webnovel

Ujian semester 2

" Oh... jadi bapak kepsek yang menggantikan pak Baskoro, saya kesini mau ulangan" ucapnya cuek. Dia lalu melangkah ke meja yang sudah disiapkan dengan gaya tomboynya.

Rendi yang menatapnya sejak tadi tersenyum penuh arti, dia lalu bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri Kelly.

" Memangnya kamu sudah siap ulangan?, trus buat apa kertas sama pulpen kau bawa segala?" Ucapnya.

"Yaela pak... buat nulis lah, bapak ini beneran kepsek ato mahasiswa yang nyasar sih?,gitu aja pake ditanya." balas Kelly jengkel. Dasar menyebalkan, dia pikir aku takut apa dengannya? awas saja kalau dia ngerjain aku!! gerutunya dalam hati.

Rendi hanya tersenyum melihat wajah Kelly mulai memerah kesal seperti tomas rebus. Dia memang sengaja memancing reaksi Kelly hanya untuk mengetes apakah laporan guru-guru itu benar. Dia juga ingin memberi sedikit rasa jera atas tingkahnya yang kurang beretika itu.

Sebagai seorang anak dari pengusaha yang memiliki berbagai macam perusahaan baik dalam bisnis maupun bidang pendidikan, Rendi sengaja memilih yayasan pendidikan untuk dia kelola. Dia juga memilih untuk terjun langsung dalam memantau sejauh mana pendidikan di yayasannya itu berjalan, dan mengingat ada beberapa tingkatan pendidikan yang berada dalam naungan yayasan yang dikelolanya mulai dari play group, tk, sd, smp,sma sampai perguruan tinggi sehingga dia memilih salah satu untuk dia kelola sendiri dan yang lainnya dia serahkan kapada orang-orang kepercayaanya. Karena dia lulusan dari Bimbingan Konseling dan cenderung senang mendidik dan membimbing anak-anak remaja sehingga dipilihlah sma. Dan benar saja, setelah mendapat laporan terbaru dari para staf dan guru-guru sekolah itu kalau ada salah satu siswa yang perlu bimbingan khusus, maka dia memindahkan kepala sekolah lama ke sekolahnya lain dan langsung menggantikannya.

" Kamu pede sekali mau menulis, aturan disini adalah setiap siswa yang mengikuti ujian diruang kepsek maka ujiannya itu lisan!"

Ucapan Rendi sukses membuat mulut Kelly ternganga, matanya melotot tajam kearahnya yang bersandar santai disisi meja kerjanya.

"Apa..!!? Heh pak! itu aturan dari mana? jangan mentang-mentang bapak kepsek disekokah ini bapak bisa seenaknya buat peraturan itu ya. Aku ga mau ujian lisan!" ucap Kelly marah-marah.

" Terserah kamu saja, tapi yang jelas itu aturan resmi dariku sebagai kepsek dan tidak ada satupun yang bisa membantahnya. Dan menolak aturan bararti melawan kebijakan sekolah dan kalau melawan kebijakan hukumannya adalah dikeluarkan." Jelasnya sambil terus mengawasi reaksi Kelly.

Gadis itu semakin kesal, giginya menggertak saking emosi. Dia tidak pernah diancam seperti itu. Benar-benar orang ini, cari gara-gara denganku. Liat aja nanti akan kupastikan dia dicopot dari jabatannya itu. Ancamnya dalam hati.

"Ok kalau sekarang kamu sudah siap, kita bisa mulai ujiannya". Ucapnya sambil duduk dikursinya dengan santai.

Kelly yang masih mengumpat dalam hati hanya bisa terdiam. Rupanya ancaman Rendi mempengaruhinya. Dia juga tidak mau sampai dikeluarkan cuma gara-gara dia skip ujian sehari itu saja. Sehingga mau tidak mau dia berjalan dengan malas menuju meja Rendi dan mulai duduk. Sebenarnya Kelly termasuk anak yang lumayan pintar cuma karena sikap arogannya itu yang membuatnya banyak menyebabkan masalah ditambah dukungan dan kasih sayang orangtuanya yang selalu membela apapun yang dia lakukan sehingga dia menjadi apatis dan semena-mena terhadap orang lain.

" Baik, pertanyaan pertama". Rendi memulai pertanyaannya. "Jam berapa kau bangun pagi ini?"

"Hah..?Itu pertanyaan apa pak? tanya Kelly heran plus bingung.

" Jawab saja, anggap itu pertanyaan pembuka" ucap Rendi datar. Mulut Kelly mencibir bergerak meniru ucapan Rendy. Melihat itu Rendi melototkan matanya.

" jam 7" ucap Kelly dengan cuek sambil melihati kukunya.

"Oh... pantas saja kamu terlambat kesekolah" ucap Rendi. Kelly hanya mendesah jengkel. Rendi lalu menyodorkan amplop kearahnya.

Gadis itu semakin bingung.

" Ini apa?" tanyanya singkat. Dia lalu membukanya mulai membacanya. Keningnya berkerut.

"Apa-apaan ini pak, kenapa harus ada surat peringatan segala?! ucapnya tidak terima, mata indahnya melotot tajam kearah Rendi.

" Kamu tidak ada hak untuk protes, seperti yang saya bilang kalau aturan yang dibuat itu mutlak dan seluruh siswa wajib menerimanya. Saya mau besok orang tuamu datang. Kalau tidak, silahkan minta surat pindah dibagian TU dan dengan senang hati saya akan menandatanganinya. Jawabnya dengan tatapan tajam.

'Sial, berani-beraninya dia mengancamku, emangnya dia siapa?!. Baru jadi kepala sekolah rendahan aja uda belagu'. Umpat Kelly dalam hati. Dia lalu berdiri dan berniat meninggalkan tempat itu, dia gerah berlama-lama bersama kepsek menyebalkan itu.

" Mau kemana kamu!? duduk..!! Perintah Rendi tegas. Kelly jadi semakin kesal, tapi dia kali ini tidak bisa melawan karena ancaman Rendi sukses membuat nyalinya ciut. Dia duduk kembali dan berusaha menahan emosinya agar tidak meledak. Dia benar-benar tidak suka dengan pria yang ada didepannya itu.

Rendi kemudian membuka catatan soal yang diterimanya dari guru bidang study Kelly. Sebenarnya aturan ujian lisan untuk siswa terlambat itu tidak ada, hanya saja karena memang dia ingin menangani sendiri siswa yang telah lama meresahkan seantero sekolah itu. Dia tidak menyangka kalau siswa ini ternyata memang sangat arogant, tidak heran kalau seluruh bawahannya angkat tangan menghadapi tingkahnya. Tapi dia tidak sepenuhnya menyalahkan siswa, karena ada banyak faktor penyebabnya seperti pergaulan,lingkungan dan orang tua. Rendi juga belum sempat mengetahui seluruh latar belakang Kelly, dia hanya tau kalau Kelly adalah anak dari seorang pengusaha terpandang. Sehingga pantas saja kalau sikapnya Angkuh. Tapi bukan Rendi namanya kalau hal seperti ini tidak bisa dia tangani. Dia tersenyum simpul sambil sesekali mencermati gerak gerik Kelly yang terlihat sudah gelisah ditempat duduknya.

" Kalau kamu mau keluar silakan, tapi jangan pernah kembali lagi kesekolah ini" ucapnya tenang sambil memperbaiki posisi duduknya.

Kelly hanya bisa menelan kembali amarahnya, 'lagi-lagi dia mengancam,bener-bener sialan nih orang' umpatnya kesal dalam hati.

" Aku hanya mau keluar sebentar" respon Kelly. Dia tiba-tiba ingin sekali kencing saking tegang dan marahnya dengan Rendi. Dia lalu bangkit dari duduknya.

" Duduk.!". Perintah Rendi, tapi Kelly masih berdiri mematung. " Saya bilang duduk..!! kali ini suaranya sedikit membentak membuat Kelly refleks duduk teratur. Tapi perutnya sudah mulai tidak nyaman karena sejak tadi menahan kencing. Dia menjadi semakin gelisah.

" Pak, aku cuma mau kewc sebentar masa itu aja ga boleh" ucapnya cemberut kesal. Rendi mengangkat kedua alis tebalnya paham.

" Kamu tidak perlu keluar ruangan, dipojok belakang sebelah kiri ada wc". Karena sudah tidak tahan lagi, Kelly langsung berdiri lalu segera berlari menuju tempat itu. Rendi hanya menggeleng melihat tingkahnya. Dia lalu kembali membaca file yang sudah bertumpuk di mejanya.

"Akhhhhh....!!!" tiba-tiba terdengar teriakan dari arah wc. Rendi serta merta bangkit dan berlari menuju sumber suara itu.

" Kamu kenapa teriak, ada a...? Ucapan Rendi tertenti seketika karena Kelly tiba-tiba menghambur dan memeluknya erat.

" Deg..!" sesaat ada yang aneh dengan detakan jantungnya.

" It..itu, a..ada cicak di dinding". ucap Kelly ketakutan, wajahnya pucat pasi dan napasnya terasa sesak. Kelly memang sejak kecil fobia dengan hewan reptil yang satu itu, hanya karena tanpa sengaja tubuhnya dijatuhi cicak waktu bermain. Sejak itulah setiap kali melihat hewan itu maka dia akan bereaksi seperti sekarang.

Rendi hanya membiarkan Kelly memeluknya sampai rasa syok gadis itu hilang dan mulai tenang, sambil terus beristigfar dalam hati memohon pengampunan dari Allah swt karena telah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Tapi dia juga tau kalau gadis itu hanya butuh tempat untuk menenangkan kecemasan dan rasa takutnya.

" Sudah, tidak apa-apa. Cicaknya sudah pergi". ucapnya sambil tetap berdiri mematung, kedua tangannyapun sama-sakali tidak bergerak, tidak untuk menyentuh walau sekedar mengelus kepala Kelly.

Sementara itu Kelly yang masih membenamkan kepalanya didada bidang Rendi sudah mulai kembali tenang. Dia lalu membuka mata dan tersadar kalau ternyata yang dipeluknya itu adalah kepsek. Dia lalu segera melepaskan pelukannya.

Next chapter