webnovel

Sesuatu Yang Baru

"Mak alisnya jangan terlalu hitam ya," pinta sari ke ibunya.

 "iya mak tau, kan mak yang melihat bagus atau nggak diwajah kamu," sahut ibunya.

"Habis Sari lihat alis mak sehari-hari tebal dan hitam banget," ucap Sari khawatir.

"Mak kan sudah mak-mak jadi harus agak tebal kalau dandan," sahut ibu Sari yang nampak mahir memoles wajah anak gadisnya.

"Sari ga mau tebal-tebal mak, malu sama teman-teman," Sari makin ragu akan hasil riasan ibunya.

"Tenang aja, gini-gini mak juga tahu riasan anak jaman sekarang," jawab ibu Sari meyakinkan.

Akhirnya kurang lebih seperempat jam ibu memoles wajah sari dengan alat make up andalan yang seadanya, tak disangka hasil riasan ibu cukup indah dipandang mata, Sari nampak berubah walau hanya dengan polesan tipis-tipis di wajahnya, bibirnya yang berwarna pink redup membuat senyumnya terlihat manis, dan rambutnya yang di sanggul ala pramugari memberikan kesan elegan pada penampilannya hari ini.

Hari ini hari perpisahan disekolah sari, kelulusan yang ditunggu-tunggunya tiba, dan yang sari tunggu sebenarnya bukan hanya kelulusannya saja,tapi dia sangat menunggu momen dimana dia akan merantau ke kota untuk memulai kehidupan barunya, iya sari sudah tidak sabar bisa bekerja di kota dan bisa punya uang sendiri sehingga dia bisa membeli apapun keinginannya tanpa harus menyusahkan orang tuanya.

"Hai sari," sapa Fani

Sari terpesona melihat sahabatnya hari ini, ia tampak begitu cantik.

"Wah kamu cantik banget Fani, aku jadi pangling lho lihatnya," puji sari ke sahabatnya.

"Ah masa sih, makasih Sari, ini tadi aku dandan di salon langganan mamah aku, btw kamu juga cantik banget, beda banget,"  fani balik memuji sahabatnya.

Sari hanya tersenyum menanggapi pujian dari fani, karena dalam hati kecil Sari merasa kalau riasannya hari ini sangat sederhana dibanding semua teman-temanya yang ada di sini, tapi Sari tetap bahagia dan bersyukur walaupun dia tidak mampu pergi ke salon setidaknya ibunya sudah mau membantunya tampil lebih baik di hari terakhir bersama teman-teman SMA nya.

Acara demi acara berlangsung, dari acara hiburan hingga acara perpisahan yang diiringi salam-salaman bersama guru-guru yang diwarnai haru para murid dan tak sebagian dari mereka meneteskan air mata.

Begitu pun tampak Sari dan Fani berpelukan, mereka saling menguatkan satu sama lain, tak disangka yang setiap harinya mereka selalu bersenda gurau, sebentar lagi akan berpisah, dan berjauhan untuk mengejar impian mereka masing-masing.

"Sari kamu jangan lupain aku ya," rengek Fani memeluk Sari.

"Kamu juga ya Fan, meskipun kita ga ketemu tiap hari lagi, tapi Aku mau kita tetap bersahabat," Sari ikut merengek dan memeluk Fani 

"Ingat ya kalo kamu udah sukses kamu jangan lupain aku," tak terasa air mata Fani mengalir di pipinya.

"Aku ga mungkin lupa, kamu sahabat terbaikku Fani," Sari ikut terharu dan juga meneteskan air mata.

Rasanya baru kemarin Sari mendaftarkan diri di SMA ini, tapi sekarang Sari akan segera meninggalkan bangunan yang menyimpan banyak kenangan ia bersama sahabatnya Fani, tapi disatu sisi ada perasaan lega dan dahaga di hati Sari karena telah bebas dari tugas yang wajib baginya di setiap hari ini.

'Akhirnya selesai juga perpisahan hari ini,' gumam sari menatap dirinya di depan cermin kesayangannya.

Ya cermin yang sudah tidak mulus lagi tapi cukup bisa menjadi teman bagi dirinya bercerita, " kalau bisa besok aku ikut mba Leni ke kota, aku pasti mau banget, secara apalagi yang ku cari disini, sekolahku sudah tamat, dan laki-laki yang kusukai pun sudah bikin aku patah hati," Sari mengadu pada cermin bisunya.

Sari teringat akan kejadian tadi pagi ketika ia ke warung hendak membeli peniti untuk kain kebayanya, kejadian yang membuat moodnya berantakan, laki-laki yang di kaguminya selama ini ternyata sudah punya kekasih, hmm siapa lagi kalau bukan Sandi anak pak Wawan.

Tak sengaja Sari mendengar percakapan Sandi di telepon selulernya pagi tadi, ia terdengar berbicara dengan seorang wanita di seberang sana, dan suaranya terdengar lembut dan manja tak lupa kata sayang yang diucapkan berulang di percakapan mereka, meskipun polos tapi cukup paham bagi Sari kalau wanita di telepon itu kekasihnya Sandi, Sari harus menerima kenyataan kalaunya cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Sarii...," Suara ibu menyadarkan lamunan Sari, ia pun segera memperbaiki mimik wajahnya yang sedikit sedih.

"iya mak," Sari bergegas keluar kamar mendekati ibunya.

"kamu benahi barang-barangmu, siapkan mana yang penting bagimu, masukkan dalam tas ini!" ibu sari memberikan tas berukuran sedang, yang pas untuk orang yang akan bepergian beberapa hari.

"Lho memangnya mba Leni uda datang ya mak?" Sari tak hanya bertanya tapi juga berharap.

"iya, besok kamu berangkat ikut dia, di tempat kerjanya sedang butuh karyawan menggantikan temannya yang pulang kampung karena mau nikah, jadi butuh cepat, kesempatan buat kamu ni," jawab ibu menyemangati.

"Iya mak, tapi kan sari belum terima ijazah mak?"

"Kalau ada yang bawa nggak perlu pakai persyaratan lengkap sudah langsung bisa kerja, itulah namanya dunia kerja, istilahnya ada ORANG DALAM," sahut ibunya sari.

Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Sari, yang diharapkannya sekarang benar-benar terjadi akhirnya besok dia akan pergi ke kota.

"yeay.. good bye kampung halaman," sorak Sari kegirangan dalam hati.

'Hmm.. kira-kira nanti di kota aku bakal ketemu cowok idaman ku nggak ya, semoga aja aku bisa ketemu sama cinta sejatiku yang bisa mengobati patah hati ku gara-gara si Sandi yg sudah membuat hatiku hancur,' Sari mencurahkan kesedihannya sambil meremas bantal gulingnya. "oke malam ini aku harus tidur cepat supaya besok pagi aku bisa bangun lebih awal karena besok aku akan memulai perjalanan yang panjang, ya perjalanan di Bis menuju Kota dan perjalanan hidupku mencari cinta sejatiku, good night.' gumam sari mematikan lampu dan memejamkan matanya yang sudah tidak sabar menunggu esok.

*Perjalanan di Bis*

"Sari bangun, kita sudah sampai!", Mba Leni menggoyang-goyangkan badan sari yang hampir selama perjalanan selalu tertidur

Ya begitulah Sari jangankan perjalanan jauh, dari pasar ke rumah saja diangkot dia bisa ketiduran ckckck

"eh iya mba, maaf sudah sampai ya?" Sari menyadarkan dirinya dan segera bangkit dari kursi bisnya yang joknya sudah melengkung karena kelamaan diduduki

"Iya ayo turun bawa tas mu, kita mau sambung naik kendaraan ke rumah kontrakan mba ya," suruh mbak Leni dengan lembut

 "oh iya mbak." sari bergegas

Belum lama turun dari bus mereka sudah masuk lagi kedalam mobil pribadi yang akan membawa mereka ke kontrakan mbak Leni, dibelakang mobilnya ada tulisan angkutan online, "ooh ini ya yang katanya angkutan online yang sudah menyebar di kota-dikota itu," Sari menebak sendiri dalam hatinya.

"Makasih ya pak." teriak mba Leni ke supir mobil itu

"ayo Sari, ini rumah mbak, kamu istirahat dulu ya semalam disini, besok baru mbak antar ke asrama tempat kamu kerja," ajak mba Leni 

" oh iya mbak, makasih mbak," sari segera membawa tas ke dalam rumah mba Leni

rumahnya sederhana kamarnya ada dua, bisa ditumpangi Sari satu, karena mbak Leni dan suami belum punya anak, jadi kamar satu hanya jadi tempat barang-barang saja.

"Istirahat dulu sari, kalo sudah tidak terlalu capek kamu mandi, habis itu istirahat nanti mbak belikan makan, ini mbak mau keluar dulu sama suami ya."

"ok mbak, maaf merepotkan ya mbak," ucap sari segan.

Tiba tiba..Bukk….

"Aww,"  rintih sari kesakitan dan kaget karena seperti ada sesuatu yang jatuh menimpa kepalanya

"eh maaf ada orang ya di bawah, aduh maaf nggak sengaja aku pikir nggak ada orang tadi," sahutan suara dari atas pohon mengagetkan sari

Sari terdiam menunggu lelaki itu turun dari pohon dan meminta maaf secara langsung kepada dirinya

"maaf mbak saya nggak sengaja, tadi mau masukin dalam kantong eh malah jatuh kena mbak nya," lelaki itu menyodorkan tangan kanannya ke arah sari

dan betapa terkejutnya sari melihat wajah lelaki yang ada di depannya ternyata tampan sekali, wajah sari langsung pucat karena grogi 

"eh, iya nggak apa-apa saya maafin kok kan nggak sengaja," jawab sari yang juga menyodorkan tangan kanannya ke depan menerima ajakan salam dari lelaki itu

'Wah kok ada ya makhluk setampan ini di bumi, kalau gini Sandi enggak ada apa-apanya, aku ralat deh nggak jadi ahh patah hati karena dia,' Sari berbicara dalam hatinya sendiri.

"Ini buah buat kamu sebagai permintaan maaf aku," lelaki itu memberikan satu plastik kecil ke sari

 "Oh makasih banyak ya, wah.. mangganya cantik sekali ya," sari kegirangan

 "iya sama cantik kaya orang yang menerimanya," gombal lelaki itu

Deg… muka Sari memerah, ia belum pernah dipuji lelaki sebelumnya, bahkan ia pun jarang ngobrol dengan lelaki, selama ini ia hanya berani mengagumi dan melihat dari kejauhan saja lelaki yang ia sukai.

Tring...tring..tring..

Alarm sari berbunyi nyaring, sehingga mengagetkannya dan membuat tidur indahnya terbangun, hmm hanya mimpi rupanya, keluh sari di dalam hati..'tapi katanya kalau mimpi dikasih buah atau bahkan dapat buah atau makan buah itu tandanya bakal dapat keberuntungan wahhh semoga ini pertanda keberuntunganku,' harap Sari dalam hati optimis.

*Salon permata beauty*

"Kenalkan ini Sari, dia bawaannya mbak Leni dia akan training disini, dan kalau sudah pandai akan saya pindahkan ke cabang yang baru," Bos memperkenalkan Sari kepada karyawan salonnya yang sudah senior

"Dan ini ada Dita, Ica, dan Wati juga, mereka dari jawa bawaan tetangga saya yang akan di training berbarengan sama Sari ya, semoga kalian berempat cepat pandai dan kompak ya biar segera ditempatkan dicabang yang baru", ujar sang Bos memberi arahan kepada empat karyawan mudanya yang akan ditempatkan di bisnis salonnya yang baru kebetulan di Mall mewah yang sedang Hits, makanya butuh karyawan  yang masih muda-muda dan masih segar.

Hari ini Sari memulai aktivitas barunya, ya belajar tentang dunia perawatan kecantikan di Salon tempatnya bekerja, Sari tak menyangka kalau ia akan bekerja di Salon, dia sangat antusias karena pada dasarnya sari memang senang melihat diri didepan cermin, membelai-belai rambutnya, dan sekarang dia berada diruangan dimana kanan dan kiri sisi ruangannya dilengkapi cermin-cermin besar nan cantik, dan yang pasti mulus tidak seperti cermin kesayangan Sari yang ada di kamar rumah kampungnya, eits biarpun begitu cermin itu tetap kesayangan sari hihi.

Sari menikmati aktivitas barunya, ia pun cepat membaur bersama teman-teman barunya, padahal dulu sehari-hari kalau di kampung dia gadis yang minderan dan kurang pede, tapi sedikit demi sedikit dia belajar untuk percaya diri, Sari bersama keempat temannya giat belajar jika sedang di training centre, mereka bersaing ingin cepat pandai, karena kalau cepat pandai, cepat juga mereka akan mendapatkan customer, dan yang pasti cepat juga dalam peningkatan gaji mereka.

Tak terasa tiga bulan berlalu, itu pertanda masa training mereka berakhir dan mereka berempat akan segera pindah ke Mall hits dimana tempat mereka bekerja sebenarnya.

"wah, akhirnya kita selesai juga ya trainingnya," ucap Dita lega

"iya gak terasa sudah tiga bulan kita di tempat ini ya," sahut wati

"semoga kita betah ya di tempat baru kita nanti, dan kita selalu kompak,"Sari menyemangati

"hmmm, tapi kalian bosan nggak sih, tiga bulan ini kita tu taunya cuma salon tempat kita training, trus asrama kita, bolak-balik itu-itu aja bosen nggak sih??" Ketus Ica mengompori teman-temannya

"Iya, lumayan bosan sih tapi mau gimana lagi kita kan masih baru jadi ya belum tau kemana-mana," sahut Dita

"Iya bener, bentar lagi kan kita bakal pindah ke Mall, apalagi Mall nya hits banget lho, wah pasti banyak cowok-cowok ganteng tu disana," Wati mulai memperlihatkan sisi kecentilannya

"Sabar aja, kalo kita sudah dapat gaji lebih baru kita jalan-jalan biar nggak bosan, kan tiga bulan ini kita dapat uang sakunya masih pas-pas banget," Sari menenangkan kawan-kawannya

"Bener tu wati, dah lama ni enggak nampak cowok-cowok ganteng biar agak segeran ni mata," sahut Ica semangat.

Mereka berempat sejauh ini terlihat kompak dan saling mensupport satu sama lain, kalau dilihat-lihat mereka bukan gadis yang jelek, hanya saja mereka berempat masih sangat polos, ups ralat sepertinya bukan berempat tapi bertiga, berbeda dengan Ica sepertinya Ica agak terbiasa dengan alat make up dan dia pun cukup mahir dalam memoles wajahnya agar terlihat menarik, sehingga membuat Ica lebih terlihat menonjol ketimbang teman-temannya yang lain.

Next chapter