webnovel

Kehamilan Dewi

Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu begitu juga bulan demi bulan pun berlalu, tak terasa usia baby Alif sudah genap memasuki usianya yang ke 2 tahun, tingkahnya pun semakin lucu & menggemaskan, ocehan demi ocehan khas bayi yang menggemaskan yang keluar dari mulutnya membuat orang orang disekitarnya semakin menyayanginya

tak terasa Dilla dan Arin pun sudah menyelesaikan kuliahnya dan sekarang mereka berdua pun sudah menyandang gelar masing masing dan mulai sibuk dengan pekerjaan masing masing

untuk Dilla sendiri sudah mulai mengikuti jejak sang kakak yang bergelut di bidang bisnis, ia dipercaya oleh Dian untuk bertanggung jawab dan mengelola sebuah resort milik keluarga Dian yang berada diluar kota, jadi setelah ia lulus diwisuda, Dilla pun langsung terbang meninggalkan kota kelahirannya dan menetap diluar kota

sementara Arin sendiri setelah lulus di wisuda langsung bekerja mendampingi Dewa sebagai asisten pribadi Dewa, karna Dewa tidak ingin kekasihnya jauh jauh dari dirinya, ia mengambil momen itu untuk lebih dekat dengan Arin

**********

sementara siang itu, saat jam makan siang tiba, Dian yang melihat gelagat aneh dari Dewi sahabatnya, tidak seperti biasanya Dewi yang begitu antusiasnya selalu mengajak Dian untuk pergi makan siang di kantin kantor, tapi tidak dengan hari itu, Dian melihat sahabatnya seperti orang yang tidak bersemangat

"kamu gak apa apa kan Wi ?" tanya Dian yang sengaja masuk keruangan kerja Dewi

"kayaknya aku lagi kurang enak badan nih !, aku pulang awal dulu ya !" jawab Dewi sambil membereskan meja kerjanya

"ya udah !, kamu istirahat aja dirumah, kalo memang besok masih belum baikan, mending gak usah masuk kerja dulu aja" ucapan Dian yang hanya dibalas anggukan oleh Dewi, dan ia pun segera pergi meninggalkan ruangan kerjanya

"apa perlu, aku minta sopir kantor untuk mengantar kamu pulang !" ucap Dian sebelum Dewi keluar dari ruangannya

"gak perlu, aku tadi sudah minta Beni untuk jemput aku pulang" jawab Dewi lalu pergi keluar dari ruangannya, Dian pun tak bisa berkata apa apa, ia hanya melihat kepergian sahabatnya itu sampai hilang dibalik pintu

********

keesokan harinya, seperti biasa, Dian yang datang ke kantornya langsung menuju keruang kerjanya, dan langsung larut dalam pekerjaannya, tapi tak berapa lama kemudian ponsel yang ada didepannya berdering dan ia melihat sebuah nama muncul dilayar ponselnya, nama tersebut tak lain adalah Beni

"pagi Dian !" sapa Beni dari seberang telponnya

"iya, pagi juga !, ada apa ya ?" balas Dian

"begini Dian, aku disuruh Dewi memberi kabar kamu, kalo hari ini ia gak bisa ngantor, ia bilang mau istirahat dulu dirumah" jawab Beni

"ohhh....kirain ada apa, iya gak apa apa, aku kemaren juga bilang sama Dewi,.kalo memang ia merasa belum enakan, mending gak usah masuk kerja dulu" ucap Dian

setelah Dian menyadari dan memberikan ijin untuk istrinya tidak ngantor dulu, Beni pun segera mengakhiri panggilan telponnya, begitu juga dengan Dian

dan saat jam pulang kantor tiba, seperti biasa Yusuf yang selalu setia menjemput Dian, sudah menunggu di sofa lobby kantor, saat melihat istrinya berjalan mendekatinya, ia pun berdiri dari duduknya lalu Dian pun mencium telapak tangan suaminya dan dibalas kecupan lembut oleh Yusuf di kening istrinya, spontan adegan tersebut sempat membuat iri para karyawan Dian yang melintas dan tak sengaja melihatnya, mereka begitu kagum dengan kemesraan atasan mereka

"mas !, ntar habis maghrib kita jenguk Dewi dirumahnya ya ?" pinta Dian pada Yusuf saat mereka berdua sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang menuju kediaman mereka

"emangnya kenapa dengan Dewi ?" tanya Yusuf sambil tetap fokus menyetir

"kayaknya ia sakit deh, mas !, soalnya kemaren aku lihat ia lemes banget lantas ia pun ijin pulang lebih awal, terus hari ini ia juga gak masuk kerja, Beni bilang istrinya itu agak kurang enak badan" jawab Dian

"eeehhhmmm....ya udah, ntar habis maghrib kita kesana"

"makasih ya mas !" balas Dian sambil menoleh kearah suaminya, dan Yusuf pun membalasnya dengan senyuman

kemudian sesuai rencana, habis magrib pun Dian dan Yusuf pergi menjenguk Dewi dirumahnya, tak lupa si Alif pun diajaknya dan Dian sengaja tidak mengajak baby sitter nya Alif karna ia memberi kesempatan pada babi sitter nya untuk istirahat lebih awal dirumah

"assalamu'alaikum.....!" ucap Dian saat tiba didepan pintu rumah Dewi yang saat itu sedang terbuka

"waalaikumsalam....!" jawab seseorang dari dalam rumah Dewi

"eehh.... non Dian !, silahkan masuk non ! saya akan panggilkan nyonya besar dulu" asisten rumah tangga Dewi pun mempersilahkan Dian masuk

saat Dian dan Yusuf sedang duduk diruang tamu rumah Dewi, tak berapa lama kemudian kedua orang tua Dewi datang menemuinya

"sayang ! gimana kabarnya ?" sapa mama Dewi yang langsung memeluk Dian seperti anak sendiri dan dibalas Dian dengan mencium tangan mama Dewi bergantian dengan Yusuf dan kemudian menyalami tangan papa Dewi begitu juga dengan Yusuf

"baik baik tante !" balas Dian

"eehhh....cucu oma, sudah besar ya !, cakep lagi" ucap mama Dian saat melihat ke arah Alif yang sedang duduk disebelah Yusuf dengan tingkah aktifnya seorang balita

"sini sayang maen sama oma !" ajak mama Dewi pada Alif dan langsung ditolak oleh Alif dengan menghambur kepelukan Yusuf, melihat tingkah lucu Alif, mama Dewi semakin gemas dan ia pun sengaja mencubit pipi Alif yang membuat Alif makin mengeratkan pelukannya kepada ayahnya

"oh ya tante.....gimana keadaan Dewi ?, kata Beni ia agak kurang enak badan ?" tanya Dian

"iya sayang !, seharian Dewi gak keluar dari kamarnya, ia mengeluh katanya kepalanya pusing terus badannya lemas" jelas mama Dewi pada Dian

"apa sudah dibawa kedokter, tan ?" tanya Dian lagi

"belum !, tadi siang sih, suaminya minta untuk mengantarkannya ke dokter, tapi Dewi nya gak mau, katanya nanti juga sembuh sendiri" jawab mama Dewi

"aku lihat dulu ke kamarnya ya, tan !" pinta Dian

"iya....kamu lihat sana !, siapa tau ia segera baikan melihat kedatanganmu"

"sebentar ya sayang !, bunda mau nengok tante Dewi dulu, Alif disini dulu sama ayah, oma dan opa ya !" ucap Dian saat Alif merengek menghalangi langkah Dian pergi ke kamar Dewi, dan setelah diberi penjelasan dengan lembut, akhirnya Alif pun mengerti dan melepaskan tangannya yang menghalangi langkah Dian

"Alif anak pintar !" ucap Dian sambil mencium pipi Alif sebelum ia kemudian pergi melangkah menuju kamar Dewi

sampai di depan kamar Dewi, Dian pun langsung mengetuk pintu kamar dan tak berapa lama Beni pun yang keluar membukakan pintu

"eeehhh....kamu !, ayok masuk !, tuh Dewi nya lagi tiduran !" Beni pun mempersilahkan Dian untuk masuk ke kamarnya

"kamu sama Yusuf kesini ?" tanya Beni

"iya....tuh dianya ada di bawah sama om dan tante, ada Alif juga disana" jawab Dian

"ya udah kamu temani aja Dewi nya, aku mau kebawah, mau ketemu Yusuf" ucap Beni dan di balas anggukan kepala oleh Dian, kemudian Beni pun segera keluar dari ruangan kamarnya

"Wi...., kamu kenapa ?" tanya Dian sambil duduk disebelah tempat tidur Dewi dan berusaha menyingkap selimut yang menyelimuti tubuh Dewi yang hampir menutupi seluruh tubuhnya, dan mendengar ada yang memanggil dan menyentuh tubuhnya, Dewi pun berusaha membuka matanya dan sedikit menggerakkan tubuhnya, saat ia melihat ada Dian disampingnya ia pun berusaha tersenyum namun dengan kondisi nya yang terlihat begitu lemas

"kamu sudah periksa ke dokter belum ?" tanya Dian sambil menyentuh kening sahabatnya itu, sementara Dewi hanya membalasnya dengan menggelengkan kepalanya

"kamu gimana sih !, ya udah....sekarang juga aku akan panggil dokter pribadi keluarga aku untuk datang kesini, biar memeriksa keadaan kamu" ucap Dian sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan berusaha membuat panggilan kepada dokter pribadi keluarga nya

"gak usah, ntar juga sembuh sendiri !" ucap Dewi berusaha menolak keinginan Dian

"gak mau tau !, pokoknya sekarang juga kamu harus diperiksa !" pendirian Dian tetap kekeh untuk memanggil dokter pribadinya

"iya, baik dok ! saya tunggu kedatangannya, terima kasih !" ucapan Dian sekaligus menutup pembicaraannya dengan dokter tersebut

tak lama menunggu, kemudian Beni pun masuk ke kamarnya dengan seorang dokter perempuan, dokter pribadi keluarga Dian, yaitu dokter Pretty, atas permintaan Dian dokter Pretty pun segera memeriksa keadaan Dewi yang terlihat begitu lemas, dokter tersebut memeriksa dengan sangat teliti

"gimana dok, keadaan teman saya ini ?" tanya Dian penasaran

"mbak Dian gak usah khawatir, teman mbak Dian ini penyakitnya gak parah kok !, dia hanya butuh istirahat aja, dan saya akan memberikannya resep vitamin yang harus segera ditebus di apotik" jawab Dokter Pretty sambil tersenyum dan mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan resep obat untuk Dewi

"ini resepnya ya !, dan satu lagi yang harus diperhatikan, tolong jaga kondisi teman mbak Dian ini jangan biarkan dia terlalu capek dan stres karna itu akan mempengaruhi pertumbuhan janin yang ada didalam kandungannya" ucap dokter Pretty lagi sambil menyodorkan secarik kertas kepada Dian, dan membereskan alat alat medisnya kedalam tasnya

"apa dok !, jadi teman aku ini sedang hamil ?" pertanyaan Dian histeris seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar

"iya !, maka dari itu usahakan jangan terlalu capek dan stres karna diusia kandungan yang masih relatif muda akan rawan terjadi keguguran" jelas dokter Pretty sambil berjalan keluar kamar Dewi dengan diiringi Dian

setelah dokter Pretty berpamitan dan meninggalkan rumah Dewi, Dian pun menjelaskan kepada kedua tua Dewi yang ada diruang tamu, tentang kehamilan Dewi, spontan kedua orang tua Dewi dan Yusuf yang mendengar nya tertawa girang mendengar berita bahagia itu

"sebentar lagi aku akan menimang cucu" ucap mama Dewi begitu senangnya