webnovel

Sisi Lain Kota

"Dari penyelidikan di sekitar lokasi kasino, ditemukan jerigen berbau minyak yang sudah dipastikan digunakan untuk menyulut api sehingga terjadi kebakaran, pintarnya pelaku tidak meninggalkan sidik jari sedikitpun," kata komandan Jaccob.

"Dengan deretan kejadian yang kita takutkan adalah terlibatnya orang dalam, mengingat kita semua selalu terdapat penjagaan yang ketat," kata Jasper.

"Braakk!"

Tiba tiba komandan Luke memukul meja, dia yang dari tadi diam mengamati kemudian terbawa emosi.

"Ini tidak bisa dibiarkan kalau sampai ada orang dalam yang membantu!" Bentak komandan Luke.

Dia adalah komandan yang paling brutal di antara komandan lainnya, dia tidak segan segan kepada semua bentuk penghianat.

"Maaf bos saya terbaya emosi," lanjut komandan Luke.

"Kirimkan orang terbaik dari seluruh divisi, bentuk tim khusus untuk menangani semua teror ini. Ketatkan penjagaan di setiap divisi, terutama divisi 4 dan 5 yang belum terkena teror ini. Siapkan seluruh anggota untuk bersiaga kalau sampai terjadi perang," kata Boss Drake.

"Siap Boss!" Jawab serentak seluruh komandan.

"Temukan pelaku bagaimanapun caranya, jangan sampai bisnis kita terganggu oleh tikus tikus tak dikenal. Buktikan kalau kalian adalah yang terbaik," lanjut bos Drake.

"Kalian hanya ada waktu 1 minggu kalau sampai kasus ini tidak tuntas, kita akan memanggil divisi zero." Tutup bos Drake sembari meninggalkan ruangan.

Sontak semua komandan kaget, karena hanya sebuah rumor yang beredar kalau divisi zero adalah divisi khusus paling sadis dan handal, tidak pernah gagal dalam menjalankan tugas, dan selama ini ternyata benar benar ada divisi zero.

Sehingga meninggalkan pertanyaan siapa itu divisi zero? Dimana mereka? karena disetiap rapat belum pernah terlihat.

***

Sisi Lain Kota.

Jarum jam menunjukan pukul 06.45, di sebuah kamar bernuansa hitam terpajang poster band metal di dinding. Sebuah gitar warna cream tergantung di pojok, kabel-kabel audio berserakan di samping tempat tidur. Seorang anak laki laki tidur diiringi musik yang diputar sejak malam hingga pagi hari. Kemudian dia terbangun melihat arah jam dinding dan beranjak dari tempat tidurnya, sambil menambah volume musik dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Selesai mandi dia bersiap untuk berangkat kerja, tak pernah ketinggalan pomade dan parfum yang dia pakai setiap kali berangkat kerja.

Dia adalah Calvin laki laki berumur 25 tahun yang melakukan rutinitas yang sama setiap hari. Selalu disempatkan sebatang rokok dan kopi di pagi hari sembari memilih musik yang cocok untuk pagi itu. Jam menujukan pukul 07.30, kemudian dia keluar dengan motor matic meluncur ketempat kerjanya.

Calvin bekerja di salah satu supermarket terbesar di kota itu, entah berapa tahun lamanya dia melakukan rutinitas yang sama. Tiba di tempat kerja dia memarkirkan motornya di belakang supermarket dan duduk didekat pintu masuk karyawan, sembari melirik jam tangan.

"Masih ada 10 menit," gumam Calvin.

Calvin mengeluarkan sebatang rokok dan mulai duduk sambil bermain ponsel. Tak lama kemudian datang seorang laki laki menghampirinya dengan wajah suram setiap pagi, dengan menggengam vape di tangannya.

Dia adalah Parker rekan kerjanya, duduk di sampingnya tanpa basa basi. Satu per satu karyawan lain mulai masuk, namun mereka masih tetap bersantai duduk dengan sibuk bermain ponsel.

Tiba tiba lewatlah wanita cantik perponi dengan wajah ceria dan senyum yang lebar menghampirinya, dia pun menyapa.

"Woy! Kalian sift pagi?"

Dia adalah Viola salah satu rekan kerja mereka.

"Jelas dong," sahut Calvin.

Parker hanya tersenyum sinis, karena semua temannya tau kalau hanya dia yang selalu mendapatkan sift pagi. Mereka bertigapun bergegas masuk untuk cek body dan absen.

Calvin dan Parker mempunyai rutinitas wajib mampir ke wastafel hanya untuk merapikan rambutnya, setelah jam menunjukan pukul 08.00 mereka semua melakukan brifing pagi.

Setelah selesai mereka semua berpencar menuju area masing masing. Calvin dengan santai menuju gudang sambil melihat lihat sekitar supermarket yang masih lumayan gelap. Sesampainya di gudang Calvin memutar musik untuk memecah keheningan, kemudian duduk dan melakukan pendataan gudang.

Dua jam berlalu dengan cepat, datanglah Parker kedalam gudang membawa format order dan pensil ditangannya.

"Huahhh pusing," keluh Parker mengambil posisi duduk.

Calvin tak menanggapi dia tetap sibuk dengan pendataannya.

"Bagaimana agenda kita selanjutnya?" Tanya Parker.

"Kita akan melakukan eksekusi selanjutnya pada tanggal 25, kita masih punya waktu satu minggu untuk melakukan persiapan." Jawab Calvin dengan serius.

"Apakah Viola sudah mengetahui detail rencana kita?" Tanya Parker kembali.

"Dia sudah melakukan persiapan sendiri, tinggal menunggu arahan dari kita. Detailnya kita bahas dimalam sebelum eksekusi," kata Calvin.

Tiba tiba Parker berdiri dan

"Duuuuttttt."

Dia kentut dan pergi sambil tertawa puas

"Kurang ajar! Kamu selalu saja ketut sembarang," teriak Calvin.

***

Jam menunjukan pukul 13.00 waktunya beristirahat, Calvin bergegas keluar dari gudang menghampiri Parker.

"Ayo," kata Calvin sambil berjalan.

Tanpa basa basi Parker mengikutinya dari belakang. Mereka berdua menghampiri Viola.

"Kalian pakai memo istirahat?" Tanya Viola.

"Tidak, buat apa? malas sekali," kata Parker.

Mereka bertiga pun menuju ruang istirahat. Sambil membuka nasi box Viola membuka percakapan.

"Bagaimana tanggal 25 sudah pasti?"

"Sudah pasti, detailnya nanti kita bahas malam sebelum eksekusi," kata Calvin.

"Kita perlu tambahan satu orang lagi," kata Viola sambil membagi nasinya menjadi dua dan disodorkan ke Calvin.

Viola memang mempunyai porsi yang sangat sedikit jadi dia selalu membagi setengah porsi nasinya.

"Bagaimana dengan temanmu, apakah dia sudah siap?" Tanya Parker.

"Tiga hari kemarin kita melakukan penyelarasan, sangat cepat dan tepat. Sangat beruntung tidak harus banyak mengajarinya," jawab Viola sambil terus mengunyah.

"Kita mempunyai banyak agenda, persiapkan diri kalian baik-baik," kata Calvin.

Tiba tiba ada beberapa orang yang duduk disebelah mereka sehingga mereka menghentikan pembicaraan.

Satu jam waktu istirahat sudah selesai, mereka bersiap kembali ke area masing masing. Ketika berjalan disatu lorong mereka berpapasan dengan dua orang laki laki, yang satu berbadan pendek rambut agak panjang dan terlihat sangat lincah, yang satunya lagi jauh lebih tinggi dan berbadan kecil juga. Mereka berdua menggunakan seragam yang berbeda dari Calvin, tapi warna kulit mereka berdua sama, ya sama sama hitam.

"Wahh wahhh musuh," celetuk si badan pendek sambil menunjuk ke arah Calvin.

"Mentang mentang kalian bertiga jadi berani sekarang ya," sahut si badan tinggi.

"Viola jangan mau berteman dengan mereka," kata si badan pendek.

"Woy woy woyy kalian siapa menyuruh semaunya sendiri," ucap Calvin melawan.

Tiba tiba si badan pendek menarik kerah baju Calvin, diikuti si badan tinggi yang sudah siap mengepalkan tangan dan mengarahkan ke Calvin. Namun Calvin dengan sigap melawan dan memegang leher si badan pendek, si badan tinggi tidak tinggal diam dia langsung memegangi Calvin dan menarik lengan Calvin. Parker hanya kebingungan dia cuma bisa melihat kejadian itu didepan matanya tanpa bergerak. Sedangkan Viola hanya terdiam memperhatikan mereka dengan seksama. Calvin masih melakukan perlawanan terhadap mereka berdua dan tidak mau mengalah sedikitpun.

Tiba tiba hening dan kemudian mereka semua tertawa terbahak bahak, ya seperti itulah cara mereka bercanda ditempat kerja setiap kali bertemu.

"Awas kau!" Teriak si badan pendek sambil berjalan pergi.

"Hahaaaa pantang mundur," sahut Calvin sambil tertawa.

"Nanti ngopi jangan lupa," kata si badan tinggi.

"Siap," jawab Calvin.

Merekapun berjalan pergi diikuti Parker dan Viola untuk kembali berkerja.

Next chapter