webnovel

Mencoba Menciptakan Kenangan Indah 

"Oke, aku akan melihatnya." Dina Baskoro mengangguk dan segera memeriksanya.

Teddy Permana penasaran, jadi dia mengikuti Dina Baskoro tanpa sadar.

Kemudian Rahmi menyalakan monitor dan membuka file rekaman video yang baru saja dipulihkan lalu menekan spasi, dan video diputar.

Kemudian, Dina Baskoro melihat apa yang telah terjadi hari itu.

Tak lama setelah Ajeng meninggalkan ruangan, sesosok tubuh menyelinap ke dalam kantor.

Meskipun kamera CCTV tidak berdefinisi tinggi, Dina Baskoro masih mengenali sosok itu ketika melihatnya.

Sosok licik itu adalah Indah Permata.

Setelah kamera beralih ke dalam, Indah Permata mencari meja Ajeng dan menemukan selembar kertas di mejanya.

Kemudian, dia terlihat mengeluarkan kertas lain yang sudah disiapkan dari sakunya dan menukarnya dengan kertas yang ada di meja.

Kemudian Indah Permata keluar lagi.

Setelah meninggalkan ruangan, Indah Permata mungkin merasa tidak aman, kemudian berdiri di koridor dan terlihat ragu-ragu sejenak dan kemudian tiba-tiba merobek kertas yang telah ditukarnya tadi.

Indah Permata merasa dia harus menghilangkan bukti, lalu membuang kertas robek itu ke tempat sampah dan kemudian pergi.

Setelah melihat seluruh rekaman video itu, wajah Dina Baskoro menunjukkan ekspresi yang tidak bisa ditebak.

Meskipun sebenarnya Dina Baskoro sudah tahu semua itu pasti ulah Indah Permata atau Renata Sanjaya. Tetapi melihat kertas yang dia tulis dengan sangat mudah robek, Dina Baskoro masih merasa sangat marah.

Indah Permata ini, maling teriak maling, sangat memalukan.

Teddy Permana menyingkir, jelas merasakan perubahan pada wajah Dina Baskoro. Bibir tipisnya terbuka sedikit, hampir menanyakan sesuatu, tetapi ketika melihat ekspresi Dina yang tidak bisa ditebak, Teddy Permana menelannya kembali.

Dina Baskoro berada dalam kondisi yang buruk saat ini, bahkan jika Teddy Permana bertanya, dia mungkin tidak mendapat jawaban apa-apa.

Benar saja, setelah Dina Baskoro selesai menonton rekaman video itu, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, membiarkan Rahmi menyelesaikan salinan rekaman videonya dan mengembalikannya pada Dina Baskoro lagi.

Rahmi benar-benar melakukannya dalam waktu yang singkat tanpa mengubah rekaman video itu sama sekali.

Dina Baskoro kemudian mengambil barang-barang nya dan rekaman video itu dan tidak lupa mengucapkan terima kasih, "Terima kasih, Rahmi."

Setelah berbicara, Dina Baskoro menyerahkan Rahmi beberapa bungkus makanan yang dia pesan dari restoran tadi.

"Ini rasa terima kasihku karena sudah membantuku mengembalikan rekaman video itu. Mumpung masih panas. Kamu bisa makan segera."

Rahmi terkejut dan tidak menyangka Dina Baskoro menjadi begitu sopan, dan tiba-tiba sedikit tersanjung. "Terima kasih, Bu Dina."

Dina Baskoro tersenyum, lalu menoleh ke belakang, menatap Teddy Permana dengan wajah lembut.

"Kamu sudah tinggal di luar rumah selama berhari-hari, apakah kamu tidak ingin pulang untuk satu malam saja?"

Teddy Permana menolak tanpa berpikir, "Tidak, aku masih akan tinggal disini."

Dina Baskoro kemudian dengan enggan bertanya lagi, "Apakah kamu yakin tidak akan kembali?"

Teddy Permana tidak menjawab.

Dina Baskoro tiba-tiba menjadi marah dan pada akhirnya, Dina Baskoro tidak punya pilihan lain selain berkata, "Oke, jika kamu tidak pulang, maka aku akan tinggal di sini juga!"

Setelah Dina Baskoro selesai berbicara, dia duduk di sofa dengan ekspresi wajah yang kesal.

"Dina Baskoro..." Teddy Permana mengerutkan kening tanpa daya, dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Jangan membuat masalah, kamu harus pulang untuk tidur."

Dina Baskoro memilih untuk tidak mendengarkan, tapi tersenyum kecut pada Teddy Permana. "Aku tidak mau pulang. Aku sudah bilang, jika kamu tidak pulang aku juga tidak akan pulang, itu semua pilihanmu sendiri."

Teddy Permana menghela nafas merasa benar-benar tidak bisa membuat Dina Baskoro berubah pikiran keras kepalanya.

Pada akhirnya,Teddy Permana berkata, "Tunggu di sini, aku akan mengambil kunci mobil dan jaket, aku akan kembali sebentar lagi."

Ketika Teddy Permana berbalik, dia melirik ke arah meja komputer Rahmi dan mengedipkan mata padanya.

Rahmi melihat kedipan mata Teddy Permana dan mengerti maksudnya, lalu mengangguk sebagai tanggapan.

Teddy Permana mungkin ingin Rahmi menyelidiki kejadian barusan karena mereka baru saja menonton sebuah rekaman video CCTV kampus Dina Baskoro.

Setelah beberapa saat, Teddy Permana keluar dengan jaketnya dan mengajak Dina Baskoro pulang.

Sepanjang jalan, Teddy Permana terlihat cuek, seolah tidak ada yang mau dikatakan.

Perasaan Dina Baskoro cemas, tapi ini akhirnya kesempatannya untuk berduaan dengan Teddy Permana lagi. Bagaimana dia bisa melepaskannya.

Lalu kemudian Dina Baskoro mencoba mencari topik pembicaraan dan berkata, "Teddy Permana, kamu melihat cuaca yang begitu bagus hari ini, mengapa kita tidak pergi jalan-jalan bersama?"

"Tahukah kamu? Melihat pemandangan malam di gunung dengan bintang malam itu sangat indah," cuit Dina Baskoro.

Teddy Permana menatap Dina Baskoro dan tidak terlihat tertarik, "Tidak mau."

Tapi Dina Baskoro tidak menyerah pada, memegang lengan Teddy Permana dengan erat dan berkata dengan genit , "Teddy Permana, aku benar-benar ingin melihat pemandangan gunung malam ini. Kamu tinggal bersamaku malam ini, oke? "

Teddy Permana tidak tahan lagi, setiap kali Dina Baskoro bertingkah manja seperti ini, Teddy Permana seperti kehilangan kemampuan untuk menolak.

Kemudian dengan terpaksa Teddy Permana harus mengubah rute perjalanan dan pergi ke Gunung Bintang Malam.

Namun, melihat pemandangan malam di sepanjang jalan, mata Dina Baskoro tiba-tiba terpejam tanpa sadar, "Gunung Bintang Malam... Tempat itu, Teddy Permana pernah membawaku ke sana di kehidupan sebelumnya."

Pada saat itu, Teddy Permana sangat memanjakannya, menyayanginya, dan menghabiskan semua waktunya untuk membuat Dina Baskoro bahagia.

Sangat disayangkan bahwa Dina Baskoro pada saat itu tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dan hal itu sangat melukai hati Teddy Permana.

Dina Baskoro tiba-tiba merasa sangat bersalah dan tidak bisa menahan air matanya.

Kemudian, Dina Baskoro berpikir dengan tegas di dalam hatinya, karena dia telah menyakiti Teddy Permana di tempat itu di kehidupan sebelumnya, dalam kehidupan kali ini, Dina Baskoro akan menciptakan kenangan yang indah untuk mereka berdua.

Memikirkan hal itu, Dina Baskoro semakin memluk erat lengan Teddy Permana dan kemudian memaksa air mata di matanya untuk tidak menetes.

Teddy Permana merasa ada yang tidak beres dengan Dina Baskoro, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Kemudian mobil tidak terasa sudah sampai di Gunung Bintang Malam. Kemudian keduanya turun dari mobil.

"Wow!" Dina Baskoro seperti anak kecil, turun dari mobil dan berseru.

Cahaya bulan malam itu sangat indah.

Ada bunga berwarna-warni di sekelilingnya dan kunang-kunang yang bersinar di langit malam.

Seakan-akani gambar seperti itu hanya muncul dalam dongeng.

"Teddy Permana, kemari dan lihatlah, sungguh indah!" Dina Baskoro melihat pemandangan malam itu dan menjadi bersemangat, lalu kembali menarik Teddy Permana untuk melihatnya.

Pada saat itu, sudut tempat mereka berdiri kebetulan bisa melihat langsung pemandangan malam seluruh kota. Pemandangan malam di kota itu begitu mempesona, ribuan lampu seolah ditenun menjadi jaring mimpi raksasa, keindahannya begitu memesona dan mengagumkan.

Dan ketika Teddy Permana mengangkat kepalanya, dia bisa dengan jelas melihat cahaya bintang di atas kepalanya, tanpa sedikit pun awan bintang-bintang berkilauan di malam yang gelap.

Dan melihat lebih jauh lagi, terlihat Bima Sakti di langit malam itu.

Secara keseluruhan, semuanya indah.

Dan sebenarnya di kehidupan sebelumnya, Dina Baskoro pernah melihat pemandangan yang begitu indah seperti ini, tetapi dia tidak pernah memperhatikan.

Dalam kehidupan ini, semuanya masih sama, tetapi dia bukan lagi Dina Baskoro yang sebelumnya.

Next chapter