webnovel

Sebuah Ciuman

"Hadiah ulang tahun? Ah, maaf aku tak tahu kalau kau berulang tahun beberapa hari lagi. A-aku akan membelikannya, apa yang kau mau untuk hadiahmu?" tanya Wenda.

"Kalau itu cari saja sendiri. Aku ingin kau memberikanku sebuah kado istimewa, aku akan menunggu." Wenda mencebik kesal pada Axton. Kenapa harus dia yang mencari sendiri kadonya? Wenda bukan seorang laki-laki yang tahu kesukaan para pria itu apa.

Dia terus menggerutu kesal ketika dia keluar dari ruangan Axton. Sekarang bagaimana dia mencari hadiah yang cocok untuk Axton? Ini pertama kalinya wanita itu mencari sebuah hadiah untuk seorang pria.

Mungkin Pitaloka bisa membantunya. Dia bergerak menuju kantin yang memang saat itu jam istirahat. Tak susah mencari seorang Pitaloka di kantin, sesesak apapun kantin itu. "Jadi bagaimana?" tanya Pitaloka.

"Bagaimana apanya?" tanya Wenda bingung. Pitaloka membuang napas pendek.

"Katanya kau dipanggil Tuan Axton di ruangannya," Wenda membentuk bibirnya dengan bentuk O sambil menganggukan kepalanya mengerti.

"Aku hanya diberi selamat saja dan mengatakan dia bangga padaku." jawab Wenda jujur walau dia harus menahan senyumnya.

"Eh, kau tahu tidak apa yang disukai lelaki?" Pitaloka menautkan alisnya. Tak biasanya Wenda menanyakan hal itu.

"Aku kurang tahu banyak, tapi kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?" Wenda mendadak gugup, dia mulai berkeringat dingin.

"Mm ... itu ... karena aku ingin memberikan hadiah untuk ... Tuan Axton," Wenda bisa melihat raut wajah bingung dari Pitaloka.

"Dia berulang tahun besok." sambungnya. Pitaloka mengangkat kedua alisnya dan mengangguk mengerti.

"Pantas, dari tadi aku mendengar Tuan Dalton akan membuat pesta kejutan untuk Presiden di perusahaan besok, jadi karena Presiden ulang tahun ya. Aku juga harus menyiapkan kado, ayo Wenda kita pergi ke mall usai bekerja, kau juga ingin membeli kado untuk presiden, 'kan?"

Wenda mengangguk antusias. Wenda harus mendapatkan sebuah hadiah yang bagus untuk suaminya terlebih di hari istimewanya besok. Wenda mengambil chatnya menulis chat untuk Axton agar dia tak menjemputnya karena sedang mencari hadiah ulang tahun untuk Axton.

๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜

"Jadi apa yang harus kita cari?" tanya Wenda bingung.

"Biasanya laki-laki menyukai beberapa item, seperti baju, aksesoris dan lain-lain atau kesukaannya. Sayang, Presiden adalah pria misterius kita tak tahu apa yang dia suka jadi aku pikir pilihan kita hanya terletak di aksesoris."

Wenda membenarkan Axton adalah pria misterius. Walau dia sudah tinggal beberapa bulan dengan Axton, Wenda masih belum tahu kesukaan suaminya itu.

Keduanya bergerak menuju aksesoris jam tangan dan parfum. Wenda sangat kesulitan dalam mencari kado berbeda dengan Pitaloka, sahabat Wenda itu sudah mendapat sebuah hadiah untuk Axton.

"Lebih baik kau ambil yang punyaku jam tangan." ujar Pitaloka pada Wenda yang memperlihatkan hadiahnya.

"Ini aneh, kau yang mengingatkan aku kau yang tak punya kado untuk Presiden." lanjutnya lagi. Wenda hanya menghela napas tanpa menggubris ucapan Pitaloka. Dia terlalu lelah untuk berbicara.

Sesampainya di rumah, Wenda mengganti bajunya dan tidur di ranjang setelah dia makan sedikit. "Thomas, apa Wenda sudah datang?" tanya Axton. Dia baru saja keluar dari ruang kerjanya karena banyaknya pekerjaan yang dia selesaikan.

"Sudah Tuan, tapi Nyonya sudah tidur." Tidur? Apa dia lelah sampai-sampai dia tak ingin bertemu Axton. Dia masuk ke kamar melihat Wenda yang sudah tertidur pulas di ranjang.

Tak berniat untuk membangunkan wanita tersebut, dia menyingkirkan beberapa helai rambut Wenda yang menutupi wajah Wenda.

๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜

Keesokan harinya, pesta kejutan diadakan merayakan ulang tahun Axton. Tentu saja Axton sangat senang diberikan pesta kejutan oleh teman sekaligus bawahan. Hanya satu orang yang tak merasa senang, yaitu Wenda.

Dia merasa tak bisa memenuhi permintaan Axton karena belum mendapatkan hadiah untuknya. Membayangkan kecewanya Axton padanya membuat dia sedih. Lamunan Wenda hilang saat Pitaloka menyadarkannya dan membawa Wenda ke antrean untuk bersalaman dengan Axton.

Wenda gelagapan dan ingin mengatakan kalau dia tak bisa bersalaman tapi apa boleh buat, Pitaloka sudah menempatkan dia di dalam barisan. Sekarang dia berpikir apa yang harus dia katakan pada Axton saat dirinya yang mendapat giliran berjabat tangan dengan suaminya itu.

Kedua mata Axton melihat kedua tangan Wenda yang bebas. "Maaf Tuan, saya tak membawa hadiah untuk anda karena.."

"Tidak apa-apa," potong Axton sambil tersenyum pada Wenda.

"Kehadiranmu di sini sudah cukup membuatku senang." lanjutnya lagi. Wenda tak nyaman, apa perkataan yang dikatakan oleh Axton hanyalah makna tersembunyi kalau dia marah pada Wenda?

Acara dilanjutkan dengan makan kue ulang tahun yang dibagi untuk semua orang. Wenda tak berselera untuk makan jadi dia memberikan kue bagiannya untuk Pitaloka yang terlihat sangat suka dengan kue tersebut.

Wenda mengambil ponselnya saat merasakan ponselnya bergetar. Matanya menatap nanar pada chat yang dikirim oleh Axton.

'Kita perlu bicara saat sampai di rumah.'

๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜

Wenda menghela napas berat saat dia sampai di rumah. Pasti dia akan dimarahi habis-habisan oleh Axton dan benar saja, tak biasanya Axton berdiri di depan rumah.

Langkah kaki Wenda semakin berat namun Wenda berusaha untuk sampai di depan Axton. Dia menunduk tak ingin melihat sirat mata kekecewaan dari Axton. "Kenapa kau baru pulang? Aku mengkhawatirkanmu!" kata Axton lembut.

Wenda memberanikan diri untuk melihat Axton. Tak terlihat sirat kekecewaan atau pun marah dari Axton seperti ekspektasi Wenda. Axton membawa Wenda masuk ke dalam rumah. "Kau tak marah?"

"Karena kau terlambat pulang ya,"

"Tidak maksudku untuk hadiahnya, aku sudah gagal tak memenuhi permintaanmu." kata Wenda dengan raut wajah sedih.

"Aku tak mempermasalahkanmu Wenda, bukan sudah kukatakan bahwa aku senang kau hadir di sana dan itu tak bohong. Aku malahan senang kau tak membawa hadiah, itu berarti aku bisa meminta hadiahku sekarang!"

Raut wajah sedih Wenda diganti dengan bingung. "Kau mau hadiah apa?" Axton menyeringai. Tanpa aba-aba, Axton menarik Wenda dan menguncinya ke dalam rangkulan sehingga Wenda tak bisa bergerak.

"Axton, kau mau apa?" tanya Wenda gugup melihat Axton mendekatkan wajahnya kearah Wenda.

"Untuk mengambil hadiahku." jawab Axton lugas.

"Hah?"

"Sebuah ciuman." kata Axton memperjelas hadiah yang dia inginkan.

Next chapter