat bersama Alex. Karna pernyataan cinta itu.

"Hana, kenapa kamu seperti nya menghindari ku?" Alex membuka percakapan.

"Ti_tidak kok, perasaan kamu aja kali," Hana gelagapan.

"Sudah lebih dari tiga hari," Alex mencoba mengingat kan Hana.

"Ah iya. Apa?"

"Jawaban tentang perasaan ku."

"Uhuk uhuk uhuk," Hana tersedak, ia terbatuk-batuk.

"Minumlah," Alex menyodorkan segelas air putih.

Setelah meminum air tersebut, Hana mencoba mengatur nafas nya. Ia bingung harus menjawab apa?...

Tidak mungkin dia menunda nya lebih lama lagi, karna ini sudah hampir sebulan ia terus menunda nya.

"Kalo kamu belum siap untuk menjawab nya sekarang, gak apa-apa di tunda aja dulu," tutur Alex penuh pengertian.

"Enggak, enggak, aku akan menjawab nya sekarang."

"Benarkah?"

Hana mengangguk pelan, ia berpikir sejenak.

Sebenar nya ia tidak tau pasti tentang perasaan nya. Namun, selama ini, ia merasa nyaman saat bersama Alex.

Apa mungkin sebenar nya itu perasaan suka?

"Hana, kok melamun?" Alex membuyarkan Hana dari lamunan nya.

"Ah, maaf. Aku akan menjawab nya sekarang,"

Alex tersenyum, ia menatap Hana dengan pandangan yang begitu mendalam.

"Jawaban nya_" Hana menggantung kata-kata nya.

"Jawaban nya_ Iya." sambil menganggukkan kepala nya.

"Iya?" Alex mencoba meyakinkan lagi.

"Iya! Aku mau jadi kekasih mu!"

"Benarkah?" Alex masih tak percaya.

Hana menjawab hanya dengan sebuah anggukan kecil.

Sebuah senyum manis terukir di ke dua bibir remaja itu.

Alex membawa Hana ke dalam pelukan nya. Sesekali ia mengecup pucuk kepala gadis itu.

Seluruh isi kantin bersorak. Namun, beberapa dari mereka juga ada yang iri hati.

Karna bagaimana pun Alex adalah idola sekolah, sedangkan Hana adalah seorang gadis aneh yang menakutkan menurut mereka. Gadis ber kepribadian ganda, yang kadang ramah dan baik hati, tapi kadang juga berubah menjadi dingin dan pemarah.

Di tengah-tengah kebahagian dua sejoli itu, tiba-tiba ponsel Hana berdering.

Hana melihat ke layar ponsel nya, dan tertera nama indri di sana (putri pemilik toko tempat ia bekerja).

"Iya ada apa kak?" jawab Hana.

"Kamu bisa gak gantiin sif ku ntar sepulang sekolah? Soal nya aku sekeluarga mau ke luar kota. Kamu lembur ya, nanti gaji nya bakal naik dua kali lipat kok," kata Indri di sebrang sana.

"Gimana ya kak, aku sepulang sekolah ada janji ni kak,"

"Yah terserah kamu. Mungkin nanti aku cari pengganti mu," suara nya terdengar agak marah.

"Jangan kak. Baiklah, aku mau gantiin kakak."

"Oke, cepetan ya,"

"Iya kak."

Panggilan pun di akhiri...

"Huuuuffff,,," Hana mendengus.

"Ada apa?" tanya Alex.

"Itu, pemilik toko nyuruh aku gantiin sif nya sepulang sekolah, karna mau ke luar kota. Padahal sepulang sekolah aku ada janji sama Nara," Hana dengan wajah lesu.

"Biar aku yang menggantikan sif nya,"

"Jangan, jangan, gak apa-apa. Nanti biar aku hubungin Nara, biar lain kali aja,"

"Udah gak apa-apa , kamu temui aja Nara. Lagian sekarang aku juga lagi senggang,"

"Beneran gak apa-apa?"

"Iya gak apa-apa,"

"Kalo begitu makasih."

"Sama-sama."

___________________

Sepulang dari sekolah, Alex segera menuju toserba tempat kekasih nya bekerja. Dan Hana segera menuju rumah Nara.

Akhir nya Hana sampai di sebuah rumah yang lumayan mewah tempat sepupunya tinggal sekarang bersama suaminya.

Hana memencet tombol bel di samping pintu rumah tersebut.

Dan tak lama kemudian, terbukalah sebuah pintu itu, dan menampakkan seorang gadis berwajah manis yang tak lain adalah sepupu nya.

Nara mempersilahkan Hana masuk.

"Kamu sendirian?" tanya Hana.

"Iya Han,"

"Dimana suamimu?"

"Jam segini dia kerja,"

"Oooh,"

"Kalo gitu yuk langsung ke kamarku aja," ajak Nara sembari menarik tangan Hana.

Hana pun mengikuti Nara.

"Kamarku di lantai dua, disana," sambil menunjuk ke atas.

"Waah rumah mu besar banget Ra," Hana kagum.

Kedua gadis itu pun melangkah menuju kamar Nara dengan menaiki satu persatu anak tangga.

"Kamu tunggu disini ya, aku ambilkan minum sama camilan dulu," ucap Nara menyuruh Hana menunggu di kamar nya.

"Iya," Hana menuruti nya.

Beberapa saat kemudian, Nara datang dengan membawa sebuah nampan yang berisikan dua gelas jus avocado dan satu toples kue coklat di dalam nya.

"Kamu sendirian di rumah sebesar ini?"

"Iya Han,"

"Asisten rumah tangga?"

Nara menggeleng.

"Kamu kan lagi hamil, kamu seharus nya jangan kecapean,"

"Gak apa-apa Han, itung-itung olah raga," Nara tersenyum kecut, terlihat jelas kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu.

"Indra memperlakukan kamu dengan baik kan?" Hana memicingkan mata nya menyelidik.

Air mata Nara menetes, ia tak dapat berkata apa-apa.

"Benar kan dugaan ku, dia pasti jahat sama kamu,"

"Jangan bilang-bilang sama Mama ya Han, aku gak mau Mama khawatir dan sedih,"

"Ayok pulang aja, ngapain disini kalo suami mu jahatin kamu terus,"

"Enggak Han jangan, bagaimanapun aku cinta sama mas Indra. Dan anak di kandungan ku butuh seorang ayah. Aku gak mau anakku lahir tanpa ayah, aku yakin suatu saat nanti mas Indra pasti akan berubah."

Air mata Hana ikut menetes, ia tak dapat berkata apa-apa lagi. Karna yang di kata kan Nara ada benar nya juga.

"Janji ya Han, jangan kasih tau Mama," Nara kembali memohon.

"Sampai kapan Ra?"

"Selama nya, sampai mas Indra mau nerima aku dan anak ini," sambil mengelus perut nya yang kini masih rata.

Hana menarik tubuh Nara, ia memeluk sepupu nya yang sangat ia sayang.

Kedua gadis itu tenggelam dalam kesedihan.

Kedua nya menangis sesenggukan.

Tak terasa hari sudah sore, kini waktu nya Hana ke toserba untuk menggantikan Alex.

"Ra, aku kerja dulu ya. Kalo misal nya Indra menyakitimu lagi, hubungi aku ya. Aku cincang-cincang tuh orang, sudah berani menyakiti sodaraku,"

"Iyaaaa, Hati-hati di jalan ya Han,"

"Iya."

Hana pun berlalu dari rumah Nara. Ia pun bergegas menuju toserba untuk mengganti sif kekasih nya.

Bus terus melaju, Hana merasa kelelahan dan mengantuk, mata nya sulit ia buka. ia terus menguap.

"Aku tidur sebentar saja, ini juga lumayan masih jauh dari toserba." batin Hana.

Hana pun mulai tertidur perlahan.

Hana mengerjap kan mata nya. ia terbangun dari tidur nyenyak nya, saat seorang pria paruh baya membangunkan nya. yang tak lain adalah supir bus.

"Dek bangun, kita sudah sampai di pemberhentian terakhir," kata supir bus membangunkan Hana.

"Apa pak? pemberhentian terakhir?" Hana menoleh kesana kemari. ia terkejut saat mendapati hari sudah gelap. ia melihat jam di ponsel nya, jam menunjukkan pukul 21.30.

"Iya neng, silahkan keluar. saya akan ke terminal,"

"Ah baiklah pak, maaf pak saya ketiduran." Hana bergegas turun dari bus, dan bus pun mulai melaju meninggalkan nya di pinggir jalan raya.

"Bagaimana bisa aku ketiduran sampai petang begini?, Aaaah ya tuhan, tas ku. tas ku ketinggalan di dalam bus tadi," Hana mencoba mengejar bus. Namun, percuma saja, Bus sudah tidak terlihat lagi.

"Hari ini benar-benar sial, aku gak tau ini dimana? untung handphone ku gak aku taruh di tas. jadi aku akan menghubungi Alex. meminta nya untuk menjemputku kesini," Hana mencoba menghubungi kekasih nya itu. Namun, tiba-tiba ponsel nya mati karna kehabisan baterai.

"Haaaiiiissss, matilah aku."

Hana melangkah kan kaki nya. ia sudah putus asa, ia benar-benar harus pulang dengan jalan kaki, karna uang nya ada di dalam tas tadi. dan kini ponsel nya juga mati.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter