webnovel

Clara

Mengendarai sebuah mobil sport tidak terlihat mencolok di sekolah itu karena ada terlalu banyak siswa yang datang dengan mobil mahal.

Itu adalah sekolah internasional. Selain orang-orang Asia, hampir setengah siswa yang bersekolah di sana berasal dari negara lain. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak para eksekutif perusahaan-perusahaan asing.

Yingyue kemudian mengendarai mobilnya ke tempat parkir sekolah. Dia tampak tergesa-gesa saat dia menyetir.

Setelah mobilnya berhenti, dia langsung membuka pintu mobil dan keluar dari mobil pada saat itu juga.

Sebelum dia bisa melangkah, Qin Tian berbicara sekali lagi. "Ohhh, sudah bertahun-tahun sejak aku melihat adikku tersipu malu."

'....'

Kali ini gadis itu benar-benar berbalik. Tapi ekspresinya sangat dingin. Dia menyentuh kacamatanya dan berbicara. "Qin Tian, aku akan mengirimmu ke rumah sakit jiwa jika ada yang salah dengan otakmu."

Setelah mengatakan itu, dia segera berbalik dan menjauh dari sana, meninggalkan Qin Tian yang tersenyum main-main.

"Apakah ini seorang adik tsundere?"

Qin Tian menggelengkan kepalanya.

Dia kemudian mengambil tasnya sebelum membuka pintu mobil.

Saat ini dia bahkan membawa dua peralatan virtual sederhana yang berbentuk kacamata. Dia berjaga-jaga jika sesuatu terjadi pada tubuhnya sehingga dia bisa langsung masuk ke enam belas surga. Dia membawa dua karena dia khawatir jika salah satunya mengalami kerusakan.

Setelah itu, dia segera berjalan menuju gedung sekolah.

Dia sebenarnya tidak memiliki banyak teman selain beberapa siswa yang satu kelas dengannya, karenanya dia tidak menyapa siapa-siapa saat dia berjalan menuju kelasnya.

Tidak lama kemudian, dia tiba di depan pintu kelas 3-C.

Adapun Shui Yingyue, dia berada di kelas 3-A.

Semua kelas A tidak peduli apakah itu kelas 1, 2, atau 3, mereka berada di lantai ketiga. Kelas-kelas B berada di lantai kedua, dan kelas-kelas C berada di lantai pertama.

Siswa-siswa di kelas C tentu saja adalah para siswa dengan nilai terendah.

Tentu saja, berada di kelas C bukan berarti Qin Tian adalah siswa yang bodoh. Jiwanya, bagaimanapun, pernah menjadi jiwa seorang Paragon. Dalam hal kekuatan otak, otaknya tidak bisa dibandingkan dengan otak kebanyakan manusia biasa. Setidaknya dia dapat dengan mudah mengingat setiap hal.

Namun, hanya karena seseorang memiliki otak yang kuat bukan berarti seseorang begitu saja memiliki nilai pendidikan yang tinggi. Itu juga tidak dapat menentukan apakah seseorang menjadi pintar. Bahkan jika dia dapat mengingat segalanya, tapi bagaimana jika dia tidak suka membaca buku.

Tentu saja, karena ini adalah sekolah internasional, bahkan siswa yang paling bodoh sekalipun memiliki wawasan yang jauh lebih tinggi daripada kebanyakan orang.

Orang-orang berpendidikan dapat menjadi menteri, tapi hanya mereka yang berwawasan tinggi yang dapat menjadi raja.

Saat dia memasuki kelas, Qin Tian melihat sekitar dua puluh siswa di kelas itu yang merupakan dua pertiga dari seluruh siswa.

Setengah dari siswa di kelas itu adalah orang asing yang terdiri dari orang kulit putih, orang kulit hitam, dan timur tengah.

Semua siswa berbicara dengan akrab tanpa ada yang mempedulikan ras masing-masing.

Kecuali karena kepentingan tertentu, sangat jarang terjadi rasisme di masyarakat kalangan atas. Jika masyarakat kalangan atas juga bersikap rasis, bangsa mereka ditakdirkan untuk menjadi bangsa berumur pendek tidak peduli seberapa kuat mereka. Setidaknya itulah yang sering terjadi di enam belas surga.

Kenyataannya, di bumi juga seperti itu, tapi manusia yang berumur pendek selalu melupakan sejarah dengan sangat cepat.

...

Ada beberapa orang yang melambaikan tangan ke arahnya saat dia memasuki kelas. Dia tersenyum pada mereka sebuah berjalan menuju meja yang berada di baris paling belakang.

Ada seorang pria gendut di meja yang dia tuju, dan pria itu sudah memanggilnya berkali-kali saat dia masuk ke dalam kelas.

"Qin, Qin, apa kau sudah memainkannya?" Tanya pria gendut itu. Dia menunjukkan layar smartphonenya saat dia berbicara.

Itu tentu saja situs web Game Sixteen Heaven.

"Aku memainkannya hingga jam 7 pagi." Jawab Qin Tian dengan senyum ramah. "Bagaimana denganmu, Fatty Li?"

Saat dia berbicara, Qin Tian tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap wajah pria itu.

Ada beberapa bekas luka di wajahnya.

Li Laoshan adalah nama pria gendut itu. Dan dia bukan karakter kecil. Ayahnya, Li Qiye adalah orang terkaya kedua di kota Z. Dia memiliki bisnis yang tersebar di seluruh bumi.

Meskipun bibinya adalah wanita terkaya di kota Z, tapi ada sepuluh pria yang lebih kaya darinya di kota itu.

"Wow." Li Laoshan langsung terbelalak saat dia mendengar jawabannya.

"Aku ingin memainkan lebih lama, tapi ibuku menghentikan ku di tengah-tengah permainan." Jawabnya.

"Kau tahu, aku ingin membeli item di game itu, tapi ayahku langsung menghajarku sebelum aku bahkan menyelesaikan kata-kata ku." Dia berkata sambil menunjuk beberapa bekas pukulan di wajahnya.

"Ngomong-ngomong, apa nickname gamemu, mari kita berteman?" Dia bertanya.

"Ehmmm." Qin Tian langsung berdeham setelah dia mendengar pertanyaannya.

Dia kemudian duduk di kursi di samping Li Laoshan.

"Ini rahasia!" Dia menjawab.

'....'

"Y-you..." Dia ingin berbicara tapi kata-katanya terhenti saat sosok seorang wanita tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

Itu adalah wanita campuran Asia dan Eropa. Dia memiliki kulit putih pucat dan rambut emas seperti orang eropa, namun bentuk wajah dan sosok orang Asia terlihat lebih mencolok sehingga dia tidak terlihat seperti wanita campuran jika bukan karena warna rambut dan kulitnya.

Tingginya lebih 160cm yang cukup tinggi untuk wanita Asia. Tentu saja, karena dia masih berusia 17 tahun. Dalam 2 tahun ke depan, dia mungkin bisa tumbuh 10cm lagi.

Yang paling menarik perhatian dari penampilan wanita itu adalah matanya yang berwarna emas dan gayanya yang terlihat sangat feminim dan halus.

Dia sedang membawa setumpuk buku yang dia sandarkan di dadanya, dan itu membuatnya tampak seperti seorang wanita yang berbudi luhur.

Tapi Qin Tian yang mengenalnya cukup baik tahu bahwa hanya gayanya yang terlihat feminim.

Dia sebenarnya adalah siswa kelas A, dan dia adalah teman baik Shui Yingyue. Qin Tian juga berteman dengannya karena dia juga suka bermain game. Dia bahkan bisa dikatakan sebagai gamers fanatik.

Selain itu, satu hal yang jelas dari dia adalah bahwa dia menyukainya.

Clara adalah nama wanita itu, dan dia tidak memiliki nama keluarga.

Qin Tian tidak tahu latar belakangnya, tapi dia adalah wanita yang sangat kaya untuk seorang anak SMA.

Banyak yang bertanya tentang latar belakangnya, tapi dia selalu mengatakan semua harta yang dia miliki adalah warisan dari orang tuanya.

Tujuan Clara di kelas itu jelas untuk menemuinya karena dia langsung berjalan menuju ke arahnya setelah dia memasuki kelas itu.

Tidak seperti wanita feminim lainnya yang terkadang tersenyum malu-malu, wanita itu langsung menunjukkan senyum percaya diri saat dia tiba di depannya.

"Apakah ada sesuatu?" Tanya Qin Tian sebelum dia berbicara.

"Aku hanya ingin bertanya." Jawab Clara.

"Aku ingin tahu nicknamemu?" Dia lalu bertanya.

'....'

"Ini rahasia." Qin Tian akhirnya hanya bisa menjawab dengan jawaban yang sama saat dia menjawab Li Laoshan.

Tapi pertanyaan Clara membuatnya merasa seolah-olah wanita itu sedang mencurigainya.

Qin Tian tidak bisa membantu tetapi berpikir tentang apakah ada kelemahan dari nicknamenya. Tapi dia tidak merasa ada yang aneh dengan nickname Jian sehingga seseorang yang mengenalnya akan menghubungkan nama panggilan itu kepadanya.

Tentu saja, ketika dia terus merahasiakan nicknamenya, teman-temannya mungkin akan mulai mencurigainya.

Dia sudah memikirkan masalah itu dari awal dia membeli Tubuh Dewa Primordial.

Mungkin jika itu game lain, dia dapat dengan mudah membuat akun lain yang bisa dia tunjukkan pada orang lain. Tapi masalahnya adalah; Game Sixteen Heaven tidak mengizinkan satu orang memiliki dua akun.

Hal seperti itu sebenarnya bukan hal yang baru karena beberapa game juga membuat aturan seperti itu.

Dia mungkin bisa membuat beberapa alasan pada Li Laoshan, tapi sulit untuk menyembunyikan sesuatu dari wanita seperti Clara.

Dia mungkin tidak sejenius Shui Yingyue, tapi dalam hal kecerdasan emosional dan kelihaian, dia mungkin berada di level yang sama dengan bibinya.

Selain itu, dia juga cukup dekat dengan Shui Yingyue. Meskipun Shui Yingyue pasti tidak akan mengatakan rahasia keluarga mereka, tapi jika Clara mencoba mengganggunya, dia mungkin bisa mengungkapkan sebuah celah.

"Oh, sepertinya kau tidak bisa mengatakannya di depan banyak orang! Baiklah, kalau begitu kau bisa memberitahuku melalui Telegram." Dia berkata.

Dan dia berbicara dengan ekspresi percaya diri seolah-olah apa yang dia katakan adalah hal yang benar.

"Oke, aku akan kembali sekarang."

Setelah itu, dia segera berbalik dan berjalan menuju pintu dengan langkah feminim.

'.....' Qin Tian.

....

Next chapter